C14 Eh, Gombal?

97 3 4
                                    

"Ada perlu apa, ya?" aku harus menjawab sesopan mungkin, karena dia wanita.

"Sopannyaaa." Nadya menyelipkan nada sinis di kalimatnya barusan

"Orangnya imut, sih." Saka ringan sekali berkata begitu.

Minta di smackdown

"Aku mau ngomong sebentar sama Kakak, boleh?" entah karena dia grogi dengan orang banyak, atau nada bicaranya yang memang seperti itu. Dia membuat semua orang menoleh kearah kami.

"Nad, mau ada ritual, cabut ke kantin duluan aja, yuk." Saka yang di belakangku mendorong Nadya untuk meninggalkan tempat tersebut.

"Hah? ritual apaan?"

"Ritual sakral, soalnya Rai dipanggil 'kakak' bukan 'mas'-jiaduh! Santai lho, boss!! Kepukul dua kali tu nggak enak." anak itu, sungguh tidak tahu kondisi. Seperti biasa tinjuku mendarat di atas kepalanya. Kemudian aku berpaling ke adik kelas tadi.

"Mau ngomong apa?"

"Anuu, itu.. eee.."

"Dek, kalau ngomong yang jelas." walaupun sudah benar-benar kubuat halus, aku yakin masih ada nada sindiran di dalam kata itu.

"Hmmm.. pasti ada apa-apa, nih." aku sampai menoleh saking kagetnya dengan nada serius yang tiba-tiba Saka berikan

"Iya kak. Kalau di belakang sekolah, boleh?"

"Rai.." tahu-tahu, ada yang menepuk pundakku. Eh, ternyata Nadya dan -woy! Kenapa kalian mukanya jadi mirip orang-orang nunggu hasil tes SBMPTN?!

"Jika terjadi sesuatu, jangan ragu, aku pasti akan menolongmu. Aku mungkin bisa memakai beberapa ilmu beladiri yang sudah kukuasai." hoi hoi hoi hoi. Kenapa nada bicaramu jadi turun 2 oktaf begitu?! Tapi..

"Ini anak, di belakang sekolah, mau ngapain? Jangan-jangan..."

"Mau nembak, ya?" "Mau bakar sampah, ya?" tunggu, tebakan macam apa itu?! Dan lagi, kenapa bersamaan dengan tebakanku juga?! Setelah nada bicaranya yang serius tadi, bisa-bisanya dia mengangkat mukanya dan seketika cerah seperti sinar matahari? Aku hanya menatap mereka dan memberikan aura gelapku. Saka buru-buru menutup mulut Nadya dan menyeretnya ke kantin.

Setelah semua keributan itu berlalu, aku menatap adik kelas tadi.

"Oke kalau itu maumu. Ayo." aku langsung berbalik dan berjalan. Namun aku dicegah oleh suaranya.

"Kak, jalannya sebelah sini." aku berpaling dan melihat dia membawa kompas. Aa.. apa?!

"Lebih tepatnya 150 derajat ke timur." Adik kelas itu mengarahkan kompas bidiknya kearah belakang sekolah. Adakah orang disekitarku yang NORMAL?!

===

Di belakang sekolah, kami saling berhadapan. Hembusan angin menerpa masing-masing rambut dan seragam kami dengan lembut. Setelah diperhatikan lagi..

Kok sepi banget ya?

"K..kak."

Aku hanya diam, menunggu kelanjutannya. Hening sebentar

"Kak jawab dong!" eh buset merintah

"Omongannya selesaiin dulu baru kujawab." untung cewek untung cewek untung cewek

"O..oke."

Kembali angin menerpa kami dalam diam ini.

*ga usah puitis lu.*

Ini makhluk astral satu kenapa nongol lagi.

"K..kak. benernyakuudahlamasukasamakakakmaunggakjadipacarku?"

HUJAN DI MUSIM PANASWhere stories live. Discover now