Kill V Maim

19 7 0
                                    

[TW : Blood, murder, & violence]

Tepat disaat jarum panjang mengarahkan panahnya di angka dua belas.

Di detik itu juga, keempat benda asing itu memunculkan sinarnya masing-masing.

Biru

Merah

Putih

dan..



Hitam.

Perlahan menghilang dari pandangan dua pria dengan tubuh yang sudah babak belur disertai napas yang memburu.

Satu pria terkapar di lantai dengan sobekan di perut akibat tusukan benda tajam yang kini digenggam erat oleh pria di hadapannya.

Cairan merah semakin deras mengalir ke segala penjuru ruangan yang hanya diterangi pencahayaan minim itu.

Mewarnai permukaan licin lantai marmer berwarna putih, bak kanvas yang dilapisi cat berwarna merah tua. Tetapi bedanya cat merah itu mengeluarkan bau amis yang semakin lama kian menyengat penciuman.

Satu tarikan napas tak disadarinya menjadi yang terakhir.

Hingga tubuh itu sudah tak lagi dinaungi oleh jiwa yang penuh kegelapan, hingga akhirnya benar-benar lenyap.

Begitu juga dengan salah satu di antara keempat benda itu.

Melekat pada jiwanya untuk sampai kapanpun.

[Hana]

"Woah...

Gumamku pelan saat menyaksikan pemandangan di kawasan yang baru saja kami masuki. Mataku benar-benar disejukkan dengan warna hijau yang berada di mana-mana. Kanan kiriku dipenuhi dengan perbukitan menghijau dan rumah-rumah khas penduduk Norwegia yang kuyakini pasti akan nyaman sekali jika menempatinya. Juga ada gudang-gudang bercat merah sebagai tempat tinggal ternak mereka. 

Terdapat danau yang sangat jernih sampai-sampai dari kejauhan saja masih dapat kulihat segerombolan ikan sedang berenang di dalamnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Terdapat danau yang sangat jernih sampai-sampai dari kejauhan saja masih dapat kulihat segerombolan ikan sedang berenang di dalamnya. 

Satu jam yang lalu kami akhirnya sampai di tanah Skandinavian ini. 

Sejak awal penerbangan entah perasaan mengganjal apa yang kurasakan. Seumur hidupku, inilah perasaan yang paling tidak nyaman kualami setelah kejadian itu. Perasaan tidak nyaman kembali menggorogoti dadaku.

Ya Tuhan... 

Kumohon jangan sampai terjadi hal-hal buruk lagi untuk kami di sini. 

Peristiwa di rumah Jack, kembali berputar di kepalaku. Di saat itu juga Jack berupaya menenangkanku. Walaupun sudah membaca novel agar pikiranku tidak mengarah ke sana, namun upayaku tetap tidak berhasil sepenuhnya. Hingga di transit selanjutnya aku sengaja menyibukkan diri untuk membuat beberapa catatan dari pekerjaanku. 

Black RoseWhere stories live. Discover now