34. pohon itu seperti seorang mukmin

703 91 0
                                    

Suatu hari, di Masjid Nabawi yang dibangun dari pokok-pokok batang kurma dan beratapkan daunnya, Sang Nabi membahaskan suatu ayat pada para sahabat. Beliau bacakan ayat itu pada mereka dengan suaranya yang empuk, lembut, dan merdu.

"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah memberikan perumpamaan kalimat tauhid laksana sebatang pohon kurma, akarnya menghujam ke bumi dan pelepahnya menjulang ke langit? Pohon itu memberikan buahnya setiap waktu dengan izin Tuhannya. Dan Allah memberikan perumpamaan-perumpamaan ini kepada manusia supaya mereka mau mengingat keesaan Allah." (Ibrahim [14]: 24-25)

"Pohon itu seperti seorang mukmin," kata Sang Nabi sambil tersenyum. "Tak gugur daunnya, kokoh pokok dan batangnya, serta menjulang ke langit cabangnya. Tahukah kalian pohon apa itu?"

Para sahabat mencoba menebak. Pikiran mereka menerawang ke arah wadi-wadi di seputar Madinah. Mereka membayangkan satu demi satu yang mungkin tumbuh di sana.

'Abdullah bin 'Umar, saat itu masih seorang anak kecil, mencoba menerka. Sebuah jawab yang begitu dekat hinggap di otaknya. "Kurma," gumam hatinya. Tapi bahkan Abu Bakar dan 'Umar terdiam tak bicara. Maka dia pun menahan diri. Dia menundukkan kepala.

"Pohon itu adalah," kata Sang Nabi akhirnya setelah menanti jawab beberapa jenak, "Pohon kurma."

'Abdullah bin 'Umar si bocah kecil, berbisik pada ayahnya begitu mereka bubar dari majelis.

"Ayah," katanya, "Sesungguhnya tadi aku tahu bahwa itu adalah pohon kurma. Namun aku tak mengatakannya sebab engkau, Abu Bakar dan para tetua lainnya diam saja."

'Umar berjongkok. Ditatapnya mata putra kesayangannya itu.

"Nak," ujarnya sambil membelai ubun-ubun. "Sesungguhnya aku lebih suka engkau bicara jika memang padamu ada ilmu, daripada engkau diam dan menyembunyikan pengetahuan."

🌹🌹🌹


Dikutip dari buku Dalam Dekapan Ukhuwwah oleh Salim A. Fillah

14/07/18

Ketika Rasulullah TersenyumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang