Perhatian Abid

62.1K 5.1K 237
                                    


Bearista menatap ponselnya sedikit kesal dengan apa yang ia lihat. Bagaimana bisa pria itu pergi ke rumah Alex tanpa mengajaknya. Tega sekali, padahal Bea sangat merindukan Alex. Bea membaca lagi pesan Abid, menyebalkan sekali.

Abid Pranaja:

Maaf, dapat salam dari Papa. Papa rindu anaknya.

Dengan cepat jari Bearista bergerak mengetik pesan yang akan dikirim ke pria itu.

Jahat! Aku ngambek sama kamu.
Kenapa nggak ajak-ajak?

Di rumah sepi, jadi lebih baik ke galeri Papa saja. Ini dadakan, maaf ya. Kalau kita libur, kita ke galeri bersama.

Pokoknya aku ngambek!!!

Tidak lama kemudian, ponsel Bea kembali berdering. Ternyata Abid menghubungi lewat panggilan video.

“Kamu tuh, ya—” Bea berhenti sejenak. Ia kira orang pertama yang akan dilihat Abid, ternyata Alex.

“Kamu mau marahin Abid, ya?”

“Iya. Bea marah sama dia, kenapa  tidak mengajakku. Pa ... Bea kangen ....” Bea menatap wajah Alex yang begitu jelas di ponsel. Semenjak peristiwa akad, keadaan Bea dan Alex membaik.

“Padahal waktu itu kita bertemu. Tunggu kamu libur, nanti ke sini sama Abid, ya.”

“Bea hari Minggu ke rumah Papa ya, tidak mengajak Abid. Biarkan saja di rumah.”

“Harus berdua. Nanti Papa masak untuk kalian.”

“Janji Papa bakalan masak, ya.” Senyum Bea terbit. Sedikit terhibur atas janji Alex.

“Iya, Papa janji. Sudah, sana kamu kerja.”

“Oke. Bea kerja dulu, assalamualaikum.”

“Waalaikumussalam.”

Bea menutup sambungan teleponnya. Baru saja ia ingin berdiri untuk makan siang, tiba-tiba dikagetkan oleh sosok bertubuh tinggi di hadapannya.

“Teleponan sama siapa tadi?” tanyanya.

“Sama Papa, Pak,” jawab Bea.

“Enak ya, teleponan di jam kerja.” Nada bicara Lukas kentara sekali menyindirnya.

“Ini kan, jam istirahat, Pak,” sahut Bea.

“Kamu masih di kantor, jadi masih jam kerja. Kalau di luar, baru jam istirahat. Lain kali kalau mau teleponan sama papamu, apalagi suamimu tidak boleh di kantor,” tegasnya.

Bea diam meski amarah sudah di ujung puncak.

***

“Terima kasih ya, Nak.” Alex mengembalikan ponsel milik Abid.

“Sama-sama, Pa.”

Abid kira kedatangannya ke galeri akan membuat canggung, mengingat saat hari pernikahan ada perdebatan kecil. Abid takut mertuanya akan bersikap tidak culas, ternyata tidak. Alex menyambut Abid dengan ramah. Alex senang sekali ketika menantunya datang ke galeri. Tadinya Alex berpikir jika menantu dan putrinya pasti tidak akan ke galerinya. Kehadiran Abid membuat Alex merasa memiliki anak laki-laki lagi.

TraveLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang