Annyeonghaseyo, Korea!

919 41 3
                                    

   "Hidup itu penuh dengan misteri dan Allah Yang Maha Segalanya

punya cara yang sungguh luar biasa, yang hingga detik ini tak pernah

berhenti untuk membuatku bersyukur dan terus bersyukur yaitu ketika Dia

mempertemukan hatimu dan hatiku..."

   Min Ho memperhatikan gerak gerik Hanna pagi ini, sungguh masih diluar dugaan dia hidup bersamanya, nyaman sekali berada disisinya dan ini adalah sesuatu yang selalu dia syukuri setiap harinya bertambah dan bertambah rasa syukurnya itu kepada Allah SWT yang telah mempertemukannya dengan wanita yang membawa dia mengenal Allah.

   "Hanna yaa.." panggilnya.

   Hanna menoleh kearah Min Ho lalu memerkan senyum manis lengkap dengan deretan gigi putih rapi yang menghiasi, dia sendiri tidak tahu sudah berapa lama Min Ho memperhatikan dirinya yang tengah sibuk dengan bunga–bunga yang ditanamnya di pekarangan rumah.

   "Sudah berapa lama kamu duduk disana?" tanyanya seraya menghampiri Min Ho lalu membelai lembut pipi yang sudah lengkap dengan lesung pipi karena senyum lebar itu.

   "Aku sudah masak sarapan kecil untuk kamu, tadi. Ayo kita sarapan." Ajaknya, Hanna mengangguk lalu mereka berjalan beriringan menuju ruang makan.

   Rumah kecil dengan pekarangan tidak terlalu besar tetapi cukup cantik menjadi pilihan mereka, meski rumah itu tidak mewah dan besar namun, tidak mengurangi indahnya. Pilihannyapun berada dipinggir Jakarta yang tidak ramai dengan hiruk pikuk, cendrung terpencil tapi mereka menyukainya. Semua tetangga memuji wajah suaminya yang ganteng, mirip dengan artis Korea; Gu Joon Pyo, nama dari tokoh Boy Before Flowers yang memang diperaninya dulu. Jika sudah demikian Hanna tidak bisa membendung tawanya hingga terpingkal – pingkal, kalau saja mereka tahu yang sebenarnya sudah pasti Min Honya akan dikerubuti tanpa ampun.

   "Hanna yaa..." besok kita akan ke Korea mengunjungi keluargaku sekaligus merayakan pernikahan kita yang ke dua, apakah kau merasa senang?"

   Mata Hanna berbinar senang karena mendengar hadiah perkawinan mereka yang ke dua ini adalah Korea. Itu artinya pulang ke rumahnya yang kedua juga. Sebenarnya Hanna sudah merindukan Korea dari tahun pertama pernikahan mereka namun, Min Ho menolak pergi mengunjungi keluarganya karena pemberitaan dirinya masih sangat ramai disana. Orang tua Min Ho sendiri merasa seperti diteror baik oleh para Paparazi hingga anti fan dari Min Ho, malah ada yang sengaja membangun tenda tepat di depan rumah orang tua Min Ho dan rumah pribadinya. Pihak manajemenpun sampai lelah dengan segala bentuk telpon juga media sosial yang megkonfirmasi mengenai berita tersebut.

   Singkatnya keadaan yang kacau seperti itu membuat Min Ho semakin enggan pulang ke Korea meski sebenarnya dia merindukan kedua orang tuanya dan keluarganya namun, kedua orang tuanya menguatkan Min Ho agar tetap maju meninggalkan semua ini. Hanya waktu yang akan memperbaiki segalanya, begitulah ucap mereka ketika memaksa Min Ho tetap teguh untuk meninggalkan Korea kala itu.

   Namun, hari ini Min Ho mengatakan akan ke Korea. Hanna sangat senang, dia juga merindukan negeri itu, negeri dimana Allah SWT mempertemukan dia dengan jodohnya.

   "Aku akan packing habis ini, ya." Ucap Hanna kepada suaminya yang masih sibuk mengunyah sarapannya. Jeda cukup lama, tak ada jawaban. Hanna berpikir mungkin saja Min Ho berubah pikiran, namun Min Ho menatapnya dengan lembut dan senyum penuh arti.

   "Aku sudah packing segala yang kita perlukan untuk kesana, kau hanya tinggal membawa perelengkapan make up-mu saja."

   "Wuah, kau memang sungguh bisa diandalkan." Goda Hanna.

   "Tentu saja aku bisa diandalkan, kau pemalas dan pelupa. Banyak nanti yang takan terbawa." Min Ho meledek Hannanya yang langsung merengut dibilang malas dan pelupa, dia merasa menang bisa meledek hari ini.

   "Enak saja, kau saja yang terlalu perfeksionis." Ucapnya tak mau kalah. Min Ho membulatkan matanya tak percaya Hanna membalasnya, Min Ho merasa gemas dengan istrinya segera mencubit pipi Hanna lalu Hanna mebalas mencubit pinggang Min Ho. Mereka tertawa lepas pagi itu.

   Keesokan harinya mereka telah bersiap untuk berangkat, setelah sholat subuh yang mereka lakukan dibandara mereka siap berangkat menuju Korea, melepas rindu pada keluarga yang juga sangat merindukan mereka dan selalu mendoakan kebahagiaan mereka begitupun sebaliknya.

   Dengan kata Bismillah mereka melangkahkan kakinya menuju pesawat Korean Airlines menuju Seoul, Min Ho menggengam erat jemari istrinya.

   Ah, Seoul..., betapa Hanna sangat merindukan kota itu dengan segala hiruk pikuknya, dengan K-Popnya, dengan peninggalan sejarahnya, dengan keluarga suaminya, dengan teman – teman Koreanya, dengan mantan Bosnya yang begitu baik padanya dan selalu mendukungnya, dan dengan segala kenangannya bersama Min Ho yang kala itu belum menjadi suaminya.

   "안녕하세요, Korea! (Annyeonghaseyo, Korea!)" pekik Hanna senang dalam hati.

-END-

Annyeonghaseyo, Korea! [TAMAT]Where stories live. Discover now