C30 Keadaan Terdesak

39 2 33
                                    

"Yah, setidaknya, aku sudah tidak memiliki mereka, mereka sudah di surga sekarang. Kalau kau menembakku, aku akan bersama mereka, dan kalian akan bersama keluarga kalian dengan damai. Simpel saja, kan?"

"Tidak sesimpel itu, bodoh!" meski begitu, aku tetap mengacungkan moncong pistol itu kearah kepalanya

"Aku tahu kau jenius, Rai. Sudah lakukan saja, aku akan mati dengan tersenyum agar kau tidak merasa bersalah. Nad, Luss, aku sudah tahu yang di foto itu kalian. Terimakasih karena kalian mau berteman denganku, walaupun itu karena orang tuaku. Maaf waktu itu aku tidak cepat menemukan kalian." dia tersenyum lebar sebelum menundukkan kepalanya

"Rai, tenang dulu. Pasti ada cara lain!" di tengah tangisnya, Nadya berusaha untuk tenang. Namun itu malah membuatku lebih sakit

"Nadya.." aku berdiri dan menghampirinya, berjongkok di depannya dan menghapus air matanya

"Aku tetap akan menembak Saka. Tenang saja, percaya padaku." perkata semakin kubuat mengecil suaraku. Aku menarik nafas dalam. Nadya hanya menatapku bingung. Aku lalu menatap Saka

"Haaahh, ya sudah, lah, kau sebegitu inginnya mati, bukan? Akan kulakukan, bodoh! Bersiaplah, dalam 3, 2, 1-"

DOR!

***

Haaaaahhh, aku tak percaya ternyata selama ini orang tuaku mati secara 'disengaja' oleh teman-temanku sendiri. Aku juga tidak percaya dengan fakta bahwa mereka, Rai, Nadya, dan Lussi, adalah anak-anak petinggi organisasi mafia terbesar seAsia, Eropa, bahkan Amerika. Mereka bahkan telah memiliki jabatan. Namun aku tahu, mereka melakukan itu karena 'insting bertahan hidup', karena memang diperlukan. Aku membatin, "Berarti kehidupanku masih lebih baik dari mereka. Mereka memiliki bayang-bayang di balik kehidupan damainya. Aku benar-benar tidak tega dengan kehidupan macam begitu. Dan kenapa mereka masih sempat tegar?"

Sejenak, aku mengingat semua yang pernah kulakukan bersama mereka. Karena kami kenal sejak kecil, kami begitu dekat. Apa lagi aku dengan Rai.

Caka, adalah nama kecilku, nama panggilan yang diberikan mereka padaku. Rai adalah Cinci, Nadya itu Paopao, dan Lussi itu Uci. Kenangan bersama mereka, jadi hal yang tidak bisa membuatku marah kepada mereka. Papa dan Mama sudah pasti mengetahui siapa sebenarnya mereka dari awal, tapi karena papa dan mama tidak pernah melarangku untuk berteman, aku mengganggap orang tuaku dapat menerima keadaan orang lain, seburuk apapun mereka.

10 tahun yang lalu, aku bahkan mencari Nadya dan Lussi ketika mereka telah diculik. Sampai aku berontak dan meminta mencari keluar negeri. Aku sempat dinyatakan hilang selama 2 minggu, dan akhirnya ditemukan dengan keadaan amnesia, tanpa mengingat kejadian apapun yang pernah kulakukan. Mungkin karena di tengah pencarian itu, aku sempat kepergok White Lily ini.

Tapi ternyata, 4 tahun yang lalu, meninggalnya kedua orang tuaku membuatku membuka file-file lama pekerjaan mereka. Aku bahkan sedikit demi sedikit bisa mengingat kembali bagaimana kejadian itu. Berusaha untuk tidak memberitahukannya kepada siapapun, termasuk Rai.

Akhirnya, sampailah aku di saat ini, saat aku kembali berkumpul bersama keturunan mafia kelas kakap ini. 3 orang dengan rekor yang berbeda, yang juga telah tertulis di buku catatan papa. Meski begitu, aku tidak tega melaporkan mereka. Aku tidak mau merusak pertemanan yang sudah aku jalin 'sejak lama' ini.

Cukuplah kehilangan Nadya dan Lussi kecil menjadi hal terakhir yang kutakutkan. Aku selalu bermimpi buruk tentang penculikan itu selama beberapa tahun terakhir. Sekarang, mereka sudah kembali ke sampingku, dan saatnya aku pergi bersama dengan rahasia White Lily Organization ini.

Rai, jangan pernah menyesal telah menembakku. Aku tidak akan menghantuimu seperti di film-film itu. Setidaknya aku tidak mau rasa bersalah menghantui dirimu sendiri seperti yang pernah kau lakukan pada orang tuaku. Aku tidak memiliki dendam terhadapmu. Malah aku ingin berterimakasih. Terimakasih, untuk semua yang pernah kau lakukan selama beberapa tahun terakhir. Meskipun mungkin itu tuntutan dari organisasi, setidaknya kau melakukan itu dengan hati yang tulus.

HUJAN DI MUSIM PANASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang