"Sean Anggara ada dirumahnya si Lena." Ucapan itu membuat Yuka membulatkan matanya.

"APA?!" pekiknya kaget.

"Harap tenang, dilarang berisik. Jika berisik silahkan keluar saja," sahutan dari penjaga perpus membuat Yuka bungkam.

"Terus terus? Kok bisa ada di rumah si Lena?" Yuka berdecak kagum, matanya sesekali melirik Lena yang tengah mencari buku paket.

"Si Sean itu ternyata sepupunya si Lena, kemarin gue sempet meluk Sean." Girangnya dengan pekikan yang tertahan.

"What to the anjir, demi apa lo? Kok bisa?" kagetnya.

"Demi gue sama Sean ke pelaminan." Ucapan Aice membuat Yuka menoyornya.

"Eh eh itu si Eric mau kesini bego!" Yuka memukul punggung Aice.

"B aja woi, ngumpet yok!" Aice menarik tangan Yuka, dan menbawanya ke balik rak paling ujung. Begitupun dengan Manda dan Lena, mereka pun ditarik Aice. Awalnya memang Manda berontak tetapi setelah ditunjuk orang yang akan masuk perpus akhirnya Manda bungkam.

"Ada apa?" tanya Lena pelan.

"Shut ada orang masuk," Manda menempelkan telunjuknya di bibir Lena.

"Anjay sepi amat nih perpus," girang Mike.

Eric sedari tadi diam saja, bingung harus melakukan apapun. Bahkan ia pun tidak menyentuh ponselnya sedari pagi.

Lena hanya menatap Eric sayu, hatinya selalu sakit jika melihatnya. Bahkan ia ingin sekali menjauhi Eric tapi, hatinya berkata lain. Jujur ia sangat mencintai Eric.

"Len, kalo misalkan Eric gitu mulu sama lo mending putusin deh." Ide Aice.

"Iya kasihan sama hati lo. Mending sekali sakit daripada berkali-kali." Tambah Yuka.

"Tapi kata gue itu bukan hal yang bagus." Saran Manda.

"Iya benar kata Manda, Lena juga pernah baca artikel di internet kalau 'jika hubungan mereka tidak baik-baik saja atau sedang berseteru maka salah satu dari mereka harus mengalah dan terus berjuang' dan disini Lena harus mengalah." Jelasnya diakhiri dengan senyuman manis.

"Anjay salut gue sama lo Len, mantaplah." Aice memberi dua jempol kepada Lena.

"Yaudah gue mau keluar, tapi lo mau nyapa Eric gak?" tanya Manda.

"Gak tahu Lena masih sakit hati." Lena memegang dadanya.

"Yaudah sementara lo jaga jarak aja dulu. Kalau lo udah kuat lagi, benerin hubungan lo oke?"

"Oke Yuka,"

Mereka pun memutuskan untuk keluar dari perpustakaan seraya bercanda ria. Tak henti hentinya Aice dan Yuka beradu mulut. Sedangkan Manda selalu mendelik kesal. Lena? Ia sedari tadi hanya menunduk.

Mereka melewati geng Eric tanpa menoleh sedikitpun dan Lena berusaha untuk tidak mendongkak dan menyapa, Lena hanya menunduk. Sedangkan Eric? Hatinya mencelos melihat Lena mencuekinya. Hatinya sakit, tetapi ia tahan dengan mata yang terus menatap kertas yang dimainkannya.

"Len kok lo cuek banget sama babang Eric?" tanya Deval dari jauh.

"Yah nyesek nih nyesek." Ledek Jo.

ALBERICजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें