C27 Panggilan Terakhir

Mulai dari awal
                                    

"Muhammad Aresha Bintang? Ikut nggak?" Aresh yang tadi sudah seperti orang pupus harapan, langsung bangkit dengan semangat 45nya, "Lussi nggak marah?"

"Nggak nggak, aku percaya kamu kok." aku tertawa, yang disela deheman Rai, auto ku tonjok muka Rai

"Nggak Nadya, nggak kamu, sukanya nonjok!" aku hanya tersenyum, "Paling kalo Nadya, kamu maunya ditonjok pake mulut, di mulut, ya?" aku tertawa lepas. Rai pura-pura kaget dan mengelus dadanya, "Astaga, tobat Luss. Resh, calon istrimu, nih!"

Selanjutnya, kami kembali duduk, dan memesan makanan. Rai yang sudah selesai shift, bergabung dengan kami. Canda, tawa, protes, terdengar seiring dengan obrolan kami. Sayang Saka dan Nadya tidak ikut. Saka masih mendapat jatah libur karena lukanya, dan Nadya masih ada keperluan yang harus dikerjakan. Akhirnya, pukul 10.30, kami memutuskan untuk pulang

"Lussi, mau kuantar? Kamu jalan kaki, kan? Bareng aku aja. Aku pake mobil." kami telah berada di luar rumah makan. Rai berkata tidak bisa pulang bersama karena mau membantu rumah makan berberes dulu

"Ga yakin. Nggak bakal diapa-apain, kan?" tanyaku

"Nggak, lah, astagfirullah ukhti pikirannya. Ayo, udah malem. Cewek nggak boleh jalan sendiri malem-malem. Bahaya!"

Aku berpikir sebentar, "Oke lah."

Singkatnya, aku langsung diantar oleh Aresh sampai ke rumah. Aku yang pamit, disela oleh Aresh, "Luss, kalo ada apa-apa, telepon aja" aku kaget, kemudian tersenyum, "Bilang aja kamu yang mau ditelepon. Ya udah, hati-hati. Jangan lupa ibadah." dia membalas senyumku, "Tau aja. Iya. Semangatin dong?"

"Apaan sih? Pake disemangatin juga." aku langsung memandang arah lain. Aresh hanya menghela nafas, "Ya udah deh. Jangan lupa ibadah juga." sebelum Aresh menutup kaca mobilnya, aku buru-buru berkata, "Jangan pernah ngecewain cewek yang nunggu!" Aresh kebingungan, tapi kemudian tertawa, "Oke!"

Aku langsung masuk ke rumah. Aduuuhh, kok aku jadi banyak ngomong tentang masalah yang bahkan aku nggak pernah ngalamin, sih? Selesai mengunci pintu-pintu dari dalam, aku langsung menuju kamarku, berdiri merenung memeluk tas.

Ughhh.. aku jujur banget!

***

Rabu.. Kamis.. Jumat.. Wuaaaaggghhhh.. kenapa rasanya males banget ngelewatin itu semua??? Yah, walaupun kebanyakan luka dan memarku sudah baikan, tapi tetap saja, yang namanya seminggu setelah libur panjang itu, berat!

Langsung skip saja ke hari Jumat. Nggak ada yang bisa diceritakan dihari Rabu dan Kamis. Aku hampir bertanya tentang persoalannya Lussi di hari Rabu. Tapi kuurungkan karena sepertinya sudah selesai. Tidak boleh mengorek luka lama. Hehe.

Jumatnya, sepertinya agak berbeda, karena kali ini, saat pelajaran Bu Siska ini, seseorang yang tidak terduga, dipanggil ke ruangan Pak Kepsek, apakah dia juga biang kerok, sama denganku? *satu-satunya biang kerok ya cuma elu, somplak!*

"SELAMAT SIANG BAPAK IBU GURU DAN ANAK-ANAKKU, MAAF MENGGANGGU,UNTUK NAMA SISWA YANG SAYA SEBUTKAN, DIMOHON UNTUK DATANG KE RUANG KEPALA SEKOLAH SEKARANG. UNTUK ANANDA AMARAI WARDANA, SAYA ULANGI, UNTUK ANANDA AMARAI WARDANA, DIMOHON UNTUK SEGERA MENUJU RUANG KEPALA SEKOLAH, TERIMAKASIH, SELAMAT SIANG."

Yak, Rai lah orangnya!

===

Aku langsung berdiri, meminta izin kepada Bu Siska yang mengajar, kemudian keluar kelas. Sepertinya semua memandangiku, mungkin karena aku tidak pernah dipanggil Pak Kepsek pada saat jam belajar mengajar, dan juga memberi tatapan 'kok bukan Saka?'

"Ah, bapak memanggil saya, ya?" aku melangkahkan kakiku ke dalam ruangan Pak Kepsek

"Ah, hello Amarai Wardana. Bagaimana liburanmu?"

HUJAN DI MUSIM PANASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang