22. Flashback

4.4K 513 75
                                    

Aku duduk di tepi danau sambil memeluk lutut. Perlahan isakan-isakan kecil mulai menghiasi kekosonganku di senja yang lengang ini.




Aku terkejut ketika ada seorang yang menepuk pundak ku.







"Jisungie?" ucapku ㅡhopeless








Aku meraih tangannya lalu menariknya untuk duduk di sebelahku.

Senyuman di bibirku memudar dengan sendirinya ketika melihat Mark yang duduk di sebelahku, bukannya Jisung.

Aku tertawa miris, harusnya aku tau jika Mark tidak akan membiarkanku sendirian dalam keadaan seperti ini.

Dan harusnya aku lebih tau jika Jisung tidak akan pernah kembali padaku.



"Memang nggak semudah itu ngerelain orang yang kita sayang buat pergi," ucap Mark memecah keheningan.

Aku tersenyum sarkastik, "Harusnya aku tau, waktu pertama kali kita ketemu memang ada yang nggak beres sama kesehatan dia."

"Kamu tau?" tanya Mark. "Kamu adalah orang yang buat dia bertahan hidup lebih lama dari yang diprediksi dokter."

Aku menoleh, "A-aku?"

"Iya," Mark mengalihkan pandangannya ke langit. "Aku nggak tau kenapa dia tiba-tiba bisa mengidap penyakit leukemia."


Aku mendengarkan ceritanya dengan baik.



"Tapi seinget aku, waktu trainne dia sering banget bilang sakit kepala. Terus waktu awal debut, sakitnya makin parah, setiap kita manggung dia selalu mimisan," ucap Mark.

"Jadi, dia memang sering mimisan?" tanyaku.

"Iya," jawabnya.



Berarti dugaanku selama ini benar.




"Dia bener-bener putus asa waktu tau penyakitnya, bahkan dia nggak mau ngomong sama siapapun selama satu minggu," lanjut Mark.


"Separah itu?" tanyaku penasaran.



Mark mengangguk, "Dan waktu dia ketemu kamu, untuk pertama kalinya aku liat dia hidup lagi. Aku kaget waktu dia pulang dari sekolah sambil teriak-teriak, 'Hyung!! Aku ketemu bidadari di jalan!! Kayaknya dia hadiah ulang tahun yang Tuhan kirim buat aku', segitu excited-nya dia sampe nabrak meja di ruang tengah."


Aku terkekeh pelan, "Bidadari katanya?"



"Iya," jawab Mark. "Dan semenjak itu, kesehatan dia mulai membaik."



Air mata mulai menetes di pipiku ketika mengingatnya beserta kenangannya.





"Aku inget banget waktu dia narik-narik Jeno yang lagi tidur buat nemenin dia beli dress buat kamu," lanjut Mark.

"Dress putih selutut itu?" tebakku.


Mark mengangguk, "Sebenarnya Jisung nggak ngerti apa-apa masalah cewek, makanya dia nyeret Jeno buat milihin dress yang cocok buat kamu."


Aku tertawa dan menangis disaat yang bersamaan, sebegitu sayangkah dia padaku?


Mark menghela nafas, "Tapi setelah itu, tiba-tiba kesehatannya memburuk lagi."


Aku menatap Mark yang sedang menunduk.



"Kamu tau, apa alasan dia mutusin kamu?" tanya Mark.

"Heejin," jawabku pasti.




Mark tertawa sarkastik, "Salah. Dia mutusin kamu gara-gara dia nggak mau liat kamu nangis di pemakaman dia nanti."


Aku tersentak, "Apa??"




"Heejin itu adik aku, mereka emang udah deket dari kecil. Dia jadiin Heejin alesan biar kamu benci sama dia."


"Jadi, mereka nggak bener-bener pacaran?" tanyaku.


Mark menggeleng, "Kamu tau nggak? Dia sedih banget waktu tau kamu pergi."




Aku menyesal, sangat menyesal.





Harusnya aku ada di sampingnya, menemaninya disaat ia terpuruk.




Mark menyeka air matanya, "Dia pengen banget ketemu sama kamu di saat-saat terakhirnya. Aku udah berusaha cari kamu lewat kak Jaehyun, tapi katanya hp kamu nggak aktif."


Air mataku mengalir semakin deras, "Hp aku rusak."


Mark membelai lembut kepalaku, "Dia nitip pesen sama aku, 'Hyung, bilang sama Saejin kalo aku sayang banget sama dia. Aku juga minta maaf kalo udah nyakitin dia. Aku pengen banget ketemu sama dia, kalo dia udah balik kesini, ajak aja dia ketemu sama aku'."


"Ketemu sama dia? Maksudnya ke makam dia?" tanyaku.



"Iya. Dia juga nitip ini buat kamu," Mark mengeluarkan sebuah foto dari saku jaketnya.


Aku mengambil foto tersebut dan memperhatikan sosok yang ada di dalamnya, sosok yang sangat aku cintai. Matanya, senyumnya, aku merindukan semua itu.






 Matanya, senyumnya, aku merindukan semua itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





Mark meraih tanganku lalu membalikkan foto tersebut.


Aku dapat melihat tulisan tangan Jisung yang berantakan, disana tertulis,




Hai Saejin...
Aku tau, kamu pengen banget kan liat aku pake rambut item?
Setelah kamu bilang gitu di rooftop waktu itu, aku mohon-mohon sama stylish noona buat warnain rambut aku jadi item.
Tapi apa daya, sebelum kamu liat aku dengan rambut item aku udah keburu pergi ninggalin kamu.
Maaf, sebenarnya sejak debut aku nggak pernah warnain rambut jadi item, itu foto aku waktu jadi trainee, masih imut kan? hehe.
Maaf lagi karna aku pergi nggak bilang-bilang,
Jangan nangis ya, aku nggak suka liat kamu nangis:(
Aku nggak kemana-mana kok, your Jisungie always in your heart❤




Dadaku terasa semakin sesak, seperti ditusuk benda tajam dari segala arah.

Oksigen yang kuhirup rasanya tak ada artinya ketika melihat setiap kata yang ditulis olehnya.


Sakit ㅡsampai kata-kata tak mampu lagi mengungkapkan perasaanku saat ini.


"Kamu kenapa?" tanya Mark ketika melihatku kesakitan.



Aku mengatur nafas, "Nggak apa-apa."


"Beneran?" tanya Mark memastikan.


Aku mengangguk, "Iya."


"Pulang yuk? Udah gelap," ajak Mark.

Aku masih mematung di tempat.

Ia menghela nafas berat lalu menggandeng tanganku untuk pulang.

-••-








Tbc...

Jangan lupa vommentnya ya guys💚

Tender LoveWhere stories live. Discover now