Hilang

732 54 5
                                    

   Butuh waktu bagi Abhi untuk menyadari kepergian Hanna. Abhi selalu mampir ke kantor Hanna, tetapi lelaki itu tidak berani menghampirinya. Lelaki itu hanya memandang Hanna dari kejauhan saja sosok yang begitu dirindukannya.

   Gadis itu terlihat semakin cantik dan senyumnya masih ceria. Dalam diam mata Abhi menerawang jauh seakan berusaha menembus isi hati gadis yang dilihatnya dari kejauhan.

   "Aah... Hanna, kamu masih bisa tersenyum ceria seperti biasanya. Peribadi hangatmu pun masih terpancar pada semua orang, tidak sedikitpun terlukis bayangan kesedihan di sana. Apakah aku benar – benar sudah tidak ada? Apakah kenangan kita sekian tahun lamanya tidak ada yang membekas dalam benakmu barang sedikitpun?" Benaknya bertanya. Seperti menelan pil yang paling pahit.

   Abhi menyaksikan ketegaran Hanna dari kejauhan. Hari–harinya pun tidak berubah setelah menikah dengan Wenny, dia tidak bisa menyingkirkan Hanna dari hatinya. Setiap pulang kerjapun, Abhi tetap menyambangi kantor Hanna, kali ini tetap sama hanya sekedar memandanginya dari kejauhan, memastikan bahwa gadis itu pulang tepat waktu dan kalaupun tidak dia tau pasti bahwa gadis itu sedang diminta untuk lembur lagi oleh atasannya. Abhi akhirnya mereka–reka jawabannya sendiri untuk sekedar menenangkan jiwanya yang risau.

   Sudah satu minggu Abhi menunggu kepulangan Hanna dari kejauhan, namun hari inipun Abhi tidak mendapati sosok yang dicarinya, kembali benaknya bermain dengan banyak kemungkinan. Minggu kedua berlalu dengan sama, minggu ketiga dan seterusnya tetap sama.

   Tepat satu bulan Abhi tidak mendapati sosok Hanna yang dinantinya dari seberang kantornya, kali ini Abhi memberanikan diri untuk masuk ke dalam yang kemudian disambut oleh resepsionisnya.

   "Ehh, mas Abhi. Sudah lama nggak kelihatan. Ada yang bisa dibantu, mas?"

   Abhi membalas senyum dan langsung menanyakan apa yang ingin dia keteahui.

   "Hmm... iya lagi sibuk di kantor, mbak. Oh ya, Hanna sudah pulang ya?" Yang dibalas dengan tatapan kaget oleh resepsionis tersebut.

   "Lho?! Mbak Hanna kan sudah resign sebulan yang lalu. Denger–denger sih mau melanjutkan studinya, mas."

   Jawaban itu seperti menampar wajah Abhi, dunianya serasa hancur. Hanna meninggalkannya. Meninggalkannya sendiri. Abhi akhirnya keluar dari gedung itu dengan langkah lesu, dadanya terasa berat dan sesak, rasa kehilangan yang hanya bisa diartikan melalui butiran air mata yang jatuh dari pelupuk matanya.

                                                                                                    ***

   "Ya..!! Satu lagi. Ya..! Bagus! Perfect!"

   Min Ho menyudahi sesi fotonya siang itu untuk iklan Visit Korea. Dia duduk di kursi khusus untuknya, sang manajer memberinya Iced Coffee yang sudah dipesan sebelumnya. Para make up artist memberikan touch-up ke wajah Min Ho. Dia nampak tak terganggu sama sekali, malah terlihat sangat menikmati Iced Coffeenya.

    "Hmmm... ini enak sekali, 형 (Hyeong)." Ucapnya pada sang manajer.

   Manajernya sangat bersyukur karena hari ini artisnya tidak sedang dalam keadaan kesal, lalu dia terus menjaga suasana yang menyenangkan itu dengan sebaiknya.

   "Min Ho Ssi, syukurlah kau suka Iced Coffeenya." Balas sang manajer kepada Min Ho yang disambut dengan senyum oleh sang idola.

   Sepanjang pemotretan berlangsung mood-nya tetap baik ini membuat semua kru dan tim manajemen merasa sangat senang.

Annyeonghaseyo, Korea! [TAMAT]Where stories live. Discover now