Chapter 10

5.7K 587 67
                                    

Cerita ini hanya dipublikasikan di Wattpad!

Selamat membaca, pembaca setiaku yang manis!

---

Seminggu setelah kedatangan Max ke apartemen pribadi yang berakhir tidak begitu menyenangkan, tidak menyurutkan tekad Daisy. Gadis itu tetap memutuskan untuk menjadikan Max sebagai target. Tidak ada pria yang lebih baik dari Max. Pria itu memiliki semua yang diinginkan Daisy. Kekuasaan, pengaruh, kekayaan, keluarga terhormat, juga fisik tampan nan rupawan.

Permasalahannya terletak pada cara Daisy menarik perhatian Max. Keduanya jelas tidak memiliki hubungan apa pun. Sedang Daisy jelas memerlukan alasan untuk kembali bertemu dengan Max. Tidak peduli pria itu marah atau berkata kasar, terpenting dari itu semua Daisy harus kembali bertemu. Tapi alasan apa yang harus ia miliki? Daisy tentu harus memutar otak tentang segala kemungkinan alasan agar tidak terdengar konyol atau bahkan bodoh. Seperti saat ini di mana gadis itu berdiri di tengah ruang tamu sembari berpikir keras.

Daisy jelas tidak ingin kembali menunjukkan sikap cerobohnya tepat di depan Max.

Di tengah asyiknya Daisy berpikir, bel pintu apartemen berbunyi. Menyentakkan pikiran Daisy yang mau tak mau segera membuka pintu. Satu kecerobohan lagi yang gadis itu perbuat, yaitu tidak melihat terlebih dahulu tentang siapa yang bertamu. Hingga tak heran bahwa kini Daisy berdiri dengan nafas tercekat setelah mata birunya menangkap keberadaan orang yang telah bertahun-tahun mengabaikan keberadaannya.

Gabriel Ashton, ayah kandungnya!

Bagian paling mengejutkan lagi, pria tua itu tidak datang seorang diri. Melainkan dengan saudara tirinya, Elma Cornelia. Ekspresi Gabriel terlihat tidak bersahabat dengan tatapan tajam siap membakar. Sedang Elma yang berdiri tidak jauh dari Gabriel nampak tersenyum manis pada Daisy.

"Aku sedang tidak ingin menerima tamu" Daisy berucap dengan nada dingin seolah dapat membekukan siapa saja yang mendengarnya. Namun sikap Daisy tidak berdampak apa-apa pada Gabriel. Pria tua itu tetap menampakkan tatapan tajam dengan rahang mengetat keras.

Selanjutnya tanpa diduga beberapa orang berpakaian serba hitam menerobos masuk. Tidak peduli tindakan mereka yang bisa saja menyakiti Daisy. Tindakan tiba-tiba yang membuat Daisy terdorong mundur sampai nyaris terjungkal ke belakang. Untung saja Daisy masih bisa mempertahankan tubuhnya. Jika tidak, bisa dibayangkan betapa malunya Daisy harus terjatuh akibat kelakuan dari beberapa pengawal Gabriel Ashton.

Rupanya rasa malu Daisy tidak diuji sesederhana itu karena selanjutnya dia menerima tamparan keras dari Gabriel Ashton. Pria tua itu masuk lalu menampar pipi kanan Daisy tepat di depan Elma dan para pengawal.

"Dad!" teriakan Elma sebagai peringatan menguar di udara. Turut menyumbang ketegangan yang memenuhi ruang tamu.

Sedang Daisy masih berdiri dengan tangan yang memegang pipi kanan. Dia jelas merasa pusing teramat sangat yang mulai merambat ke seluruh bagian kepala. Pipinya memanas dengan sudut bibir berkedut. Tanpa berkaca, Daisy sudah yakin bahwa sudut bibirnya telah robek akibat tamparan yang terlalu keras. Tapi tetap saja, kesakitannya tidak lantas membuatnya menangis atau sekadar menunjukkan ekspresi takut.

Dia ... tidak ingin memperlihatkan kelemahannya tepat di depan Gabriel.

Daisy menunjukkan kekuatannya dengan mendongak sembari menatap tajam ke arah Gabriel. Setidaknya tindakan seperti itu selalu diperlihatkan setiap ayahnya memukulnya habis-habisan.

"Aku tidak melakukan kesalahan apa pun." Daisy bersuara dengan nada datar. Dadanya terasa sakit karena harus menanggung malu akibat perbuatan kasar sang ayah yang jelas ditonton oleh Elma dan para pengawal.

Unfailing (#4 MDA Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang