06. Angel

5.1K 694 14
                                    

Hari ini Jisung mengajakku jalan-jalan ke taman, dan saat ini ia sedang pergi untuk membeli es krim, sedangkan aku duduk sendirian di taman sembari berharap ia akan segera kembali.

Sebenarnya aku ingin ikut bersamanya, tapi ia melarangku dengan alasan 'Kamu harus terbiasa sendiri di dunia luar', aku tak punya pilihan lain selain mengikuti perintahnya.


Tiba-tiba ada seorang lelaki yang berjalan mendekatiku.

"Hai cantik, kok sendirian aja?" Ujar lelaki itu.

Ia mengambil posisi duduk di sebelahku, "Ikut sama aku yuk? Seru loh"

Aku hanya diam menunduk, tubuhku sudah bergetar karena takut. Lelaki itu terus saja menggodaku dan meraba-raba tubuhku, sementara aku terus berdoa agar Jisung segera datang.

Bugh


Satu pukulan mendarat di wajah lelaki itu. Aku terkejut ketika ada seseorang yang menarik tanganku, aku mendongak dan mendapati Jisung tengah menatapku dengan cemas.

"Kamu gapapa kan?" Tanyanya.

"I..iya, Jisung awas!!!"

Bugh

Lelaki itu memukul Jisung sangat keras hingga membuatnya ambruk ke tanah. Aku sangat ketakutan melihat lelaki itu menghajar Jisung dengan ganasnya. Aku dapat melihat darah keluar dari hidung dan juga di sudut bibirnya.

Oh astaga! Apa yang harus kulakukan?!

Aku memberanikan diri untuk berteriak meminta tolong sebelum Jisung mati konyol di tangan lelaki itu.

Tak lama kemudian, orang-orang sekitar mulai datang dan membawa lelaki itu ke kantor polisi. Sementara itu, aku segera menghampiri Jisung yang terbaring tak berdaya. Aku memeluknya dengan erat, tak peduli apa yang akan dipikirkannya nanti.

"Aduh," Ia mengaduh kesakitan ketika aku memeluknya.

Spontan aku melepas pelukanku, "Maaf"

Ia tersenyum lemah di pangkuan ku, "Kamu gapapa kan?" Tanyanya.

Mataku berkaca-kaca, "Dasar bodoh"

Ia tertawa kecil, "Aku memang bodoh, tapi aku rela mati demi kamu"

Aku memukul lengannya pelan lalu membantunya untuk duduk.

Aku menyumpal hidungnya menggunakan tissue, "Kamu nakal"

"Udah mau aku selametin, coba aja kaloㅡ"

"Sstt, bisa diem nggak? Sebentar aja" omelku ketika tissue yang menyumpal hidungnya tiba-tiba jatuh.

Akhirnya ia hanya diam menatapku dengan mata beningnya, sementara aku membersihkan sisa-sisa darah yang ada di sekitar hidung dan juga di sudut bibirnya.

"Nggak usah liatin aku kayak gitu" ucapku yang risih karena ia terus menatapku.

Ia langsung menunduk sambil memainkan ujung sweater abunya menggunakan jari.

Sungguh menggemaskan, belum pernah aku melihat lelaki seimut ini.

Aku meraih tangannya, "Makasi ya"

Ia mengangguk pelan.

"Ngambek ni ceritanya?" Tanyaku.

Ia menggelengㅡmasih menunduk.

Aku menghela nafas, "Kok nggak ngomong?"

"Boleh?" Tanyanya.

Aku menatapnya bingung, "Boleh. Kenapa enggak?"

"Habisnya tadi kamu nggak ngasi aku ngomong, terus nggak boleh liat kamu juga. Kerjaan kamu cuma marah-marah aja, aku kan lagi sakit. Terus aku takut liat kamu marah-marah, terusㅡ"

"Stop!!" Potongku. "Kamu makan apasih sampe bisa cerewet gitu?"

"Em.. makan nasi, sayur, ayam, mie, buah, es krim, kueㅡ"

"Udah-udah, nggak usah disebutin semuanya" protesku.

"Hehe" ia malah cengengesan. "Kamu tadi meluk aku ya?"

Aku terkejut, "Hah? Nggak ada kok"

"Nggak usah malu-malu gitu" godanya.

"Ng.. pulang aja yuk?" Ucapku mengalihkan pembicaraan.

"Peluk lagi dong" pintanya.

"Aduh, ayo pulang" ucapku lalu bangkit dari tempat dudukku.

"Saejin-ah?" Panggilnya.

"Kalo nggak mau pulang, aku tinggal" ancamku lalu mulai berjalan meninggalkannya.

Brukk


Aku terkejut dan langsung menoleh ke belakang. Jisung terjatuh bertumpu pada lutut dan telapak tangannya, aku segera menghampirinya.

"Kamu gapapa kan?" Tanyaku khawatir.

Ia menatapku kesakitan, "Aku masih sakit, jangan ditinggal"

Aku merasa bersalah, "Maaf. Habisnya kamu ngeselin"

"Aku anter pulang ya?" Tawarnya.

Aku berdecak, "Berdiri aja nggak bisa, gimana mau anter aku pulang?"

Ia terdiamㅡmenunduk.

Astaga, apa aku terlalu keras padanya?


"Aku telfon taksi aja ya?" Usulku.

Ia mengangguk pelan.

"Maaf aku udah ngerepotin kamu" ucapnya tiba-tiba.

Aku menatapnya yang masih menunduk.

"Aku memang cowok yang lemah" sambungnya. "Maaf"

Hatiku seperti teriris ketika melihat air mata jatuh di celana jeansnya.

Aku menangkup dagunya dan melihat mata sembabnya sekilas sebelum ia memalingkan wajahnya.

Tanpa ragu aku memeluknya dengan erat, "Jangan nangis, please" gumamku di bahunya.

Ia mengangguk pelan lalu membelai lembut kepalaku.


Tinn tinn


Suara klakson mobil mengejutkan kami, ternyata taksi pesananku sudah datang, segera aku memapahnya masuk ke dalam taksi.

"Kamu nggak ikut?" Tanyanya.

"Nggak, aku pulang bawa sepeda kamu aja ya. Besok ambil dirumahku" jawabku.

"Tapiㅡ"

"Udah, nggak usah banyak protes" omelku.

"Tapi, hati-hati ya" ucapnya sedih.

"Iya, nggak usah khawatir" ujarku meyakinkannya.

"Sampe rumah langsung telfon aku"

Aku mengangguk, "Cepet sembuh ya" ucapku lalu menutup pintu taksi.

Ia membuka kaca jendela lalu melambaikan tangannya padaku sebelum taksi berjalan menjauh.

-••-









Tbc...

Jangan lupa meninggalkan jejak berupa vomment ya chingu, thank you💚💚

Tender LoveWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu