Teman Bercerita

61.4K 4.9K 176
                                    

“Kondisi Pak Alex stabil. Radioterapi berhasil memperlambat sel kanker, tetapi bukan berarti Pak Alex sembuh total. Jenis kanker yang Pak Alex alami adalah small cell lung cancer, terjadi sekitar sua puluh persen dari seluruh kasus kanker paru paru ini merupakan jenis kanker paru paru yang paling agresif  dan berkembang cepat. Jadi hati-hati, selalu hindari rokok dan harus hidup sehat,” jelas dokter spesialis kanker yang menangani Alex.

“Jadi, hari ini Papa sudah boleh pulang?” tanya Abid.

“Boleh, saya sudah membuat jadwal check up. Saya akan memantau perkembangan kanker Pak Alex.”

“Terima kasih banyak, Dok.”

“Sama-sama, Pak.”

Dokter mengakhiri penjelasannya, Abid pamit setelah bersalaman dengan dokter.

Abid sudah menjelaskan yang disampaikan dokter kepada Alex, kini mereka bersiap-siap untuk pulang. Tentang check up ia menyuruh Dimas agar mengantar dan memperhatikan Alex. Abid tidak janji akan selalu bisa mengantar Alex, ia harus bekerja. Perlu waktu dua jam setengah membereskan barang hingga mengurus adminitrasi, sampai akhirnya mereka sampai ke galeri. Abid hanya bisa mengantar, ia harus menjemput Bea.

“Nanti jangan lupa minum obat, Pa. Maaf Abid nggak bisa mampir. Abid harus menjemput Bea,” ucap Abid.

“Tidak apa-apa, Ab. Terima kasih banyak, harusnya hari libur  kamu dengan Bearista, malah menjaga Papa di rumah sakit.”

“Santai aja, Pa. Lagi pula Bearista juga bekerja, jadi saya hanya punya waktu dengan Bea sore hingga malam.”

“Jaga Bearista untuk Papa. Buat dia bahagia. Biar kalau Papa nggak ada, sudah tenang karena Bea sama kamu. Bearista anak Papa satu-satunya, hanya punya kamu yang bisa membantu membahagiakan Bearista,” ucap Alex.

“Pa, Papa harus optimis sembuh. Jangan pesimis.” Abid memberi semangat pada papanya.

“Iya ... salam untuk anak Papa.”

“Pasti, Abid pamit, Pa.” Abid menyalami Alex, lalu kembali ke  mobilnya.

***

Semua yang di luar berbisik-bisik melihat kedatangan Abid di kantor mereka, mereka berpikir pasti suami Bea akan menghajar atau bahkan memarahi bos mereka karena telah memecat istrinya.

“Mas, bos kami sudah pulang,” kata salah satu buruh pabrik. Pemecatan terhadap Bea sudah didengar seluruh karyawan, mereka menyayangkan keputusan bos mereka.

“Bos?” Abid heran.

“Mas mau cari Bos, kan?” tanyanya.

“Nggak. Saya mau jemput istri saya,” jawab Abid.

Semenit kemudian mereka bernapas lega, pikiran mereka sudah ke mana-mana.

“Mbak Bea sudah pulang, Mas.”

“Oh ya, terima kasih,” ucap Abid, lalu kembali ke  mobilnya. Kenapa Bea pulang sendiri, padahal sudah diberitahu bahwa Abid akan menjemputnya. Apa Bearista masih cemburu dan marah? Abid membawa mobilnya dengan cepat agar bisa sampai di rumah.

Sesampainya di kediaman, Abid menatap motor Nayla di dekat garasi, apa tadi Bea pulang dengan Nayla? Banyak pertanyaan yang belum ada jawabannya, hingga Abid memutuskan masuk. Abid membuka pintu rumah, suasana di dalam sangat sepi, tidak mendengar suara Nayla bahkan Bearista. Abid mencoba memasuki kamar mereka, tetapi kamar terkunci, untung saja Abid mempunyai kunci kamar.

TraveLoveWhere stories live. Discover now