Chapter 03

7.4K 492 27
                                    

Cerita ini hanya dipublikasikan di Wattpad!

Selamat membaca pembaca setiaku yang manis!

---

"Aku masih belum membutuhkannya" Daisy berseru dengan ekspresi kesal sembari melihat ketiga sahabatnya bergantian. Bibirnya mencebik seraya menepis kasar bungkusan foil yang baru saja disodorkan oleh Gwen.

Cukup lama Daisy menatap Gwenda Tricia, salah satu sahabatnya yang terkenal murah hati. Begitu murah hatinya hingga memberikannya "pengaman" tanpa merasa bersalah sama sekali. Kemurahan hatinya membuat Gwen tidak ragu jika dirinya akan dengan senang hati membagi-bagikan salah satu benda favoritnya itu pada orang lain.

"Oh, ayolah. Ini Hari Kasih Sayang, Daisy" seruan dari arah samping mampu membuat Daisy berpaling dari Gwen untuk kemudian memandang Emily Jeslyn. Sahabatnya yang terkenal cantik dan sedikit angkuh. Keangkuhan yang mana katanya dia berhak untuk memilikinya.

"Kau membutuhkannya malam ini karena sudah waktunya untukmu dan Billy melakukannya, Sayang."

Lanjutan perkataan dari Emily sudah membuktikan bahwa sahabat Daisy satu itu terlalu terbuka dalam segala hal. Termasuk berkata lancar tanpa malu jika mengenai hal yang berbau "ranjang". Ditambah hubungan jarak jauh yang dijalani Emily dengan seorang dokter spesialis mata yang tampan dan seksi bernama Diaz Andres Camilo. Pria yang berhasil menjatuhkan ego seorang Emily benar-benar dianggap luar biasa. Terlebih lagi mampu membuat sahabatnya itu bertekuk lutut karena cinta.

"Kau juga harus tahu, Daisy. Hari ini Diaz menunda kesibukannya untuk terbang kemari. Setidaknya kita berdua sudah berniat untuk menghabiskan malam dengan aktivitas panas penuh gairah."

Daisy hanya bisa menahan nafas setiap mendengar lontaran kata dari Emily. Daisy tidak habis pikir di mana pikiran Emily ketika berbicara panjang lebar tanpa adanya rasa malu. Oke ... mungkin bagi sebagian besar orang menganggap bahwa hal itu adalah wajar. Mengingat usia mereka sudah sepantasnya berpikir tentang hal itu. Tapi bagi Daisy? Rasanya sulit untuk membayangkan, apalagi diucapkan secara lantang di depan banyak orang. Seperti saat ini. Tepatnya, di kafetaria kampus yang mana banyak mahasiswa menghabiskan waktu jeda untuk bersantai ria.

"Oh, tidak hanya kau, Emily Sayang. Calvin juga meluangkan waktunya untukku malam ini. Ah ... rasanya tidak sabar menunggu untuk melakukannya." Kembali Gwen berseru seraya memejamkan mata seolah membayangkan hal yang tidak-tidak dengan kekasihnya itu. Sedang Daisy memilih untuk diam saja seraya menahan diri untuk menahan luapan emosi.

"Gwenda Tricia, please!" kini seruan dari arah samping Gwen menginterupsi perkatannya.

Ada Joanna Harriet Carrington sedang menunjukkan ekspresi jijik menatap Gwen hingga memunculkan senyum di bibir Daisy. Setidaknya masih ada sahabat yang sepemikiran dengan Daisy.

"Kau baru sehari tidak melakukannya dengan Calvin. Kau tahu kenapa aku tahu tentang hal ini? Karena setiap melakukannya, kalian membuat suara keras tanpa berpikir bahwa ada orang lain yang akan mendengarnya. Suara erangan kalian berdua seperti dua ekor kucing dalam masa kawin."

Selanjutnya bukan hanya Daisy yang tertawa tetapi juga Emily. Keduanya tertawa keras hingga membuat beberapa pasang kepala menengok ke arah meja mereka berempat. Tentunya, tidak ada yang berani menengur atau bahkan mendesis sedikit pun. Pasalnya, Daisy, Emily, Joanna, dan Gwen adalah kumpulan wanita terkenal dengan kecantikan dan segudang bakat. Tidak lupa juga bahwa mereka adalah putri dari jajaran donatur besar di kampus yang saat ini mereka tempati untuk mengejar gelar sarjana. Ya katakanlah semacam "kumpulan wanita beruntung".

"Oh, please! Suaraku dan Calvin adalah salah satu seni yang tidak akan pernah bisa tergantikan oleh siapa pun." Seperti biasa, selanjutnya perdebatan antara Gwen dan Joanna berlanjut pada sesi berikutnya.

Unfailing (#4 MDA Series)Where stories live. Discover now