Bangkit

1K 73 0
                                    

   Flat yang sangat bagus, Rooftop House. Kamar dengan interior yang serba kayu itu membangkitkan ketenangan, sungguh sangat nyaman. Lebih dari itu jaraknya hanya memakan waktu tiga puluh empat sampai empat puluh tujuh menit ke Kampus Chung Ang. Hanna sangat menyukainya. Sahabatnya sangat pandai memilih tempat tinggal, dan yang pasti selera mereka berdua sama. Sayangnya Donita tinggal di flat yang berbeda darinya.

    Tidak apa, toh hanya lima belas menit dari sini. Pikirnya. Hanna mulai merapikan bawaannya. Baju mulai dia masukkan satu per satu ke dalam lemari yang tersedia begitupun dengan bawaan lainnya dari Indonesia, mulai diletakan sesuai tempatnya.

    Setelah rapi, Hanna memutuskan untuk mandi. Segar sekali rasanya setelah seharian di perjalanan.

   Hanna duduk di sofa tepat di sebelah tempat tidur dan mengambil buku kecilnya, dia mulai menuliskan apa saja yang ingin dia lakukkan besok. Menikmati liburannya dulu sebelum kuliahnya pada awal bulan Maret di tahun berikutnya dimulai. Masih ada waktu sekitar lima bulan, masih banyak waktu untuk melancarkan bahasa Korea sekaligus menjelajah.

   Pertama-tama yang akan dituju Hanna adalah taman pemakaman raja-raja di kawasan Gyeongju, kedua dia Ingin melihat istana Gyeongbok dan ketiga dia ingin melihat kota Seoul yang penuh dengan budaya Popnya, tapi hari ini yang akan dia lakukan adalah bermalas-malasan dan istirahat total.

   Waktu seakan berputar, ingatannya kembali ke lelaki itu. Abhimanyu. Lelaki yang selama tujuh tahun bersamanya, yang selama itu menjadi penopang hidupnya. Baginya Abhimanyu seperti udara dan kehilangannya membuat Hanna sangat sulit bernafas. Begitu sakit hati Hanna, begitu hancur berkeping–keping saat mengetahui laki–laki yang sangat dicintainya itu mengkhianati cinta mereka.

Abhi : Demi Tuhan, Hanna... aku sangat mencintaimu.

Tolong jangan kamu begini.

Beri aku kesempatan untuk memperbaiki segalanya.

Aku ingin tetap kita menikah, Han...

   Kalimat Abhi memohon dalam pesan whatsAppnya di ponsel Hanna tetapi, Hanna hanya membacanya, tidak berniat membalasnya. Tidakah Abhi tahu itu, bahwa kepercayaannya yang dibangun bersama-nya kini sudah hancur berserakan? Apalagi yang dia minta dari Hanna tentang 'kesempatan' sungguh satu hal yang sangat mustahil.

   Lain waktu Abhi kembali mengirim pesan pendek di ponselnya.

Abhi : Tahan aku, Han. Halangi aku. Maka aku akan kembali ke kamu apapun resikonya.

   Hanna melihat pesan itu dengan jengkel.

   " Apa maunya Abhi ini? Tidak cukupkah dia menyakitiku? Tidak bisakah dia berhenti melakukan ini? Semua ini hanya semakin menambah lubang besar di hatiku. Tidakkah dia tahu?". Hanna membatin. Pertahanannya kini hilang sudah, air mata yang berusaha ditahannya agar tidak meleleh kini jatuh membasahi pipinya. Sesak rasanya di dada.

   "Tidakkah kamu sadar Abhi, aku begitu sulit melepaskan segalanya. Begitu sulit untuk kembali melangkah tegak. Begitu sulit memandang dunia tanpa kamu. Tidakkah kamu tahu itu? Jika kamu memang masih mencintai aku, maka berhentilah disini. Jangan bergerak sedikitpun jangan berkata apapun karena, rasanya akan lebih menyakitkan". Batin Hanna menangis.

   Pernikahan yang batal membuat keluarga terpukul dan juga malu. Semua harus ditanggungnya, termasuk menanggung kemarahan orang tuanya. Serta pertanyaan dari semua orang yang mengenalnya. Semua Hanna hadapi sendiri dengan tegar dan berani. Berat badannyapun kini semakin turun dikarenakan sesuap nasipun sulit masuk di kerongkongannya. Semua terasa pahit, namun dia tidak boleh terlihat hancur dihadapan papa dan mamanya.

"Jangan biarkan kesedihan-ku terlihat karena itu akan semakin menghancurkan hati kedua orang tua-ku !!." Itu prinsipnya kini.

   Dia harus bangkit dari keterpurukannya. Cintanya berhenti disini, tidak ada yang tersisa baginya. Teringat akan seorang pemikir dan ulama Islam dari Harran, Turki-Ibn Taymiyya mengatakan :

"Don't depend on anyone,

Because even your own shadows leaves

You in darkness."

   Benar adanya. Malu rasanya Hanna menangisi nasibnya seperti ini sementara masih banyak yang lebih sulit dari dirinya, masih banyak yang lebih menderita darinya. Dia adalah seorang mulsimah, mengapa dia berputus asa? Sementara Janji Allah SWT adalah nyata. Tidaklah seorang hamba diuji diluar batas kemampuannya. Jadi, Allah tahu betul bahwa dia mampu. Mampu bertahan, mampu bangkit kembali serta mampu untuk menata cita-citanya lagi. Yang tinggal dia lakukan adalah percaya dan Ikhtiar saja.

   Tiba-tiba Hanna terbangun kaget. Ternyata dia tertidur di sofa, pantas saja badannya terasa kaku. Ada yang ganjil, hati Hanna kembali merasa hampa. Kesedihannya kembali mencuat, memenuhi dadanya, sesak.

   "Yaa Allah..."

   "Mengapa terasa begitu sulit kembali? Mengapa terasa begitu sulit untuk bahagia ketika melihat dia menikah, mengapa terasa begitu sakit. Dosakah aku? Ampunilah aku, Yaa Rabb..."

   Cita-citanya tidak boleh gagal di sini, di negeri ginseng ini. Dia bahkan sudah berjanji kepada dirinya akan berusaha sebaik mungkin untuk meraih gelar S2-nya di bidang Broadcasting. Lupakan laki-laki bernama Abhimanyu, lupakan kesedihannya. Lupakan cinta. Dia harus bangkit sekarang.[]

Annyeonghaseyo, Korea! [TAMAT]On viuen les histories. Descobreix ara