Bohong Dan Kenyataan

59.1K 4.9K 181
                                    

Papa bohong, Bea. Ingin sekali Abid mengatakan hal itu. Namun, melihat Alex  yang berharap agar ia terus menjaga rahasia membuat Abid tidak bisa bertindak.

Antara percaya atau tidak, Bea dalam kebingungan kenapa jawaban Alex seperti ada yang disembunyikan.

“Percaya, Papa baik-baik aja. Kalau kamu kurang percaya bisa tanya Dimas.” Alex mengusap pundak putrinya.

Bea menggeleng, ia mencoba percaya, mungkin saja memang Alex dalam kondisi sehat. Tapi sebagai anak wajar jika dirinya merasa takut dengan keadaan papanya.

“Jangan terlalu dipikirkan, Nak. Kalau Papa sakit pasti memberitahu kalian, cuma kalian yang bisa Papa andalkan.” Pria paruh baya mengusap rambut putrinya.

Abid bergerak meraih tangan Bea, mengusapnya, lalu digenggam. Ia meyakinkan bahwa akan selalu ada untuk mereka dan Papa akan baik-baik saja, Abid akan berjuang untuk kesembuhan Alex demi Bearista.

“Kalau ada apa-apa Papa harus kasih tahu, jangan disembunyikan dari Bea. Bea cuma punya Papa dan Abid.”

“Ada Mama Aliyana juga. Kamu harus ingat itu,” ujar Alex, ia menatap Bea lamat-lamat.

“Mama memang melahirkanku. Tapi, semua kasih sayangnya hanya untuk Liana.” Bea dan Aliyana memang tidak dekat, apalagi setelah ada Liana, Bea semakin diabaikan. Dulu ada nenek yang memberikan kasih sayang, tetapi sekarang ia hanya merasakan kasih sayang itu dari Alex dan suaminya.

“Dia tetap mamamu, tidak akan pernah digantikan.”

Alex tidak pernah mengajarkan Bea untuk menjauh dari Aliyana, ia sering menyuruh Bea mengunjungi mantan istrinya. Namun, Bea selalu beralasan sudah ada Liana yang menggantikannya. Bea akan datang ke rumah Aliyana ketika wanita itu yang menyuruh, biasanya Bea akan bertanya kabar Aliyana lewat adiknya, lewat ponsel.

“Papa, Bea sayang sekali sama Papa,” ucap Bea, lalu memeluk Alex, malam ini Bea begitu cenggeng sekali.

“Papa juga sayang Bea. Sudah, sudah ... kok malah menangis.”

Di dalam hati Bea merasa kekhawatiran yang luar biasa meskipun Alex mengatakan  dirinya baik-baik saja.

***

Abid memperhatikan Bea yang sedari tadi diam di dalam mobil, hanya menatap jalanan. Mereka pulang setelah makan malam, karena Abid besok pagi harus kembali bekerja dan meninggalkan Bea. Abid menepikan mobilnya sebentar, sengaja ia menghentikan perjalannya.

“Kok berhenti?” tanya Bea.

Abid menatap Bea lekat-lekat. “Are you okay?” Bea mengangguk. “Dari tadi diam sedang memikirkan apa?”

Bea hanya menggeleng sambil menghela napas, seoalah ada beban berat di pundaknya.

“Bearista ... bisa jujur sama saya?”

“Kepikiran Papa. Seperti ada yang Papa sembunyikan dari aku, batin aku mengatakan begitu. Tapi, Papa bilang baik-baik aja.”

Abid merasa tersentil dengan ucapan Bea. Ikatan batin seorang anak dan ayah pasti kuat, jadi baik anak mau pun ayah akan merasakan kegelisahan ketika salah satu dari mereka sedang tidak baik.

“Biar lebih yakin nanti sering-seringlah ke galeri untuk memastikan. Kalau nggak ada saya kamu pesan taksi online aja buat ke galeri biar aman,” ucap Abid.

Bea mengangguk, ia akan sering mengunjungi Alex, jika tidak memastikan sendiri tentu Bea akan selalu gelisah.

“Tidak  usah terlalu dipikirkan, semuanya baik-baik aja. Ada saya yang bakalan jaga kalian.”

TraveLoveOnde as histórias ganham vida. Descobre agora