35. akan tetapi sesaat demi sesaat, wahai Hanzhalah!

633 81 1
                                    

Suatu hari, Abu Bakar Ash-Shiddiq berkunjung dan menanyakan kabarnya.

"Hanzhalah telah menjadi munafiq!" katanya sendu.

"Subhanallah," hardik Abu Bakar, "apa yang engkau ucapkan?"

"Aku sering bersama Rasulullah," kata Hanzhalah, "Beliau mengingatkan tentang surga dan neraka seolah-olah aku melihatnya dengan mata kepala. Namun ketika aku keluar dari sisi beliau, lalu bercengkerama dengan anak-anak serta sibuk dengan pekerjaan, aku pun banyak melupakannya. Semua bayangan tentang Allah, surga dan neraka seakan tak bersisa."

"Demi Allah! Sesungguhnya kami juga merasakan hal seperti itu!" sahut Abu Bakar membenarkan.

Mereka kemudian mendatangi Rasulullah dan menanyakan urusannya. Dengan penuh semangat sekaligus gelisah, mereka mengadukan keadaan dirinya yang serasa beda. Alangkah dekatnya Allah, alangkah jelas gambaran surga di hadapan dan bentangan neraka di seputaran saat mereka bersama beliau. Dan celakanya semua rasa yang nikmat dan indah itu hilang ketika mereka ditelan kesibukan dan rutinitas harian.

Rasulullah tersenyum.

"Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya," demikian sabda beliau, "Seandainya kalian selalu dalam keadaan sebagaimana ketika kalian ada di sisiku dan dalam berdzikir, niscaya malaikat akan menjabat tangan kalian di tempat-tempat tidur, dan di jalan-jalan kalian. Akan tetapi, sesaat demi sesaat, wahai Hanzhalah! Sesaat demi sesaat, wahai Hanzhalah, sesaat demi sesaat!"

🌹🌹🌹


Dikutip dari buku Dalam Dekapan Ukhuwwah oleh Salim A. Fillah

14/07/18

Ketika Rasulullah TersenyumOù les histoires vivent. Découvrez maintenant