Kecurigaan Itu Berlanjut

Start from the beginning
                                    

“Dim ... nanti kamu yang jaga Papa, ya,” ucap Abid mendekati Dimas di kursi tunggu.

“Iya, Mas mau kerja, ya?”

“Iya, saya nggak bisa ambil libur dadakan gini. Kalau ada apa-apa hubungi saya. Kalau Papa sadar tolong kasih tahu  kalau saya tidak bisa menemani,” ujar Abid.

“Siap, Mas. Nggak apa-apa. Mas kerja yang fokus biar masalah Bapak saya yang jaga.”

Thanks, saya harus gimana kalau sudah seperti ini?” Abid duduk di sebelah Dimas sembari menompang tangan.

“Kita cuma bisa pasrah, Mas. Cuma Allah yang tahu. Apalagi masalah penyakit, makin pasrah Mas, penyakit itu nggak main-main,” balas Dimas.

“Iya ... padahal saya berharap Papa mau menuruti perkataan saya.”

“Bapak orangnya keras, Mas. Semaunya sendiri, kadang saya juga kesal. Bukan apa-apa, selama masa pengobatan Mas Abid yang biayai semua ini. Harusnya paham dan semangat buat sembuh, ini malah menyerah duluan.”

Kekecewaannya pada Alex membuat Dimas tidak bisa berkutik. Ia sangat kecewa dengan semua sikap pria itu.

“Sudah Dim, kita nggak boleh menghakimi Papa, Papa pasti punya alasan.”

Dimas mengangguk. Menantu Pak Alex  memang layaknya malaikat, masih lemah lembut saat Alex mengecewakan bahkan kembali merepotkan menantunya itu. Ia saja belum tentu bisa seperti itu pada mertuanya kelak.

“Mas, kapan mau bicara tentang Bapak sama Mbak Bea?” tanya Dimas.

“Sekarang keadaan susah terkendali, sepertinya saya harus jujur. Tapi, nanti setelah Papa selesai kemoterapi dan saya pulang dari penerbangan. Pasti akan menjelaskan semua pada Bearista,” jawab Abid.

“Iya, Mas. Sudah waktunya tidak perlu dirahasiakan.”

“Saya tidak tenang kalau bohong terus sama Bearista,” ucap Abid.

***

Setelah turun dari mobil Bea langsung masuk ke kamar mandi, sengaja mengabaikan Abid karena badannya sudah sangat menginginkan air. Dilihatnya sekeliling kamar, tidak ada tanda-tanda keberadaan suaminya, di mana Abid? Bea keluar dari kamar untuk mencari, tetapi lampu setiap ruangan mati. Apalagi Bea sangat terkejut ketika pintu rumah terbuka.
Lebih parahnya pintu gerbang juga terbuka lebar, Bea melirik ke arah garasi juga tidak ada mobil Abid.

“Abid ....” Bea mencoba memanggil Abid, barangkali Abid masih di sekitar sini. “Mas Abid ....”

Tidak ada tanda-tanda orang menyahut, merasa sedikit takut karena sudah larut malam membuat Bea berlari menutup pintu.

“Mbak Bea, mencari Mas Abid?” Suara pria membuat Bea menghentikan langkah, lalu berbalik.

“Iya Pak, Bapak tahu?” Ternyata satpam komplek. Menjelang tengah malam satpam memang sering berkeliling.

“Tadi keluar bawa mobil, katanya ada urusan,” jawab satpam itu, tadi Abid menyapanya saat berpapasan.

“Oh gitu, terima  kasih, Pak.”

“Iya Mbak, sama-sama, kami permisi,” balasnya, lalu meninggalkan Bearista.

Bea berlari memasuki rumah, mengunci pintu rumahnya. Jawaban satpam sudah membuat Bea mengambil ponsel, menelepon suaminya agar tahu keberadaannya.
Namun, hanya mendapat jawaban dari operator. Bagus sekali, ponsel Abid tidak aktif dan pergi tanpa pamit.

TraveLoveWhere stories live. Discover now