44 | ALBERIC

91.6K 4.6K 414
                                    

Jangan lupa vote dan komen
Happy Reading👑
Lebih afdol vote dulu baru baca^^

Enggan ku melepas tetapi ku tak ingin menggenggam, Enggan ku melihat tetapi sangat inginku menatap, ingin ku bicara tapi mulut ini terasa berat seperti pengorbanan cinta dengan paksaan ego manusia
_Alberic

Kini ketiga sahabat Lena beserta sahabat Eric dan beberapa panitia mulai mencari keberadaan Lena, mereka khawatir apalagi jika kedua orang tuanya sampai melaporkan kejadian ini.

"LENA LO DIMANA?!" teriakan Aice tak henti-henti, karena ia merasa sangat bersalah setelah ia mendengar ucapan dari Bianca.

"Kok si Eric gitu ya, gak habis pikir gue!" cibir Mike pelan. Ia terus berjalan dengan memasukan kedua tangannya ke dalam hoodie maroon nya.

"Dia lebih mentingin mantan bangsatnya itu daripada si Lena pacarnya sendiri," kini Jo menambahkan dengan raut wajah kesal.

"Eric denger habis lo semua, udah lah itu terserah si Eric aja. Gue sekarang lebih khawatir sama pacarnya." Deval berucap lirih, "apalagi si Lena itu orangnya masih polos sama gak tahu apa-apa,"

"Udah mending kita lanjut cari Lena," Frans yang tadinya ada di belakang mensejajarkan langkahnya dengan Farel.

"LENA WOI LO DIMANA!"

Seorang perempuan kini tergeletak lemah diatas rerumputan, seluruh tubuhnya basa dan kotor akibat semen yang di tumpahkannya kemarin, apalagi bagian pergelangan tangan dan pipi sebelah kanan yang terasa begitu perih karena sayatan dari cutter yang terasa begitu tajam. Lena sudah tidak kuat berdiri, udara terasa dingin dengan tubuhnya yang sudah basah kuyup. Hingga mata Lena terbuka saat mendengar sebuah teriakan yang memanggil namanya.

"LENA WOI LO DIMANA!" teriakan itu membuat Lena berusaha untuk bangun dan bersandar di sebuah pohon besar.

"Lena disini, tolongin Lena, Lena kedinginan. Lena sakit," suaranya begitu terdengar lirih, air mata kini tumpah begitu saja. "Tolongin Lena, Lena gak kuat." Lena berusaha berdiri untuk mencari sumber suara. Tetapi saat berdiri tubuhnya mulai ambruk lagi ketanah.

Lena mengumpulkan nafasnya dalam-dalam, hingga suatu teriakan keluar dari mulutnya. "Lena ada disini! Tolongin Lena!" suara lumayan keras keluar dari mulutnya hingga setelah itu Lena kembali pingsan.

Semua rombongan kini berhenti saat mendengar teriakan seseorang. "Lo denger gak? Itu suara Lena!" ketiga sahabat Lena berlarian mencari sumber suara bersama yang lainnya.

Mereka mengedarkan pandangannya ke segala penjuru. Hingga tatapannya jatu kepada seorang perempuan yang tengah tergeletak tak berdaya diatas rerumputan.

"LENA!!" teriak Aice, Manda dan Yuka secara bersama.

Mereka semua berlari menghampiri Lena. Keadaan Lena membuat mereka menatap khawatir. Lebih khawatir saat banyak sayatan di tangan dan pipinya.

"Lena," lirih Yuka.

"WOI BANTUIN LENA! CEPAT!" teriak Manda.

Keenam sahabat Eric dan beberapa panitia berusaha mengangkat Lena. Sedangkan Frans, ia memakaikan jaket yang di pakainya ke tubuh basa Lena.

Mereka menggotong Lena ke tendanya, ia diobati oleh panitia yang memang mereka termasuk anggota Pmr. Adapula yang menelpon guru yang bertanggung jawab. Sedangkan keenam sahabat Eric terlihat kesal atas ketidak pedulian Eric terhadap Lena.

"Lo ada sinyal?" tanya Arie kepada Farel, Farel hanya mengangguk pelan. "Coba lo telepon Eric," Farel lagi-lagi mengangguk.

Ia membuka ponselnya dengan menyimpannya di telinga kananya.

ALBERICWhere stories live. Discover now