Bonus ㅡSorry

6.4K 570 73
                                    

Aku tak henti-hentinya tersenyum, menatap lelaki berpostur tinggi yang ada di seberang jalan.

Ia melambaikan tangan padaku dengan senyum manis yang mengembang di bibirnya.

"Tunggu disana," ucapnya tanpa bersuara.

Aku hanya mengangguk lalu menunggunya menyeberang jalan.

Ia berjalan mendekat, aku tak menyangka sosok yang sangat ku rindukan kini ada di depanku.




"Jisungie!!" aku segera berlari menubruknya.

"Eits, pelan-pelan dong sayang."

Aku memeluknya seerat mungkin, "Habisnya kangen."

"Siapa suruh pergi lama-lama," ucapnya.

"Maaf, aku nggak bakal pergi lagi," gumamku di bahunya.

Ia mengusap lembut kepalaku, "Udah, jangan kangen lagi. Aku disini."


Aku mengangguk pelan.



Ia melepas pelukannya, "Kamu udah berani kemana-mana sendirian?"

Aku tersenyum, "Udah, berkat kamu."

"Semoga kamu bisa hidup lebih bahagia tanpa aku."

Aku menatapnya bingung, "Maksud kamu?"

Ia memelukku lagi, alih-alih menjawab pertanyaanku.

"Ini untuk yang terakhir kalinya," ucapnya.

"Terakhir kali apa?" tanyaku.

Ia melepas pelukannya lalu menatapku lekat-lekat, "Maaf."

Mataku mulai berkaca-kaca, "Kenapa kamu minta maaf?"

"Jangan nangis, aku nggak suka liat kamu nangis," ucapnya seraya menyeka air mataku yang mulai menetes.

"Kamu belum jawab pertanyaan aku," cecarku.

Ia menunduk, "Maaf, aku harus pergi."

Aku menangkup dagunya, "Kamu mau pergi kemana?"

Aku menatap pupil matanya yang bergetar.

Ia menghela nafas berat, "Lupain aku, please."

Aku menggeleng, "Aku nggak bisa."

Ia menggenggam tanganku, "Bisa, kamu pasti bisa."

Aku hanya menangis sambil memperhatikan setiap lekuk wajahnya.

Ia sedikit menunduk sampai kening kami bertumpu.



Hening, kami menikmati setiap detik ini.





Perlahan ia mengangkat wajahnya lalu mencium keningku.

"Maaf," ucapnya lalu pergi meninggalkanku.

"Jisungie!!!!" teriakku.

Ia menoleh ke belakang.

Aku menghapus air mataku, "Makasi buat semuanya!!"

Ia tersenyum lalu mengacungkan jempolnya.

"I love you!!" teriakku.

"I love you, too!!" balasnya.

Ia menatapku sebentar lalu berbalik dan berjalan menjauh.



Kringg!!




Pandanganku mulai kabur, samar-samar jalanan yang ramai berubah menjadi langit-langit kamarku.

Aku mengambil posisi duduk lalu mematikan jam weker, ku lihat boneka Teddy yang basah terkena air mata.

Pandanganku kini beralih pada foto Jisung di atas meja, "Cuma mimpi ya?"

Aku menundukkan kepala dan meletakkan kedua tanganku di depan dada.

Tuhan,
Terima kasih telah mengabulkan permintaanku,
Terima kasih sudah mempertemukanku dengannya, walau hanya dalam mimpi,
Terima kasih sudah membuatnya tersenyum,
Terima kasih.

-••-





Terima kasih buat yang udah baca cerita ini dari awal sampe akhir💚
Jangan lupa baca story aku yang lain yaa💚

Terima kasih buat yang udah baca cerita ini dari awal sampe akhir💚Jangan lupa baca story aku yang lain yaa💚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❣❣❣

Tender LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang