Chapter 12

5.6K 531 55
                                    

Cerita ini hanya dipublikasikan di Wattpad!

 Terima kasih bagi yang sempetin ng.vote dan komen :*

Kalo ada waktu luang, aku pastiin bales komen kalian kok :-)   

Selama membaca, pembaca setiaku yang manis!

---

Daisy tidak tahu berapa mobil mewah -selain Rolls Royce- yang sebenarnya Max punya ketika dirinya masuk ke dalam sebuah Bentley yang Daisy tahu harga mobil itu tergolong fantastis. Tapi Daisy yakin, harga bukanlah sebuah permasalahan. Mengingat pekerjaan juga kemampuan pria itu.

Daisy memang tergolong anak orang kaya. Walau Gabriel tidak pernah memberikannya perhatian dan kasih sayang, namun pria itu tetap membiarkan Daisy hidup dalam segala kemewahan. Baru dalam tujuh tahun terakhir inilah, Daisy berusaha lepas dari Gabriel. Mulai bekerja paruh waktu hingga ia berakhir menjadi model seperti sekarang. Penghasilannya memang masih jauh dari sang ayah, namun tetap dengan cara itu Daisy dapat memenuhi seluruh kebutuhan hidup termasuk biaya pendidikannya.

Kebiasaan hidup mewah membuat Daisy tidak lagi merasa kikuk ketika disodorkan fasilitas mewah seperti saat ini di mana ia berusah tampil sebaik mungkin guna mengimbangi keseluruhan dari seorang Maxwell Maynard Addison. Selama perjalanan, dia mulai berpikir tentang tanggapan orang-orang yang baru saja melihatnya keluar dari apartemen bersama Max. Ada ketakutan dari Daisy tentang pendapat orang lain yang mungkin melihatnya tidak sepadan jika berjalan beriringan dengan Max.

Ah ya, jangan lupakan juga tentang fakta bahwa keduanya tidak hanya berjalan beriringan saja, melainkan juga dengan tangan yang saling bertaut erat. Walau Max tidak memeluk pinggang, namun berpengangan tangan tetap dianggap fakta paling mengejutkan. Seolah mengonfirmasi kebenaran berita yang bermunculan di berbagai media.

"Kita ke hotel?" tanya Daisy ketika Ronald mengarahkan mobil ke salah satu hotel milik Addison Group.

"Kau bisa melihatnya sendiri, Tertia." Max menjawab dengan nada datar. Sedang Daisy berpikir bahwa Max kembali ke sifat aslinya yaitu menyebalkan.

Sebenarnya maksud Daisy untuk memastikan alasan mengapa tempat yang dituju Max adalah hotel. Bukannya mengajak Daisy ke tempat lain seperti objek wisata atau entah ke mana asal bukan hotel. Lagi pula tujuannya apa hingga mengajak Daisy ke hotel? Mengurus bisniskah? Atau sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan melayani dan dilayani? Seperti mengajak Daisy untuk melakukan ...

"Berhenti memikirkan hal buruk tentang apa yang akan kita lakukan, Tertia!" Max berseru hingga membuat Daisy gelagapan. Merasa salah tingkah karena perkataan Max benar adanya.

"Aku hanya memikirkan hal lain" Daisy jelas menyangkal, sedang bahasa tubuhnya menjelaskan hal sebaliknya. Membuat Max yang melihatnya harus menggigit bibir dalam karena menahan senyum yang nyaris terbit dari bibirnya.

Setelah mobil berhenti tepat di depan hotel, Ronald segera bertindak membukakan pintu untuk Max. Bermaksud melakukan hal sama pada Daisy, gerakan Ronald segera ditahan oleh Max.

"Biar aku saja" adalah kalimat Max yang menandakan bahwa pria itu saja yang membukakan pintu mobil bagi Daisy. Bak seorang gentleman sejati, Max membuka pintu sembari mengulurkan tangan ke arah Daisy. Bertindak layaknya pria kasmaran terhadap pujaan hati.

Daisy sendiri? Tidak ada yang dilakukan gadis itu selain menerima uluran tangan Max dan mulai turun dari mobil. Terlebih orang-orang yang berlalu lalang nampak memberi perhatian lebih pada setiap interaksi dirinya dengan Max. Daisy jelas menampakkan senyum lebar walau harus menahan perih di sudut bibir. Setidaknya dia harus mengimbangi akting Max. Menunjukkan bahwa keduanya memang memiliki hubungan khusus.

Unfailing (#4 MDA Series)Where stories live. Discover now