Chapter 20

85 23 42
                                    

Keempat gadis itu sedang berjalan perlahan - lahan menelusuri hutan, dengan Ravelline dan Stephanie yang saling memapah, juga Bethany dan Tiffany yang bergandengan tangan.

Tak terasa mereka pergi dari teman - teman mereka sudah satu hari, dan selama satu hari itu, mereka semua berjalan tak tahu arah di dalam hutan tersebut.

"Gue lapar." Rengek Bethany ke Tiffany.

"Harusnya tadi gue bawa makanan." Kata Tiffany, diikuti anggukan yang lain.

"Ayo istirahat. Gue capek." Kata Bethany dan kemudian mereka langsung menuju ke sebuah pohon besar yang batangnya muat untuk empat gadis mungil seperti mereka untuk bersandar dibawahnya.

"Lihat, mereka enggak nyari kita. Memang mereka udah benar - benar gak peduli sama kita." Kata Ravelline sambil mendengus kasar. Yang lainnya hanya menghela nafas pelan.

"Oh ayolah, gue benar - benar lapar nih. Jangan biarin gue mati konyol karena kelaparan di tengah hutan dong please." Rengek Bethany lagi dan lagi.

Mereka bertiga cuma bisa menatap kesal ke arah Bethany. Tak dipungkiri mereka sendiri juga merasa lapar karena sedaritadi belum makan.

"Baiklah ayo kita cari makanan." Titah Tiffany.

"Tapi gue capek." Kata Ravelline kemudian diikuti anggukan Stephanie.

"Yaudah deh. Gue sama Bethany aja yang nyari makanan. Kalian tunggu disini. Kita akan segera kembali." Kata Tiffany dan langsung berlari sambil menggandeng Bethany.

Abettor

"Berterimakasihlah pada gue karena udah rela manjat pohon demi ngambilin lo sebuah mangga." Kata Tiffany dengan nada bercanda dan melihat Bethany yang bahagia karena sebuah mangga kuning ditangannya.

"Aihhh thankss Tif." Kata Bethany dan memeluk sahabatnya itu.

"Hahahaha. Ayo kita balik ke Stephanie dan Ravelline. Kita bagi empat aja mangga ini." Kata Tiffany.

"Oke."

Mereka berjalan berdua sambil diiringi dengan candaan - candaan dari Tiffany.

Namun, saat sampai di lokasi dimana Stephanie dan Ravelline berada, mereka malah melihat seorang gadis cantik berambut biru sedang berjalan mondar - mandir di sekitarnya.

Dengan cepat, Tiffany langsung menarik Bethany menuju semak - semak dan memperhatikan gadis itu. Dia memberi isyarat pada Bethany untuk diam.

"Roa?" Gumam Bethany pelan.

"Dia mengikuti kita?" Gumam Tiffany geram.

Mereka terus mengintai Roa dibalik semak - semak itu. Bisa mereka lihat Roa yang menjentikkan tangannya, kemudian beberapa orang berbaju hitam seperti ninja keluar dan menghampiri Roa. Roa terlihat seperti mengatakan sesuatu kepada mereka kemudian mereka langsung pergi begitu saja.

"LEPASKAN KAMI!"

"DASAR GAK TAU DIRI!"

Suara teriakan Stephanie dan Ravelline berhasil membuat Tiffany dan Bethany terkejut.

"Astaga! Tif! Itu Stephanie dan Ravelline!" Bisik Bethany panik kepada Tiffany.

Tiffany membulatkan matanya tatkala melihat Stephanie dan Ravelline.

Kedua tangan mereka diikat dan mereka digantung di sebuah batang pohon yang cukup besar. Terdapat luka - luka di sekujur wajah mereka.

"DIAM!" Teriak Roa dan menampar Ravelline yang terus berteriak kepadanya.

Tiffany dan Bethany langsung saja keluar dari semak - semak itu dan langsung menghampiri mereka bertiga.

"Roa! Lepaskan mereka!" Teriak Tiffany lantang.

"Tif? Beth?" Gumam Stephanie pelan.

"KALIAN PERGILAH! JANGAN KHAWATIRKAN KAMI! PERGI CARI GUANLIN, JUNGKOOK DAN YANG LAINNYA! BERITAHU MEREKA YANG SEBENARNYA!" Teriak Ravelline kepada Tiffany dan Bethany dengan keras, membuat Roa langsung mendelik tajam ke arah Ravelline.

Baru saja Tiffany dan Bethany berancang - ancang akan pergi, tiba - tiba beberapa orang berpakaian hitam itu langsung menangkap mereka berdua supaya mereka tidak lari.

"Kalian gak akan bisa kemana - mana. Mau kalian bilang ke para lelaki bodoh yang sebenarnya pun pasti mereka gak kan percaya, karena mereka udah gak peduli sama kalian." Kata Roa dengan senyuman licik khasnya sambil menghampiri mereka berdua.

"Lagian teman - teman kalian itu bodoh! Mau aja ditipu sama gue. Hahhh! Emang bakat akting gue udah gak tertandingi. Benar kan?" Lanjutnya lagi dengan smirk yang masih tercetak jelas di wajahnya.

"Ikat mereka." Titah Roa kepada anak buahnya kemudian Tiffany dan Bethany langsung diseret seperti binatang.

"Bajingan! Apa salah kami? Kenapa lo jahat banget sama kita?" Kata Stephanie.

Roa langsung menghampiri Stephanie dan langsung menodongkan sebuah senjata yang dia ambil tadi di saku rok Stephanie dan Ravelline.

"Lo mau mati? Ingat satu hal ya, lo adalah orang yang paling gue gak suka. Kelakuan lo itu menjijikkan, sok dingin, sok baik. Jadi mending lo gausah macam - macam atau peluru dari senjata lo ini akan bersarang di tubuh lo ini." Kata Roa sambil smirk.

Stephanie langsung diam dan memandang Roa dengan tatapan benci. Dalam hati, rasanya dia ingin mengumpat keras kepada gadis itu, namun tidak bisa. Dia masih sayang nyawanya. Dia masih ingin hidup walaupun dia tidak tahu kapan ajalnya akan menghampirinya.

"Dia anak buah Mark." Bisik Ravelline kepada Stephanie.

'Udah gue duga dari awal kalo gadis ini gak beres.'

"Hah, gue belum puas main sama kalian. Bagaimana kalau tambah sedikit lagi?" Kata Roa lagi kemudian langsung mengeluarkan sebilah silet dari sakunya.

Dia langsung berjalan menuju ke Bethany yang sudah berteriak - teriak tatkala melihat Roa berjalan kearahnya.

SREETT!

Langsung saja Roa menggores wajah Bethany dan Bethany langsung berteriak keras.

Bayang - bayang tentang disiksa oleh tiga bersaudara itu langsung tercetak jelas di benak mereka berempat.

Mereka takut dan berusaha melepaskan diri.

PRAK! PRAK! PRAK!

Beberapa cambukan berhasil mendarat di kaki ketiga gadis di sebelah Bethany.

Cambukan itu berasal dari tongkat cambukan yang dipegang oleh beberapa anak buah yang berdiri di samping mereka.

Karena rasa sakit yang amat terasa, mereka langsung saja lemas dan mereka kembali diam.

"JANGAN!" Teriak Bethany dan menangis tatkala pisau itu masih menggores wajahnya.

"Hm oke. Gue turuti lo karena lo adalah salah satu yang polos banget. Hm siapa lagi ya?" Mata Roa menelusuri mereka satu - satu dan tatapannya langsung terkunci dengan Stephanie yang melihatnya dengan kontak lensa biru lautnya yang menambah kesan menatap tajam ke dia dan juga Ravelline yang terus menerus mengumpat padanya.

Roa langsung menggeram kesal kemudian pergi ke arah Stephanie dan Ravelline. Dia langsung mencengkeram erat dagu mereka berdua.

"Kalian masih gak takut sama gue, hah?"

==================================

To Be Continue

[✔] Abettor.Where stories live. Discover now