Perjodohan Mendadak

58.6K 4.7K 137
                                    

Setelah semua duduk di kursinya masing-masing, Leli mulai mempersilakan untuk makan malam. Makan malam mereka berlangsung hangat, sehangat kopi yang baru saja dituang air panas. Ruangan menjadi hening, hanya suara dentingan sendok dan juga suara dari kedua ponakan Abid yaitu yang menghiasi.

“Dimakan semua ya, Bea. Cicipi masakan sama kue buatan Tante,” ucapLeli.

“Iya, Tante. Terima kasih ....”

Pandangan Leli tak lepas dari Bea, terakhir mereka bertemu saat Bea masih kecil. Itu pun hanya sekali, karena dulu Leli dan keluarganya tidak tinggal di sini. “Bea nama lengkapnya siapa?”

“Bearista Atmarini Sandjaya, Tante,” jawab Bea.

Leli mengangguk. Baik Bea maupun keluarganya sepertinya sudah cukup mencicipi makanan buatan Leli. Perut mereka tidak bisa menampung banyak makanan. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk para orang tua mengungkapkan keinginannya pada Bea dan Abid.

“Kalian tahu tidak mengapa malam ini kita makan bersama?” tanya  Leli pada  keduanya.

Keduanya serempak menggeleng.

“Kalian santai saja ya, biar Papa Arif yang menjelaskannya.”

Baik Bea dan Abid sama bingung, memangnya ada apa? Bea melirik mamanya yang masih tenang-tenang saja, bahkan sang mama santai memakan puding. Dengan ragu Bearista mengambil pudingnya, lalu ia memakannya.

“Jadi gini, Papa, Mama, dan keluarga Bea sudah kenal sejak lama. Kebetulan, Leli dan Aliyana bersahabat sejak mereka SMA. Kalian masih sama-sama sendiri, kami berniat menjodohkan kalian,” ucap papa Arif, lancar tanpa kendala.

Mereka tersedak mendengar kalimat perjodohan. Abid mengambil gelas berisi air putih, lalu meminumnya. Untung batuknya tidak lama. Hanya saja, perempuan di sampingnya masih batuk, membuat Abid tidak tega melihatnya. Abid mengambil gelas berisi air putih milik perempuan itu, lalu diberikan. Tangan Abid terulur menepuk punggung Bea pelan, sebagai bantuan untuk meredakan batuknya.

“Maaf Ma, Pa, Tante, Om. Dengan tegas saya menolak perjodohan ini,” ucap Abid. Dirinya sudah hidup di zaman modern. Tidak perlu ada acara konyol seperti ini.

“Bea juga! Bea tidak mau dijodohin sama pria ini,” ucap Bea yang ternyata ikut berdiri. Aliyana menatap tajam anaknya, Bea membuatnya malu di hadapan keluarga Leli.

“Abid, Bea, kenapa malah menolak? Kalian ini masih sendiri, tidak salah, kan?” Arif menatap keduanya bergantian.

“Karena kami tidak saling mencintai.” Seperti kebetulan atau tidak, mereka mengucapkan kata itu.

“Cinta itu datang saat kalian terbiasa bersama,” sahut Aliyana.

“Iya, Ab. Kalian bisa mulai cinta itu secara perlahan. Mama dan Papa hanya ingin yang terbaik untuk kamu,” ucapLeli.

“Abid tidak mau, Ma. Tolong jangan memaksa,” tegas Abid

“Bea juga nggak mau. Tolong Mama jangan selalu memaksa Bea. Bea sudah bilang sama Mama, Bea akan cari sendiri pendamping hidup Bea.”
Aliyana menatap Bea dengan tatapan tajam. Sudah berapa kali Bea mengatakan hal seperti ini, tetap saja Bea tidak menunjukkan pedamping hidup. Teriakan Arif membuat panik, karena Leli tidak sadarkan diri.

TraveLoveजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें