Maafkan Bea

Mulai dari awal
                                    

“Mas.” Bea mulai terbiasa memanggil Abid demikian.

“Kenapa? Ada yang mau dibicarakan?” tanya Abid, seakan mengerti gerak-gerik istrinya itu.

Bearista mengangguk pelan. “Mas ....” Bea mengambil napas, lalu diembuskan pelan guna menetralkan kegugupan.
“Soal ucapan aku waktu itu, sudah aku  pikirkan baik-baik,” ucap Bea.

“Yang mana?” Abid mengerutkan kening.

“Hm ... yang aku minta pisah. Ceraikan aku, Mas.” Setelah berkelana dengan pikiran serta hatinya, akhirnya Bea bisa mengucapkan kalimat itu pada Abid.

Abid bangkit. “Sepertinya kamu masih sakit, saya antar ke kamar, ya.”

Bukannya menangapi ucapan istrinya malah mengalihkan pembicaraan.
Bea menahan lengan Abid. “Aku serius, ceraikan aku.”

“Dengan alasan?” Abid bertanya masih dengan wajah tenang. Ia tidak terlalu menangapi hal ini.

“Aku ... tidak pantas jadi istrimu, Mas. Kita tidak cocok. Aku cuman bisa buat kamu susah, lebih baik menjalani hidup sendiri tanpa membebani orang lain,” jawab Bea.

“Alasan macam apa itu?”

“Mas ... aku mohon tinggalkan aku. Seperti yang Mama katakan, kamu memang pantas meninggalkanku.” Bea tidak berani menatap Abid. Keinginan untuk berpisah sudah ia pikirkan mmatang-matang, merasa bahwa kehidupan rumah tangganya tidak sejalan. Bea sudah memaafkan Abid perihal kebohongannya, inilah jalan terbaik yang Bea pilih.

“Saya sudah menjelaskan semua padamu, apa lagi yang kurang, Bearista? Saya tidak akan pernah melepaskan kamu begitu saja! Buang jauh-jauh keinginan seperti itu.” Abid menghela napas, ia mulai emosi, tetapi harus ditahan.

“Mas, jangan egois!”

“Egois? Kamu bilang, egois? Lalu bagaimana dengan kamu? Apa kamu memikirkan perasaan Saya?” Suara Abid sedikit meninggi, ia sudah menahan diri, tetapi kali ini Bea memang keterlaluan.

“Aku memang egois, Mas. Karena keegoisan akulah sekarang aku menyuruh kamu untuk meninggalkan aku! Aku tidak mau kamu hidup dengan wanita egois sepertiku. Aku ingin sendiri. Terima kasih karena Mas Abid pernah peduli dengan kesembuhan Papa.” Ini langkah yang salah, semuanya sudah terlanjur ia ucapkan. Abid benar, selama ini Bea tidak memikirkan perasaannya.

“Jika itu mau kamu, silakan kamu urus semuanya, saya tidak akan ikut campur. Karena kamu yang ingin pisah. Harusnya kamu mempertahankan pernikahan ini, berjuang lagi, membuka lembaran baru, dan menutup semua masalah kemarin. Saya memang selalu salah di mata kamu.” Abid bangkit meninggalkan Bea yang diam tanpa bicara.

Bea terpejam, berharap tidak ada air mata yang turun dari matanya, bukankah ini keinginannya? Abid sudah mengiyakan, berarti ini kesempatan Bea, tetapi kenapa hati Bea sakit saat Abid mulai pasrah dengan keputusannya?

Bea menoleh saat Abid keluar dari kamar, Bea kira Abid akan mendekatinya, ternyata Abid melewatinya. Bersamaan dengan kepergian Abid, Bea juga ikut pergi. Ia butuh Nayla sekarang.

***

Nayla terkejut dengan kedatangan Bearista, semenjak Bea menikah waktu berdua mereka sedikit terganggu. Tidak seperti dulu bisa berdua hingga melupakan waktu. 

TraveLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang