27

7.6K 913 46
                                    

Jungkook keluar dari lift apartemennya dengan keadaan yang kacau. Lukanya yang masih belum kering terasa sangat sakit hingga membuatnya harus berhenti sejenak untuk bersandar didinding. Ia mengatur napasnya yang tak beraturan setelah berlari kencang sembari menahan sakit ditubuhnya.

Jungkook berjalan dengan sedikit terseok menuju pintu apartemennya. Ia memasukan password lalu masuk kedalam. Ia langsung berlari menuju kamarnya untuk mencari sebuah benda yang diperlukannya.

Ia mengernyit ketika mendapati kamarnya yang rapi. Terakhir ia tinggalkan kamarnya masih berantakan. Jungkook hanya menggedikan bahunya tak peduli. Ia segera membuka lemari pakaiannya lalu mengeluarkan sebuah kotak. Ia membuka kotak tersebut dan mengeluarkan pistol dari dalamnya.

Jungkook sedikit terkejut ketika ponsel Yerim tiba-tiba berdering. Nomor yang sama seperti sebelumnya.

"Halo Jeon Jungkook?"

"Apa lagi Nichkhun?"

Jungkook tidak tahu bahwa sang lawan bicara tengah tersenyum sinis. Pria itu memain-mainkan sebuah pisau lipat ditangannya.

"Sudah dua jam lewat. Aku hanya ingin tahu apa saja yang sudah kau lakukan"

"Aku belum melakukan apa-apa," ucap Jungkook datar. Ia mengambil sebuah kain panjang dari dalam lemarinya lalu membalut kain tersebut melingkari perutnya, membebat lukanya. Ia mengikat kain itu kencang hingga ia tak sadar ringis kesakitan lolos dari mulutnya.

Nichkhun tertawa mendengarnya, membuat Jungkook mengernyit. Suara tawa pria itu berbeda dari sebelumnya. Suara tawanya terdengar sumbang, bahkan sedikit serak. Seperti habis menangis.

"Ah ini semakin menarik," ucap Nichkhun masih dengan sisa-sisa tawanya. "Kau sedang terluka dan gerakanmu akan melambat. Kurasa 48 jam terlalu singkat untukmu hm?"

Jungkook hanya diam. Ia masih bersusah payah membalut perutnya dengan satu tangan. Ia berdecak frusrasi lalu meletakan ponsel Yerim dilantai. Ia menekan tombol loud speaker lalu kembali berfokus membalut perutnya.

"Diam berarti iya? Kalau begitu benar 48 jam terlalu singkat untukmu. Bagaimana jika 24 jam?"

Jungkook membulatkan matanya. "24 jam? Kau gila? Brengsek kau Nichkhun!," pekik Jungkook marah.

"Kau mengataiku? Kau benar-benar ingin bermain rupanya," ucap Nichkhun dari seberang. "Lihat layarmu"

Jungkook meraih ponsel Yerim untuk melihat layarnya. Nichkhun mengubah panggilan menjadi mode video call. Seketika jantung Jungkook berdebar menatap layar yang sedang loading.

Jungkook sedikit merinding ketika layar menampilkan tubuh Victoria yang terbaring kaku diatas sebuah meja. Goresan panjang yang sebelumnya ia lihat ada disana. Melihatnya membuat Jungkook sakit. Nichkhun benar-benar dengan ucapannya saat mengatakan akan merusak jasad Victoria jika ia tidak mengantarkan Miyoung padanya.

"Perhatikan baik-baik"

Nichkhun mendekatkan ponselnya pada wajah Victoria. Tangannya terangkat, menunjukan pisau lipat tersebut pada Jungkook.

"Apa yang akan kau lakukan?," tanya Jungkook dengan suara tercekat.

"Tidak! Nichkhun jangan!," pekik Jungkook ketika pria itu menggoreskan pisau pada pipi Victoria. Merusak wajah wanita itu.

Nichkhun tertawa keras mendengar reaksi Jungkook. Ia terus menggoreskan pisau tersebut ke sisi wajah Victoria yang lain, membuat Jungkook menjerit tertahan.

"Hentikan Nichkhun!"

"Tidak!"

"Nichkhun, kumohon jangan"

Red Thread • [ jjk × kyr ]Where stories live. Discover now