23 | ALBERIC

113K 5.7K 23
                                    

Jangan lupa Vote dan komen
Happy Reading❤

Memikirkanmu adalah hobiku, memandangmu adalah kebiasaanku. Mencintaimu memanglah tugasku
__Alberic

Sudah seminggu Barca di rumah semenjak kepulangannya dari rumah sakit, Barca sudah mulai menjalani aktivitasnya sehari-hari. Hingga hari ini ia dan Lena tengah menonton televisi film kartun kesukaan Barca Upin & Ipin, juga kartun kesukaan Lena telletubis. Mereka berdua seringkali berebut chanel televisi untuk melihat kartun kesukannya masing-masing, namun lagi dan lagi Barca harus mengalah. Mereka sengaja menonton televisi di ruang keluarga karena itu memang keinginan dari Saylena. Padahal di kamar mereka masing-masing sudah disiapkan televisi dengan ukuran yang tipis.

"Abang," panggil Lena.

"Iya ada apa Say?" Barca mengusap pipi Lena. Karena posisi Lena adalah tidur dengan berbantal paha Barca.

"Hmm kenapa abang gak pernah traktir Lena lagi? Abang gak pernah beliin Lena es krim lagi. Jadi sekarang cuma Eric yang beliin Lena ini itu." Ucapan Lena membuat Barca tersenyum.

"Mau abang traktir?" tanya Barca.

"Mau mau!" jawab Lena antusias.

"Yaudah Lena tungguin disini, abang ganti baju dulu. Lena tunggu ya, bye I Love You." Barca melayangkan kiss bye kepada Lena, Lena terkikik geli dan membalasnya.

"I Love You Too," ucapnya tidak sebagus ucapan Barca.

Setelah semua selesai, Barca menggandeng tangan Lena untuk pergi keluar. Barca membuka pintu rumahnya, namun saat di buka ada seorang lelaki paruh baya yang memegang sebuah map cokelat. Tiba-tiba ia memeluk Barca erat membuat pegangan tangan Lena terlepas.

"Barca, ayah kangen," lirihnya dengan suara parau.

"Om, om siapa ya?" tanya Lena karena sedari tadi lelaki paruh baya itu memeluk Barca, tetapi Barca tidak membalasnya.

Ia mendongkakan kepalanya membuat Lena menutup mulutnya. "Om Chandra, ayahnya Eric?" kaget Lena, Barca yang mendengarnya pun ikut terkejut.

Ia tahu jika yang mendonorkan darahnya waktu itu adalah ayahnya Eric. Barca tersenyum menatap Chandra. "Makasih ya om udah donorin darahnya," ucap Barca sopan.

"Barca ayo kita pulang." Chandra menarik tangan Barca, namun Barca menahannya.

"Maksudnya apa?" Barca mengernyit heran. Begitupun dengan Lena.

"Om jangan bawa abangnya Lena," lirih Lena dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Barca tempat kamu bukan disini, ayo kita pulang." Chandra terus menarik tangan Barca.

"Apa yang Pak Chandra lakukan dengan anak saya?" ucapan itu membuat mereka bertiga menolehkan kepalanya.

"Ayah," Lena langsung memeluk lelaki paruh baya yang diyakini adalah ayahnya.

"Apa yang Pak Chandra lakukan dengan anak saya?" ulang Adam.

Chandra melepaskan pegangan tangannya. "Barca anak saya, bukan anak kamu Adam," ucapan itu membuat Barca kebingungan.

"Lebih baik kita bicarakan didalam, Lena pergi main sama teman-teman Lena aja. Abang baik-baik disini." Lena mengangguk dan mengambil ponselnya. Ia memutuskan untuk menginap di rumah Aice.

Barca, Chandra dan Adam tengah berkumpul di ruang tamu, sedangkan Lena ia sudah pergi ke rumah Aice dengan menaiki taxi. Tak lama taxi yang di tumpangi Lena sudah sampai di rumah yang bernuansa pink-putih itu. Lena memasuki gerbang dan sampai di halaman rumahnya. Ia memencet bel dan suara cempreng menyambutnya.

ALBERICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang