Chapter 14

6K 541 48
                                    

Cerita ini hanya dipublikasikan di Wattpad!

Selamat membaca, pembaca setiaku yang manis!

---

"Mungkin ... sebaiknya kita keluar" Daisy berucap gugup. Mata birunya tidak berani menatap mata Max. Pendeknya, dia merasa malu. Sangat.

Sedang pria yang diajaknya bicara hanya terdiam. Sedang dalam hati sudah berontak ingin marah. Entah pada siapa karena jelas tidak ada yang salah di sini. Termasuk pelayan yang baru saja memberitahu bahwa makan malam telah siap. Sejatinya pelayan tersebut dapat menduga tentang kegiatan dirinya dengan Daisy di kamar dengan pintu tertutup, namun tetap saja pelayan tersebut hanya menjalankan tugas. Max mana bisa memarahi pelayan tersebut?

Mungkin Max bisa saja marah pada Daisy karena telah berani membuat dirinya berada di luar kontrol. Hanya saja jika Max memarahi gadis itu, pastinya akan dianggap sebagai pria yang tidak bisa berpikir logis atau bahkan pria gila. Lagi pula jika tetap bertindak seperti itu, sudah pasti akan menjelaskan dampak keberadaan Daisy terhadap Max. Mengakui kebenaran bahwa Max selalu merasa di luar kontrol jika berdekatan dengan Daisy misalnya, dan hal tersebut belum siap untuk diakuinya.

"Aku bisa beristirahat setelah makan malam." Daisy kembali berucap karena tidak mendapatkan respon apa pun dari Max.

"Ayo!" Max tidak menanggapi perkataan sedikit pun dari Daisy. Pria itu lebih memilih untuk mengajak Daisy ke ruang makan.

"Hm ya" tidak ada respon dari Daisy selain mengiyakan. Gadis itu tetap menyembunyikan wajahnya pada Max. Berusaha bersikap sebaik mungkin bahwa kejadian yang baru saja terjadi tidak memiliki arti penting. Tapi tetap saja! Membayangkan bibir Max menciumnya begitu mesra justru menambah rona merah hingga rasanya menjalar sampai ke ujung telinga.

Selama menuju ruang makan, keduanya tidak saling berbicara. Namun Daisy tetap mengekori Max. Mengikuti setiap langkah pria itu tanpa berniat melihat secara detail tentang apa saja yang sudah dilaluinya. Seolah langkah kaki Max lebih indah dipandangnya dibanding apa pun.

"Makanlah!" kalimat perintah dilontarkan Max setelah keduanya duduk berhadapan.

Di meja makan telah disediakan berbagai hidangan. Semuanya terlihat enak walau didominasi oleh sayuran juga buah-buahan. Daisy melihat semuanya dan mulai memilih hidangan mana yang baiknya ia santap terlebih dahulu. Terlalu banyak pilihan hingga mata birunya jelas terlihat bingung.

Rasanya sudah lama Daisy tidak dilayani seperti saat ini. Gadis itu lebih sering memesan makanan dengan menu yang telah dipilihnya. Makanannya tidak bervariasi namun jumlahnya terbilang cukup banyak. Terakhir kali tentu saja di mansion Gabriel. Makan bersama ayahnya juga Elma. Tapi suasananya jelas berbeda jauh. Tidak ada rasa kekeluargaan. Karena Gabriel lebih sibuk memerintah Elma untuk makan lebih banyak dan mengabaikan Daisy sepenuhnya.

"Aku baru tahu kau membutuhkan waktu lebih lama hanya sekadar memilih makanan apa yang lebih dulu kau makan, Tertia." Max berucap santai. Pria itu terlihat begitu santai menikmati apa yang dimakannya.

Daisy yang mendengar jelas kalimat Max menatap pria itu dengan pandangan sulit diartikan. Pandangannya kemudian menurun pada bibir lalu leher Max di mana jakun pria itu jelas terlihat begitu berbeda. Mengingatkan Daisy kembali pada apa yang terjadi beberapa menit lalu.

Entah mengapa Daisy menginginkannya kembali! Ada sesuatu yang mendesak dalam diri hingga rasanya nafsu makannya hilang tak berbekas sedikit pun.

"Kenapa?" Max bertanya dengan raut wajah heran ketika mendapatkan Daisy masih bergeming di tempatnya.

Unfailing (#4 MDA Series)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora