C2 Pemberian Nama

155 6 0
                                    

Yah, karena saya yang punya hak disini, saya bisa nyekip mereka kapanpun saya mau. Mumpung mereka lagi masuk scene manequinn challenge, saya jelaskan siapa sebenarnya mereka

Tokoh pertama, Saka, Saka Arjasa. Bukan Sara, Sana, apa lagi sang Saka merah putih, itu pelecehan. Namanya keren banget. tapi orangnya ya gitu, lola.

Yang kedua, Mata Empat. Ah, maaf, dia tadi menyensor namanya sendiri, ya? Sok-sokan jadi Salak Molto dia tu. Ehe, karena saya menyinggung suatu tokoh anime yang mempunyai hak cipta, maka saya plesetkan saja namanya. Biar tidak ada yang tersinggung.

"WOY PAK! ITU KALO PENULISNYA BACA BISA KENA BOGEM ANDA!" wanjer, si Saka kok sadar sih?

"Diem aja kamu. Bukannya kamu tadi lagi manekin? Ganggu orang jelasin aja."

Nah, kalo si Mata Empat, punya nama. Ingat, punya, bukan tinggal. Kasian kalo 'punya' diganti jadi 'tinggal'

"Pak, tolong, aku masih sehat walafiat sampai sekarang. Jangan main-main dengan kematianku." kata Mata Empat sambil mendengus kesal. Eh buset, kalo ini lomba kalian udah kalah coy. Manekin kok gerak semua. Serem tau!

Ah, serah deh, pokoknya di scene ini saya harus jelasin kalian semua. Eh tunggu, saya baru inget.

Saya baru inget kalo saya lupa namanya!!

"GOBLOK BENER!!" Saka dan Mata Empat berseru bersamaan.

Kalem coy, kalem. Masalahnya begini, cerita ini ditulis dua orang, dan orang yang satu itu sedang nggak bisa dihubungi, makanya saya bingung mau kasih nama siapa. Untuk sementara ini *!@#$%^&*()(*&^% dulu ya.

"Pak, habis ini anda harus syukuran." Kata Saka

"Lho kenapa? Saya belum nikah."

"Soalnya anda ganti nama orang!"

***

"Ah, kalian tahu, saya sudah mendapatkan informasi tentang nama si Mata Empat dari penulis satu itu. Setelah melewati pemaksaan."

"Hmmm.. jadi bagaimana? Sejujurnya aku sendiri tidak tahu namaku, makanya kusensor." Mata Empat menopang dagunya di meja belajar

Namanya Amarai Wardana. Panggilannya Rai...

"STOP DISITU!" Saka yang dari tadi menyimakku dengan serius, kaget hingga terlempar dari kasur.

"WOLES BANG!" Saka tak kalah serunya, mungkin karena dia dibuat kaget oleh Rai sampai jatuh dari kasur.

"Kenapa namaku mengandung unsur mi.. bukan bukan, tokoh 2D?"

"Entahlah, tanya penulis satu itulah." Sekarang saya bisa membayangkan bahwa partner saya dari kejauah itu akan tertawa seram sendirian sambil mengacungkan jari-jarinya itu.

Yah, sebenarnya saya juga ikut andil, sih, dalam pemilihan nama itu.

Oke, mereka ini adalah murid di sebuah SMA Negeri kawasan Indonesia. Tidak perlu disebutkan, nanti SMAnya langsung tutup kalo murid lolanya disebar luaskan melalui cerita.

Kalian tahu, sebenarnya si Saka itu orangnya baik, dari kecil ramah, pintar, easy going..

"Ah, pencitraan." Keterlaluan, si Saka tidak mendengarkanku malah mencela dan membaca komik si Mata Empat, eh, Rai.

"Sejak kapan orang dipuji malah nyela dan bilang pencitraan?!" sepertinya Rai juga kesal dengannya dan menggebuknya dengan keyboard komputer. Tunggu, itu kan mahal goblok!!!

Yah, sampai disini kira-kira cukup untuk kemunculan saya. Nanti pembaca semakin ternistakan kalau saya sering muncul.

"Hidup bapak nista sih." Kali ini Rai dengan wajah tanpa rasa bersalahnya menatap saya dan mengungkapkan sebuah argumen yang begitu kuat, sampai menjadi sebuah fakta. Tunggu, dia, kan tidak tahu saya dimana.

HUJAN DI MUSIM PANASOnde as histórias ganham vida. Descobre agora