Rina dan Adam sempat kaget. "Tap__tapi,"

"Sebenarnya dia bukanlah anak kandungku, dia anak titipan sahabatku. Aku mengurusnya seperti anaku sendiri, tetapi aku harus ke Mexico dan aku juga tidak mungkin membawa Barca karena aku akan menetap disana." Jelas Sarah dan Gio.

"Jagalah dia sampai ia menemukan orang tua kandungnya." Tambah Sarah.

Rina mengangguk, "baiklah aku sanggup menjaganya. Tapi kalau boleh tahu siapa nama anak ini?"

"Barca Archandra,"

Sarah memberikan Barca kepada Rina, dengan senang hati Rina menerimanya. Ia berjanji akan menjaga Barca seperti anaknya sendiri. Hingga Sarah dan Gio pamit meninggalkan mereka, dengan tanggung jawab yang di berikannya. Barca setiap hari di jaga oleh Rina bersama anaknya yang sudah berumur dua tahun. Barca selalu menjaga adiknya, karena Barca sungguh menyayangi adik kecilnya itu yang tak lain adalah Saylena Arganta Maymac.

Flashback off

"Begitu ceritanya," Chandra dan Adam mengakhiri ceritanya dengan menundukan kepala.

Wajah Barca terlihat memerah menahan amarah. Bayangkan siapa anak yang tidak akan marah jika anaknya di oper kesana sini.

"Barca ayo pulang nak," bujuk Chandra.

"Saya tidak mau, saya harus menjaga seseorang disini," ucapnya dengan nada yang dingin. "Saya harus menjaga Saylena, adik saya." Lanjutnya.

"Tapi adik kamu Eric nak, Alberic." Ucapan Chandra membuat Barca tersadar akan sesuatu.

Barca mempunyai adik dari pacarnya adiknya sendiri? Maksudnya? Kenapa semuanya menjadi rumit sekali.

"Tapi Barca akan tetap disini menjaga Lena," ucapan dari Adam membuat Barca menatapnya.

"Tapi Barca anak saya," keukeuh Chandra.

"Baiklah seperti ini saja. Saya akan tinggal bersama anda atas persetujuan orang yang berarti bagi saya," ungkap Barca.

"Siapa? Ibumu, Rina? Eric? Atau Dara?" tanya Chandra beruntun.

"Saylena Arganta Maymac,"

×××××

Malam ini di rumah Aice lebih tepatnya di kamarnya, ia tengah mencoba make up terbarunya. Ia menjadikan Lena sebagai model percobaannya. Sedangkan Manda dan Yuka ia tengah meonton televisi dan memakan cemilan Aice dengan stok yang banyak di kulkasnya. Mereka berdua ingin melihat hasilnya saja, hasil dari make up yang di pakaikan oleh Aice.

"Aice pake bedaknya jangan tebal-tebal." Protes Lena.

"Iya Lena tenang saja. Gue gak bakal tebal-tebal tapi gue mau bikin lo lebih cantik tik tik tik," Aice mengambil BB cream dan mengoleskannya ke wajah Lena.

"Lengket," protes Lena.

"Udah lo diem aja, daripada gue bikin muka lo jadi badut," ucapan Aice membuat Lena mencebikan bibirnya.

"Yaudah tapi Lena mau ganti baju dulu," Lena bangkit dan mengambil sebuah sweater bewarna pink dari tasnya. "Tunggu ya!" Lena memasuki kamar mandi dan mengganti pakaiannya.

Setelah itu Lena kembali menghampiri Aice dan siap untuk di make up, walaupun nanti hasilnya tidak sesuai keinginan Lena, yaitu simple dan tidak menor kayak cabe-cabean gocengan.

Lena memejamkan matanya menerima sentuhan dari alat-alat make up tersebut. Terkadang Lena bersin karena debu dari make up tersebut. "Gue bikin ukiran alis dulu ya, lo diem jangan gerak-gerak biar ukurannya sama," Lena mengangguk

ALBERICWhere stories live. Discover now