Tentang Mereka 2

61.8K 5K 102
                                    

Bea membalikkan tubuh memunggungi Abid. Ia mencoba memejam, tetapi ternyata tidak bisa. Ada apa dengan dirinya? Padahal ini sudah jam dua malam, padahal Bea harus mulai bekerja. Ia takut kesiangan, meskipun jarak rumah sekarang ke kantor lebih dekat. Jika ia kesiangan, bisa potong gaji lagi.

Bea sudah terpejam, tetapi sulit untuk lelap. Otak mulai tidak terkontrol untuk berpikir, Bea butuh adaptasi padahal biasanya tidak. Ia memilih bangkit dan duduk di ranjang, menoleh ke arah Abid yang sudah nyenyak, hanya terdengar dengkuran. Ia menopang dagu, sembari terpejam. Namun sayang, lagi-lagi ia membuka matanya. Padahal belum beberapa menit ia memejam.

Bea menggeram frustasi. “Padahal tadi siang tidak minum kopi, kenapa malah susah tidur?” gerutunya

Karena kesal, Bea menjatuhkan tubuhnya kasar. Cukup kuat hingga Abid membuka mata dan menoleh ke arah Bea. Ada apa dengan Bea, mengapa tengah malam menganggu tidurnya.

“Maaf membuatmu terbangun.” Bea bergumam.

“Kamu kenapa?” tanya Abid

“Nggak bisa tidur,” jawab Bea

“Kenapa memangnya?”

“Aku tidak tahu, dari tadi susah sekali tidur.”

Abid ikut bangkit dan duduk seperti Bea. “Mungkin karena ini rumah baru, jadi aku perlu adaptasi,” jelas Bea.

“Saya ada cara agar kamu bisa tidur,” ucap Abid. Suara khas bangun tidur masih terdengar jelas di telinga Bea.

“Bagaimana caranya?”

Abid menarik kepala Bea, lalu dirinya kembali berbaring. Otomatis kepala Bearista mengikuti gerakan Abid. Ditaruhlah kepala Bea di dada Abid.

“Untuk kali ini kamu jangan marah. Besok bekerja, jadi cuma cara ini yang bembantumu,” ucap Abid sebelum Bea memprotesnya.

Bea hanya diam, meskipun ia begitu gugup. Perlahan, tangan Abid mengelus rambut Bearista.

“Biasanya kalau Nalara sedang bersama saya dan  tidak bisa tidur, saya selalu melakukan ini,” kata Abid. Tangannya terus mengusap rambut Bearista dengan begitu pelan. Benar saja,

Bearista dan Nalara berbeda tapi tak bisa dipungkiri ia merasakan kenyaman hingga tanpa sadar ia lelap.

***

Abid membuka mata, ternyata jam sudah menunjuk pukul setengah sembilan pagi. Ia melihat ke samping, sudah tidak ada Bea di sana. Untung saja Abid masih libur, besok baru ia mulai bekerja. Seperti rencananya, hari ini kemungkinan ia akan mengunjungi tempat yang sudah lama tidak ia datangi. Abid keluar dari kamar, menuju meja makan, berniat untuk meminum air putih. Namun, tidak sengaja ia menemukan secarik kertas.

Sorry, tadi tidak membangunkanmu. Sepertinya membiarkanmu beristirahat akan lebih baik. Aku kerja. Terima kasih untuk semalam, sudah membuatku tertidur. Sebagai tanda terima kasih, buka kulkas ya. Have good day!

-Bearista-

Abid kembali melipat kertas itu. Ia sudah tahu kalau Bea pergi bekerja. Setelah itu, ia pun mendekati kulkas untuk mengetahui isi kulkas yang Bea maksud tadi.

TraveLoveHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin