EPILOG SEASON 1

418 51 2
                                    

Asrama Akademi Kumala Santika, 16.00 WITA

Oka mendapat pesan dari Sihar, komandan Tim-A untuk naik ke lantai paling atas asrama. Hanya Oka seorang saja yang diminta, tak boleh ada yang lain. Oka pun menurut saja dan ketika ia naik, ia dapati di atas sini hanya ada dirinya, Sihar, dan Irfan selaku wakil komandan Tim-D.

"Ayo duduk Oka!" ujar Sihar sembari menyodorkan kursi kepada Oka.

"Bagaimana? Ada acara apa ini kita kumpul di sini semua Letnan Sihar?"

"Ini tradisi Tim-A. Kami, para komandan dan wakilnya, berkumpul sambil makan, mengingat kembali teman-teman kami yang sudah pergi. Aku rasa kami juga belum sempat memberi penghormatan yang layak pada Rangga dan kawan-kawan Tim-C. Kami belum sempat. Kita juga belum sempat berduka atas kematian Letnan Ahmad Kirang dari Tim-D. Terlalu banyak yang mati dalam setahun ini."

"Karena sudah terlalu banyak yang berduka, bagaimana kalau kita cerita aneh-aneh saja soal para almarhum dan almarhumah? Toh mereka tidak ingin kita tangisi mereka juga kan?" usul Irfan.

"Siapa yang mulai?" Tanya Oka.

Sihar menunjuk Irfan dan Irfan mengiyakan namun sebelumnya ia menawari Oka makanan dari dalam toples yang ia pegang.

"Durian Oka?" Irfan menyodorkan toples penuh durian beraroma harum menggoda, "Deli tua, dibawa langsung oleh Letnan Sihar khusus untuk acara ini."

"Jadi cerita duluan, Irfan?" ujar Sihar.

"Yah, Ahmad Kirang itu komandan yang baik meski suka usil ngintip cewek-cewek asrama waktu mandi. Kuharap di surga dia sudah tobat!"

Oka dan Sihar tergelak, bahkan Oka hampir tersedak durian yang ia kunyah.

Irfan melanjutkan, "Kadet-kadet yang tewas, Rohani, Yon, Romi, mereka anak-anak yang baik. Hanya saja Romi pernah ngompol di zirah waktu pertama kali ketemu Layon di daerah Banyuwangi. Butuh waktu empat jam dry cleaning buat hilangin bau pesingnya dari zirah sampai tuntas!"

Lagi-lagi Sihar dan Oka tergelak. Bukan murni tergelak karena lucu tapi juga ada campuran kesedihan di dalamnya.

"Dan untuk teman-teman yang tewas minggu ini : Arie, Lutfi, Gagah, dan Sahroni ... semoga di surga nanti mereka bisa makan ayam geprek level 100 tanpa perlu diare! Sumpah! Susah banget dicuci celana mereka, membekas sampai sebulan itu bekas eeknya!"

Irfan mengakhiri sesi curahan hatinya dengan turut tergelak tapi ada sedikit air mata menggenang di pelupuk matanya.

"Letnan Sihar?"

Sihar tersenyum tipis lalu berkata, "Aku barusan dapat surat cinta!"

"Cieee!!!" ledek Oka dan Irfan.

"Cewek yang kasih aku surat katanya ajak aku kencan minggu ini! Kubilang ayolah! Dia girang aku girang, lalu ada telepon dari Unit Lima Tanjung Paser, berangkatlah kami ke sini sama-sama. Kubilang pada dia, Getsmani! Jangan lupa, kita bakal kencan kalau sudah pulang ke Medan, tapi sekarang dia sudah dicabik-cabik duluan oleh Bumburaya. Pasti dia berdoa supaya Tuhan bersamanya, padahal sudah aku larang dia doa begitu!" Sihar mengakhiri sesi itu dengan tertawa getir lalu air matanya menggenang dan akhirnya tumpah.

Giliran Oka yang bercerita, tapi Oka tak tahu harus bicara apa, akhirnya ia hanya berujar singkat, "Semoga semua Tim-C yang sudah berpulang ke hadirat Keberadaan Yang Maha Tinggi takkan pernah terlahir lagi di dunia yang kejam ini. Dan semoga semua Lokapala yang menggantikan Tim-C dapat lulus dari akademi ini kemudian melanjutkan kehidupannya sebagai orang bebas tanpa ancaman dari pihak manapun di luar sana nanti."

"Ha!" Sihar yang telah menyudahi tangisnya tiba-tiba terbahak seperti orang gila.

"Kenapa Letnan? Ada sesuatu yang lucu yang tidak kuketahui?"

"Irfan! Kau satu angkatan dengan aku, masih ingat dulu bagaimana Oka pertama kali di akademi?"

"Culun, introvert, pemalu, bullyable banget deh!" jawab Irfan.

"Kau masih ingat Fajar?" tanya Sihar.

"Wakil Letnan di Tim-A? Ya? Kenapa?"

"Dulu waktu dia tindas kau sampai siram air bekas pel pada kau, Rangga datang kepada Fajar lalu tonjok muka dia, tendang adik kecilnya, lalu ancam Fajar kalau masih ganggu kau Fajar bakal dibawa ke Panti Pijat Ayam Jago!" Sihar dan Irfan terkekeh tak lama kemudian.

"Apa masalahnya dengan Panti Pijat Ayam Jago?" tanya Oka.

"Nah itu masalahnya, itu panti pijat khusus untuk kaum laki yang suka sama laki. Rangga punya saudara kerja di sana dan dia benar-benar serius mau jual pantat Fajar buat ditusuk di sana selama seminggu! Itu Rangga sampai bawa-bawa dokumen kontrak jual-beli segala ditunjukin sama para Sersan pelatih!" Sihar akhirnya terbahak sekali lagi diikuti Irfan.

"Rangga selalu anggap Dwarapala di bawah komandonya sebagai adik. Tapi jujur saja dia paling perhatian sama kamu entah kenapa, mungkinkah kau itu mirip adik dia di panti asuhan dulu?"

"Entahlah!" Oka hanya angkat bahu, tapi diam-diam ia senang juga karena Sihar dan Irfan mau berbagai cerita sisi lain dari Rangga yang selama ini tak ia ketahui.

******

Candi Dadi, Tulungagung, Jawa Timur, 23.00 WIB

Hari sudah menjelang tengah malam ketika Denny menjejakkan kakinya di kompleks sebuah candi tua bernama Candi Dadi. Ia diturunkan dari sebuah helikopter di padang rumput di bawah bukit yang menopang candi kemudian ia minta dibiarkan sendirian menuju puncak bukit. Di sana sebuah candi tua dengan batu-batu penyusun yang berwarna kelabu tampak menyambut Denny dalam kelam malam.

Denny menghaturkan sembah dengan menangkupkan kedua tangannya kemudian menaiki anak-anak tangga candi yang sudah mulai rusak itu cepat-cepat menuju puncak candi yang berupa sumur besar di bagian tengah yang dikelilingi oleh bidang-bidang geometris sehingga puncak candi itu tampak berupa segi delapan sempurna yang simetris.

Denny meletakkan ranselnya, menarik keluar sebungkus dupa dan mengambil 18 pucuk dupa, dibakarnya semua batang dupa itu dengan korek gas yang ia bawa kemudian ia tancapkan dupa itu dua-dua di masing-masing bidang geometris dan dua dupa ia lemparkan ke dalam sumur di atas candi.

"Kubera di Utara, Isana di Timur Laut, Indra di Timur, Agni di Tenggara, Yama di Selatan, Niruti di Barat Daya, Baruna di Barat, Bayu di Barat Laut! Asta Dikpalaka, penjaga delapan mata angin! Tunjukkan padaku mengenai langkah berikutnya yang harus aku tempuh!" ujar Denny sembari berjalan searah jarum jam menggunakan arah utara sebagai patokannya.

Hening sejenak sebelum sesuatu menguar dari sumur itu, sebentuk asap putih yang menempati posisi barat laut, barat, barat daya, timur, dan timur laut. Dari asap yang menyelimuti sektor barat daya, Denny melihat citra menyerupai Usana Warak, di barat menyerupai Datu Merah, di barat laut menyerupai Sarita, di timur laut menyerupai Ina Saar dan di timur menyerupai Komot. Kemudian semua asap itu berkumpul di satu titik : di tengah-tengah sumur. Di sana ada sebentuk citra menyerupai kura-kura raksasa yang berenang-renang di lautan disertai suara yang tak jelas asal-usulnya menggaung di sekitar Denny, "Tora ri Langi!"

Kemudian kepulan asap-asap itupun lenyap. Candi kembali gulita dan hening sementara Denny berusaha menangkap apa maksud dari perkataan 'Tora ri Langi' barusan.

Lokapala Season 1 : Usana | #Wattys2018Where stories live. Discover now