16. Worried

4.1K 491 14
                                    

Waktu baru menunjukkan pukul 11 siang ketika ada seseorang yang mengetuk pintu rumahku.

Dengan segera, aku membuka pintu dan mendapati seseorang yang telah menjadi bagian dari hidupkuㅡya, Park Jisung.

Ia tersenyum manis padaku, wajahnya terlihat lebih pucat dari biasanya. Tanpa basa-basi, aku pun menyuruhnya untuk masuk.


Kami duduk bersebelahan di sofa seperti biasanya. Tapi ada yang aneh, daritadi ia tidak mengeluarkan sepatah katapun.

Biasanya ia sangat cerewet dan menggodaku habis-habisan. Tapi, kenapa sekarang dia diam?

Dengan ragu, aku menoleh ke arahnya. Ia bersandar di sofa dengan mata terpejam sembari memijat pelipisnya. Ia terlihat sangat lelah, dan kantung matanya terlihat sangat jelas.


"Kamu sakit?" Tanyaku memecah keheningan.

"Sedikit," jawabnya masih dengan mata terpejam.


Aku meraih tangannya yang masih memijat pelipis, "Sakit banget ya?"


Ia membuka mata lalu menegakan badannya, "Enggak kok"


Aku menempelkan punggung tanganku di dahinya, "Badan kamu panas banget."


Ia hanya diam menatapku.




Ayolah Park Jisung, berhenti menatapku seperti itu.






Aku mengalihkan pandangan ke jendela, "Kamu udah minum obat?"

Ia menggeleng lemah, "Belum."

"Sebentar ya, aku ambilin obat penurun panas dulu," ucapku lalu bangkit dari sofa.

Aku segera mengambil kotak obat yang berada di sudut ruangan dan juga segelas air untuknya.



"Minum dulu, biar cepet sembuh," ucapku seraya menyodorkannya obat.

Ia segera meminumnya lalu raut wajahnya berubah, "Paitt."

Aku terkekeh pelan, "Namanya juga obat."

"Liat kamu ajadeh, biar manis hehe," ucapnya cengengesan.





Bisa-bisanya ia menggodaku disaat sakit seperti ini.





Aku memukul pelan lengannya, "Kalo lagi sakit itu harusnya istirahat, bukan keluyuran." omelku.

Ia tersenyum nakal, "Nanti kalo aku tambah sakit gara-gara nggak ketemu kamu gimana? Mau tanggung jawab?"





Yeah, dia mulai lagi.






"Ihh, Jisung!! Aku seriuss!! ujarku kesal.

"Aku mau sakit setiap hari ahh."

Aku menatapnya tajam, "Hah??"

"Biar kamu cerewet setiap hari."



Aku mengelus dada, mencoba sabar menghadapi lelaki yang ada dihadapanku saat ini.



Lagi-lagi suasana menjadi hening, aku sibuk dengan pikiranku sementara Jisung sibuk menatapku dengan matanya yang sayu.





Aku menoleh ke arahnya, "Bisa nggakㅡ"

Aku terkejut ketika melihat cairan merah keluar dari hidungnya, "Kamu mimisan!!"


Aku segera menyumpal hidungnya menggunakan tissue, sementara ia masih menatapku dengan tenangㅡseakan-akan ia sudah sering mengalami hal ini.


Tender LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang