Tak Secanggung Saat Itu

Start from the beginning
                                    

"Terima kasih," ucap Abid.

"Untuk?"

"Telah menghabiskan makanan saya."

Bea tersenyum tulus untuk pertama kalinya. "Sama-sama, itu karena suamiku. Kalau orang lain ogah!" balas Bea.

Begitu saja terlewati dengan obrolan ringan hingga Bea selesai dengan makanan Abid. Pria itu mengantarkan Bea kembali ke kantor.

"Nanti pulang jam berapa?" tanya Abid ketika mereka hampir sampai di depan kantor Bea.

"Jam empat sore kalau tidak ada halangan."

"Mau dijemput?"

"Nggak usah, aku bawa motor," jawab Bea. Namun, saat keduanya berjalan, tiba-tiba saja Bea dikagetkan dengan sosok yang pernah bertemu dengannya.

"Bea?"

"Jeremy?" Laki-laki yang pernah ia Aliyana perkenalkan.

Jeremy melirik ke arah Abid. "Suamimu?"

Bea mengangguk sebagai jawaban.

"Ternyata kamu tidak berubah Bea, masih mengikuti orang tuamu. Dia laki-laki ke berapa?"

"Apa maksud Anda berbicara seperti itu pada istri saya?" Abid merasa tidak nyaman ketika Bea mengobrol dengan laki-laki ini.

"Ah, tidak. Selamat atas pernikahan kalian. Semoga langgeng, meskipun menikah karena perjodohan," ucapnya. Setelah itu Jeremy pergi begitu saja.

"Siapa laki-laki tadi? Tidak sopan."

"Jeremy. Laki-laki yang pernah Mama kenalkan padaku," jawab Bea.

"Pantas saja. Kamu menolaknya?" Abid penasaran.

"Dia tidak mau denganku."

"Lain kali hati-hati dengan orang seperti itu, tidak bisa menghargai perempuan sama sekali," ucap Abid.

Bea mengangguk, yang dikatakan Abid benar, untung saja Bea tidak jadi dengan Jeremy. Abid menggandeng Bea, mengantar Bea kembali ke pabriknya.

"Saya pulang dulu. Terima kasih sudah mau makan siang dengan saya," ucap Abid.

"Ya."

Abid tersenyum sekilas. Perlahan mundur, lalu berbalik meninggalkan Bea. Bea menatap kepergian Abid, tetapi tiba-tiba saja Bea memanggil Abid.

"Hati-hati di jalan!" Bea berteriak.

"Iya," balas Abid setengah berteriak agar Bea mendengarnya.

Bea berbalik memasuki kantornya. Untuk hari ini ia merasa banyak tersenyum, kesal terhadap Lukas serta pekerjaan menumpuk perlahan menghilang dengan kehadiran suaminya.

"Tumben lo senyum mulu?" tanya Nayla heran dengan sahabatnya.

"Biasa aja kok, senyum itu ibadah. Banyakin senyum biar awet muda," sahut Bearista. Ia kembali duduk di biliknya.

"Nggak biasanya. Kamu biasanya badmood mulu," ucap Nayla.

"Ya, iyalah dia senyum mulu, habis makan siang sama lakinya," ucap Ronald. Tiba-tiba saja pria ini mendekati meja Bearista dan Nayla yang bersebelahan. Bea memutar bola mata jengkel ketika dua biang kerok ini menganggunya.

TraveLoveWhere stories live. Discover now