Chapter 34

5.3K 484 74
                                    

Hai, semua! Terima kasih banyak yang kemarin nyempetin waktu buat vote cover Remembrance. Salam peluk dariku untuk kalian 😍👐

Sebagai balasannya, hari ini aku sempetin update Abang Max dan Mbak Daisy (yeay!)

Ndak perlu panjang² yak, selamat membaca pembaca setiaku yang manis!

---

"Temui saja mereka! Katakan bahwa aku tidak bisa menemui mereka. Kau bisa mengatakan alasan apa pun, terpenting aku tidak ingin menemui mereka untuk saat ini." Daisy mengatakannya sembari berpaling dari Max. Tidak ingin berlama-lama memandang wajah suaminya itu.

"Kau yakin tidak ingin menemui mereka? Setidaknya hubunganmu dengan Nikki memerlukan sedikit perbaikan." Max mengatakannya dengan hati-hati. Sudah tugasnya guna meyakinkan sang istri bahwa dia dan Nikki sudah tidak memiliki hubungan apa pun.

Cepat atau lambat, Daisy memang harus memperbaiki hubungannya dengan Nikki. Bukan berarti Max egois dalam hal ini. Hanya saja Max berpikir jika Daisy bisa menerima Nikki sebagai teman, itu berarti Daisy telah menerima seluruh masa lalunya dengan Nikki.

Sedang Daisy yang mendengarnya menjadi terdiam. Merasa enggan menanggapi, tapi mau tidak mau dia memang harus memberi tanggapannya. "Aku mengakui bahwa aku sudah keterlaluan menuduh Nikki. Menyebutnya sebagai wanita manipulatif dan sejenisnya. Tapi tetap saja ... aku masih tidak bisa menemuinya sekarang."

"Berarti kau masih belum bisa menerimaku seutuhnya. Anggap saja masa laluku begitu buruk dan kau menganggapnya sebagai aib sehingga tidak bisa dilupakan begitu saja olehmu."

Daisy menggeleng. "Bukan begitu."

"Lantas?"

"Intinya aku memerlukan waktu untuk melupakan semuanya, Max. Setidaknya kau harus mengerti posisiku sekarang." Daisy bersikeras pada kemauannya untuk tidak bertemu dengan Nikki.

"Aku yakin Nikki ingin menjalin sebuah hubungan pertemanan denganmu, Tertia. Dia wanita yang baik."

"Jika kau mengatakan pria akan cemburu ketika wanitanya membicarakan pria lain. Sekarang aku juga harus menjelaskan padamu bahwa aku tidak hanya cemburu tapi sakit hati karena kau terang-terangan memuji wanita lain di depanku." Daisy meradang bahkan netra birunya berani melotot ke arah Max.

Max sendiri menghela nafas panjang. Dia tahu bahwa dia salah ucap kali ini. "Tertia ..." panggilnya dengan nada frustasi.

"Tidak. Aku bersikeras untuk tidak menemuinya sekarang. Temui saja dia!"

"Dia dengan Rex. Aku tidak akan menemuinya tanpa ada Rex atau kau, Tertia."

"Terserah."

Akhir-akhir ini Max memang harus memiliki stok sabar lebih banyak. Suasana hati istrinya cepat berubah seperti cuaca yang tidak menentu. Untuk itu Max tidak menanggapi apa pun perkataan Daisy. Pria itu beranjak berdiri. Bersiap meninggalkan Daisy untuk menemui tamunya.

"Oh, jadi kau lebih memilih bertemu dengan mantanmu itu dibanding menjaga perasaanku sebagai istrimu?"

Kalimat Daisy itu sukses membuat langkah Max berhenti. Daisy memang tidak bisa ditebak. Pola pikir istrinya itu diam-diam membuat Max ingin menyerah karena bingung harus bertindak seperti apa. Kesalahan sedikit saja yang dilakukan Max akan berdampak besar di mata Daisy. Max jelas tidak ingin Daisy merasa sedih. Tapi jika seperti ini, rasa-rasanya Max ingin berteriak sembari berkata "lalu maumu apa?" pertanyaan semacam itu.

Max tidak melakukan apa pun yang ada di pikirannya sekarang. Pria itu berbalik dan mendapatkan sang istri menitikkan air mata. Hati Max tersentuh dan memahami sikap tidak jelas Daisy kemungkinan besar akibat dari hormor kehamilan. Untuk itu Max kembali melangkah ke arah Daisy. Mendekat ke arah sang istri lalu tanpa ragu membopong tubuh istrinya dengan sekali gerak.

Unfailing (#4 MDA Series)Kde žijí příběhy. Začni objevovat