Chapter 2

205 54 63
                                    

"Selamat pagi Master." Daniel menyapa Master dan diikuti mereka semua yang membungkukkan badan mereka, memberi tanda hormat.

"Selamat pagi. Silahkan duduk."

Semuanya duduk melingkar di meja panjang yang terbuat dari kayu jati itu di aula sekolah dengan Master yang berada di tengah.

"Baiklah, hari ini saya akan membicarakan beberapa hal kepada kalian semua."

Master berdeham sejenak, kemudian menatap mereka semua satu per satu.

"Karena kalian adalah kelompok yang telah diberikan kekuatan, maka pastinya saya akan mengutus kalian keluar dunia untuk melihat bagaimana kondisi luar, apakah masih normal atau sudah mulai ada tanda - tanda perihal ancaman itu."

"Kalian tidak akan diutus keluar sekarang, tapi mungkin sekitar satu bulan lagi. Dan dalam satu bulan ini, saya harap kalian bisa menyusun strategi secara profesional dan saya juga berharap tidak ada yang bertentang satu sama lain. Ingat, kalian adalah satu kelompok. Jangan sampai kerjasama kalian antar kelompok pecah nanti hanya gara - gara satu orang. Mengerti?"

"Mengerti, Master." jawab mereka semuanya.

"Dan, satu hal yang saya tidak bosan - bosan untuk mengingatkan kalian. Jangan menyalahgunakan kekuatan kalian kecuali disaat perang nanti terjadi. Jangan pernah menyerang sesama anggota kelompok, apapun yang terjadi."

"Saya harap kalian bisa menyusun strategi mulai hari ini sampai 1 bulan kedepannya. Jika kondisi sudah tidak kondusif dalam rentang waktu ini, kalian bisa saja langsung diutus keluar. Dan, perlengkapan untuk kalian keluar nanti sudah ada semua di kamar khusus kalian. Kalian boleh cari dan ambillah barang - barang yang berguna untuk berjaga - jaga di luar nanti. Mengerti?"

"Mengerti, Master." Sahut mereka bersamaan.

"Kalau begitu, itu sekian yang dapat saya sampaikan hari ini. Terima kasih."

"Terima kasih Master."

Mereka berduabelas pun kembali menuju ke kamar mereka untuk melaksanakan apa yang disuruh Master Taehyung tadi.

Abettor

Sekarang, mereka semua sedang duduk melingkar di dalam kamar mereka untuk mendiskusikan tentang strategi yang akan mereka gunakan nantinya seperti yang Master usulkan tadi. Tapi, sepertinya, masih tidak ada yang berani membuka suara. Mereka duduk dalam diam.

Guna menghentikan keheningan, Tiffany menghela nafas pelan, kemudian berkata,

"Gue pikir lebih baik kalian yang cowok saja yang menyusun strateginya. Kalian kan lebih tahu strategi perang biasanya gimana." kata Tiffany.

Mendengar suara Tiffany, mereka semua langsung menatap ke arahnya.

"Tapi, lebih enak kalau semuanya ikut mendengar, jadi semua bisa mengambil keputusan dan tidak ada yang salah paham nantinya." Jawab Daniel.

"Hm, kalian bahas aja, gue gak terlalu ngerti strategi. Biar gue aja yang cari perlengkapan - perlengkapan yang tadi disuruh Master." sahut Stephanie.

Sempat saling memandang, Taeyong dan Daniel kemudian mengangguk, dan Stephanie berjalan menuju lemari untuk mencari perlengkapan tersebut.

"Gue ikut dia aja deh, ya?" Izin Tiffany ke mereka sambil menunjuk Stephanie, kemudian berjalan mengikuti Stephanie.

Stephanie membuka salah satu pintu lemari dan di dalamnya terdapat delapan pasang baju berlengan panjang dan celana panjang hitam berbahan kuat dan empat pasang baju berlengan panjang dan rok sepaha hitam berbahan kuat yang dia yakin tahan peluru, dengan empat pasang kaus kaki yang cukup tebal dan cukup panjang untuk menutupi sampai paha.

[✔] Abettor.Where stories live. Discover now