Ia membuka lemari bajunya. Bagian atas tempat baju hitam-hitam sedangkan bagian bawah tempat baju 'normal'. Ia mengambil celana jeans dan kaos putih. Ia juga menambahkan sweater berwarna abu karena udara Seoul yang masih terasa dingin.

Selesai berpakaian ia berjalan ke dapur. Mengambil roti lalu mengolesinya dengan selai coklat secara asal-asalan. Ia membawa roti buatannya lalu membuka jendela apartemen kecilnya dan duduk dikusen jendela.

Gold menikmati sarapan paginya sambil memandang kota Seoul yang kemarin sempat dibuat ketakutan oleh aksinya. Ia terkekeh pelan lalu memasukan seluruh roti itu langsung kemulutnya sehingga mulutnya menggembung dan terlihat penuh.

"Kookie sayang, kalau makan pelan-pelan. Nanti kamu bisa tersedak"

Ingatan itu melewati pikirannya lagi. Ingatan tentang mendiang ibunya yang selalu memarahinya karena kebiasaan makannya yang tidak baik.

Mata Gold mulai panas dan setitik air mata jatuh dari sana. Ia tersenyum getir dan menghapus air matanya kasar. Bayang-bayang ibunya terus berputar dikepalanya. Gold berdecak kesal lalu mengeluarkan isi mulutnya dan memperhatikannya jatuh sampai tanah dari jendela apartemennya yang berada di lantai 5.

Ia turun dari jendela itu dan menghampiri meja kecil. Diatas meja itu, terdapat foto ibunya. Ia meraih foto itu menatapnya sendu. Ia memeluk foto itu dan lalu meringkuk diatas kasurnya. Ia memejamkan matanya seolah-olah ia sedang memeluk ibunya.

Tak lama, isakan tangis yang memilukan lolos dari mulutnya. Ia menangis sesenggukan. Mengeluarkan sakit hatinya yang tidak bisa ia ceritakan pada siapapun.

"Eomma, Jungkook rindu eomma. Kembalilah, Kookie mohon"

×××

Hari ini Yerim libur. Lebih tepatnya diliburkan karena kejadian yang menimpanya kemarin. Sekarang ia sedang dalam perjalanan pulang dari rumah ibunya. Ibunya sangat khawatir sampai meminta Yerim untuk bermalam dirumahnya kemarin.

Yerim turun dari bus di halte depan rumahnya. Ia berjalan pelan dan melewati sebuah minimarket. Entah kenapa kakinya otomatis langsung berbelok masuk ke minimarket tersebut.

"Selamat datang," sapa penjaga kasir saat Yerim masuk kedalam. Yerim berjalan menyusuri rak-rak sampai ditempat favoritnya. Rak ramen.

Yerim mengambil dua bungkus ramen kesukaannya lalu berjalan ke kasir. Penjaga kasir tersebut menghitung jumlah belanjaannya dan menyebutkan harga yang harus Yerim bayar.

"Sebentar," Yerim merogoh tasnya yang besar untuk mencari dompetnya. Sesaat sebelum ia mengeluarkan uangnya, seseorang datang dan membayar belanjaannya.

Yerim menatap orang itu dan terkejut bukan main. Pria itu.

Pria itu dengan santai mengambil plastik belanjaan Yerim lalu menatap balik gadis itu. "Kenapa?"

Jantung Yerim berdegup kencang. Tangannya gemetaran dan napasnya seperti tercekat. Ia berusaha sekuat tenaga untuk memulihkan keadaannya tapi sebelum itu, pria itu merangkul pundaknya dan menariknya keluar dari minimarket tersebut.

Tubuh Yerim kaku. Ia berjalan dalam rangkulan pria itu cukup lama sebelum ia mendapatkan kesadarannya kembali. Yerim segera menepis tangan pria itu lalu melangkah mundur.

Pria itu menaikkan sebelah alisnya. "Kau baik-baik saja?," tanya pria itu. Ia melangkah mendekat kearah Yerim yang justru melangkah semakin menjauh.

"K-kau bagaimana bisa menemukanku?," tanya Yerim dengan suara gemetar yang mengundang tawa kecil pria itu.

Pria itu berpura-pura berpikir. "Hhmm, karena kau memang mudah ditemukan? Tidak ada orang yang merasa terancam akan keluyuran seperti ini," ucap pria itu santai. Ia mengulurkan tangannya pada Yerim yang disambut tatapan bingung gadis itu.

Red Thread • [ jjk × kyr ]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon