Tidak Tepat Janji

53.5K 4.8K 189
                                    

Bea kira Abid di rumah, ternyata rumah sepi, bahkan lampu tidak ada yang dinyalakan. Bea jadi sedikit khawatir, ke mana Abid sampai sekarang belum juga pulang. Bea duduk melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda di kantor. Suara langkah serta pintu terbuka tidak Bea dengar karena  terlalu fokus dengan pekerjaan.

Abid pulang tepat pukul setengah sembilan malam, ia tersenyum melihat istrinya sibuk dengan pekerjaan, ditambah rambut digulung dengan handuk yang menandakan perempuan itu baru saja pulang. Abid mendekati Bea yang belum sadar akan kehadirannya.

“Serius sekali,” bisik Abid tepat di teling Bea.

Bea melepaskan kacamatanya, lalu menoleh. “Masih ingat pulang?” Bea melengos malas menatap Abid.

“Masih dong, kalau tidak pulang kasihan istriku tidur sendirian,” jawab Abid enteng, seakan dirinya tidak bersalah.

“Kirain lupa juga kalau punya istri,” balas Bea lagi, ia membereskan pekerjaannya, lalu meninggalkan Abid yang duduk di sofa.

Ada apa dengan Bea? Tumben bersikap seperti tadi. Abid mengikuti Bea yang memasuki kamar mereka. Apakah dirinya melakukan kesalahan.

“Kamu kenapa?” tanya Abid heran.

“Ngapain ikutin aku?”

“Tidak boleh?”

“Pergi sana, aku banyak kerjaan.”

Abid semakin keheranan. “Kamu kenapa? Ada masalah di kantor?”

Ingin sekali Bea menginjak kaki suaminya, agar merintih kesakitan, supaya Bea bisa menghilakan kesalnya.

“Kalau nggak bisa menepati janji nggak usah janji, bikin susah orang.”

Abid mendekat, lalu menyingkirkan semua pekerjaan wanita itu, ia meraih wajah Bea agar menatap dirinya.

“Saya ada salah apa?” Ia sama sekali tidak tahu dengan kesalahannya.

Bea mencoba menepis tangan Abid dari bahunya, tetapi tidak berhasil. “Aku lagi kesal sama kamu, pergi sana!”

Abid menurut, ia akan mencari tahu sendiri kenapa istrinya seperti ini.
Abid mengambil ponsel di dekat meja rias Bearista, saat pergi ia lupa tidak membawa ponsel. Abid terkejut saat membuka ponselnya, banyak sekali pemberitahuan masuk, semua dari Bea.

Abid membuka satu per satu pesan tersebut. Pantas saja Bearista bersikap seperti itu. Abid terlalu fokus kepada Alex hingga dengan teganya mengabaikan Bearista, padahal ia sudah berjanji. Ia memukul dahinya bagaimana bisa ia melupakan satu hal yang penting ini. Wajar jika Bea kecewa dengan dirinya.

“Bea ....” Abid bersuara lembut. Ia jadi merasa bersalah, pasti perempuan ini sudah menunggu lama tadi.

“Saya minta maaf. Saya lupa ada janji dengan kamu.”

“Dimaafkan,” jawab Bea singkat. Bea masih ketus, membuat Abid tidak yakin dirinya dimaafkan.

Akhirnya Abid memutar badan agar menghadap dirinya, lalu menggengga tangan istrinya itu.

“Saya benar-benar sibuk hari ini, jadi melupakan janji kita, maaf banget ya,” ucap Abid. Bea bergeming ia masih kesal. “Saya janji tidak akan seperti ini lagi.” Abid berusaha meyakinkan Bea. Ia mencium punggung tangan Bea.

“Kamu tahu? Aku menunggumu lama, bahkan makan siangku jadi telat gara-gara kamu tidak ada kabar, pulang pun sama. Kamu bilang sibuk, lupa, pas aku telepon kenapa tidak diangkat?!” Bea meluapkan yang ia rasakan.

“Ponsel saya tertinggal,” jawab Abid. Abid benar-benar tidak enak hati dengan Bearista.

“Alasan!”

“Percayalah Bea ... ponsel saya ketinggalan di rumah. Saya benar-benar bodoh karena meninggalkan ponsel saya.” Nada suara Abid merendah.

“Terserah.” Bea masih ketus. Ia ingin meninggalkan Abid, tetapi pria itu sudah menahannya lagi, kekesalan Bea hilang begitu saja hanya karena Abid memeluk sembari mengelus rambut Bearista.

“Tadi pagi saya ada urusan mendadak sama Rio, bahkan tidak terlintas  untuk mengabarimu, kalau saja kamu tidak marah seperti ini mungkin saya tidak akan sadar kalau seharian ini saya hidup tanpa ponsel. Jangan marah ya ... maaf membuat kamu menunggu, karena saya kamu jadi telat makan. Maafkan saya, Istriku,” ucap Abid. Mencium puncak kepala Bea dengan sayang. Rasanya ia gagal karena hari ini tidak bisa menepati janjinya.

“Kamu selalu nyuruh aku untuk selalu mengabari, tapi kamu sendiri lupa sama aku.” Bea mendengkus kesal.

“Kali ini aja saya lupa, maaf ya. Besok kita makan siang sama-sama, saya janji.”

“Nggak usah. Mending makan siang dan dijemput Bos saja lebih tepat waktu.”

“Bearista, jangan macam-macam!” Istrinya ini selalu paling bisa membuat Abid kesal dan merasa bersalah dalam waktu bersamaan.

“Biarin,” kata Bea cuek.

“Saya pastikan lusa kamu dan teman-temanmu tidak akan melihat bosmu lagi.” Ancaman Abid mengerikan sekali, menunjukkan sekali jika Abid tidak mau miliknya diganggu.

-TBC-

Tinggalkan vote dan komentar.

Terima kasih...

Instagram: Marronad.wp

Marronad

TraveLoveOnde as histórias ganham vida. Descobre agora