C6 Pendinginan

40 1 0
                                    

Diam sebentar, akhirnya aku memutuskan berjalan keluar rumah. Aku melangkahkan kakiku kearah bangunan itu. Megah, dan isinya paling kusuka. Perpustakaan Daerah!

Aku masuk ke dalam gedung megah itu. Naik kelantai dua, kemudian menuju ruang khusus untuk buku teknologi. Disana aku melarutkan diriku ke dalam tumpukan buku yang kuambil dan kubaca di tempat

"Teknologi terapan, teknologi matematika fisika, kincir turbo, roket, teknologi masa depan, hmm.. kenapa semuanya bahasa inggris? Tapi gapapa deh."

Sudah sekitar 10 tumpuk buku yang kuambil dari rak, dan kubaca isinya. Buat apa, sih? Ya siapa tahu berguna buat kegiatan 2 bulan lagi. Ah, iya, aku belum sempat bilang ke Rai, mending aku bilangnya menyusul, aja, deh. Kalo inget.

***

Ah, aku kesal oleh semua orang sekarang. Termasuk penulisnya. Eh, tapi, kalau nggak ada penulis aku juga gak ada kan ya. Tapi itu orang jadi penulis kok ya, laknat banget gitu lho.

Hhhhh.. kalau sudah begini, si Saka yang bakal mengembalikan moodku, dengan caranya tentunya. Yah, sebenarnya di tengah kelakuannya yang super bodoh, sebenarnya aku juga menikmati memarahinya.

Aku keluar untuk mengambil minum. Sudah cukup banyak sekali –ah maaf, bahasa Indonesiaku kurang benar, aku malas membenarkan- kejadian aku memarahi Saka dan itu melelahkan.

Aku melewati ruang tamu untuk mengambil minum ke dapur. Ketika aku sudah berjalan 1 meter dari pintu ruang tamu, aku kembali melongok ke ruang tamu. Kenapa anak itu tidak ada? Aku lanjutkan perjalanan ke dapur. Hmm, dia juga tidak ada di dapur. Setelah melaksanakan tujuanku, aku kembali menuju kamarku. Eh tapi, kenapa rumah ini sepi sekali? Biasanya siang pulang sekolah gini si Saka bisa gedor-gedor pintu kamarnya sendiri, hanya buat menghitung berapa gaya yang diperlukan untuk membuat lubang di pintunya, dan bayangkan, itu setiap hari!

Tapi kali ini, aku mendatangi kamarnya, dan kamar itu rapi! Bayangkan pembaca, RAPI!!

Kemana lagi kamu, Saka Arjasa!!!!

"Sebaiknya, aku mencarinya."

"Eh tapi, paling dia pulang sendiri."

"Tapi, tapi tapi, kalau itu anak nyasar gimana?"

"Ah dia sudah besar, dia harus bisa pulang sendiri."

Kira-kira, aku sudah 10 kali bolak-balik duduk-berdiri, cuma untuk memutuskan mencari dia atau tidak.

_***_

Yah, akhirnya, Saka mendapatkan buku yang dia inginkan untuk mempelajari lebih dalam. Tunggu, emang buku bisa buat nyelam, ya? Kemudian dia pulang. sampai di depan pintu, Ketika dia akan membukanya, disaat yang sama, Rai membuka pintu. Rai terkejut karena Saka sudah sampai di rumah.

"Eh, Rai. Mau kemana?" Saka yang bertanya tanpa dosa. Dia tidak tahu, dia sendiri membuat temannya semati setengah hidup –karena kalau sama Saka itu pasti mati dulu, dan hidupnya setengah- mengambil keputusan untuk menjemputnya.

"Tidak apa, hanya mau keluar sebentar." Yee, sok-sokan cool banget, sih. Tadi, aja sampai bolak-balik 10 kali buat mutusin nyari Saka apa nggak.

"Oh ya udah. Titip micin, eh, mi instan ya." Saka berlalu ke kamarnya sambil membawa beberapa buku.

"Oh." Rai hanya diam sambil menutup pintu. Tapi beberapa detik kemudian dia sadar,

"Itu anak, belum ada semenit lalu dia membuatku bolak-balik duduk berdiri, terus tadi, dia enak banget minta micin!! Mana dia pulang-pulang neteng buku banyak banget. eh tunggu, itu tadi dia beli, apa pinjem, ya? Dilihat dari pengeluaran uangnya kaya'nya pinjem. Tapi, kalau pinjem, anak itu bilang nggak, ya?" batinnya.

HUJAN DI MUSIM PANASWhere stories live. Discover now