Chapter 04

6.2K 453 15
                                    

Cerita ini hanya dipublikasikan di Wattpad!

Mumpung nganggur jadi sempetin up :-)

Selamat membaca pembaca setiaku yang manis!

---

"Setelah ini Anda memiliki pertemuan dengan Mr. Kentaro Arata, CEO dari Junko Corporation, Sir." Elsa mengawali pemberitahuannya dengan suara mantap. Rambutnya digelung rapi dengan pakaian formal yang mana dirinya terlihat begitu profesional.

Terhitung empat tahun Elsa bekerja sebagai sekretaris dan selama itu pula ia masih belum mengenal benar bagaimana watak dari bosnya itu. Hanya secara umum saja dari seorang Maxwell bahwa bosnya itu bertipe perfeksionis yang irit bicara. Pendeknya, Max hanya berbicara jika sekiranya penting dan karena kemungkinan itulah alasannya mengapa Max dikatakan sebagai orang dingin tak tersentuh. Dari itu semua setidaknya Elsa bersyukur bahwa Max bukan tipe pria playboy. Dia tidak harus menggoda atau merayu bosnya itu agar tetap bisa bekerja sebagai sekretaris. Cukup menunjukkan keprofesionalan serta kinerjanya yang memuaskan. Jangankan tetap menjaga tangannya untuk berada di tempat, bahkan Max tidak pernah menatap Elsa penuh arti. Hanya tatapan datar tanpa arti.

"Mengenai keberangkatan Anda ke New York, saya dan Calvin sudah mengurus semuanya. Anda cukup menentukan tentang apa yang perlu saya beli untuk kado ulang tahun pernikahan Tuan dan Nyonya Addison."

"Aku sendiri yang membeli kadonya, Elsa. Kau hanya perlu menyiapkan keperluan pertemuan kita dengan Mr. Kentaro."

"Baik, Sir."

Tidak dapat diragukan lagi jika Max memang tipe pria penyayang keluarga. Itulah yang dipikirkan Elsa sebelum wanita itu kembali fokus pada macbook-nya. Max sendiri mengarahkan pandangannya ke arah pemandangan samping mobil. Rolls Royce Phantom yang dikemudikan pengawal pribadi membawanya ke salah satu universitas terkemuka yang memberi ruang dirinya untuk menjadi pembicara utama dalam kuliah umum.

Sebenarnya Max tidak begitu antusias untuk berkunjung. Hanya saja Gavin Addison -papanya- berhalangan hadir yang karena itulah meminta Max untuk datang. Sebagai putra sulung yang memegang peranan penting dalam keluarga, mana mungkin Max menolak setiap keinginan orangtuanya? Berbicara tentang orangtua, Max sudah menyiapkan kado khusus yaitu berupa pulau pribadi di Hawaii. Dia memang jauh-jauh hari menyiapkan kado khusus tersebut. Awalnya sulit menentukan kado apa yang pantas. Mengingat keduanya telah memiliki segalanya termasuk pulau pribadi di berbagai negara. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk membeli salah satu pulau di Hawaii karena ciri khas yang dimiliki pulau tersebut.

Lamunan Max berhenti begitu saja ketika ia sedikit mendongak menatap salah satu videotron -atau sering disebut LED tron- yang menampilkan seorang wanita dengan segala gerak tubuhnya. Daisy Tertia Camilla menjadi bintang iklan parfum kelas dunia. Menonjolkan segala kecantikan serta gerak gemulai yang terlihat begitu anggun nan menakjubkan.

"Sial" serunya lirih namun terdengar cukup jelas bagi Elsa maupun Ronald, nama dari pengawal pribadinya. Walau begitu keduanya tidak memiliki keberanian untuk sekedar menengok langsung ke arah Max.

Max sendiri tidak bisa berhenti mengutuk karena merasa otaknya menjadi tak waras hanya karena melihat Daisy. Bahkan tangannya mengepal keras. Merasa marah yang bahkan bingung melampiaskan rasa marahnya pada siapa. Bayangkan saja, dia tidak bertemu langsung dengan wanita itu dan berakhir dengan kekacauan dalam diri. Lantas bagaimana jika bertatap muka secara langsung? Oh, ingatkan juga bahwa Max dan Daisy belum mengenal satu sama lain! Max yakin setelah mengenal dan tahu bagaimana Daisy, kemungkinan ketertarikannya akan berkurang. Pria itu menyimpulkan bahwa ketertarikannya pada wanita itu hanya karena sebatas fisik saja. Tidak lebih dari itu.

Unfailing (#4 MDA Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang