BAB 6.4 : SUNDANG MAJAPAHIT

979 87 5
                                    



Akademi Kumala Santika, 06.00 WITA

Pagi ini Sitanggang ditinggal sendirian dalam kamar. Oka dibawa ke rumah Kapten Pusaka untuk istirahat memulihkan diri sementara Panji sejak pukul empat tadi tidak jelas rimbanya. Hidung Sitanggang masih merah karena berkali-kali bersin. Flunya makin parah saja. Maunya sih dia tidur saja seharian, toh ini hari Sabtu. Paling ada esktra klub game tapi dia bisa izin.

Hanya saja ketenangannya tiba-tiba diganggu oleh panggilan arloji dari basement lantai bawah.

"Hei Sitanggang, bawa turun diri ose (kamu) ke bawah sini! Segera!" itu suara Regina.

"Aih, aku masih sakit Gina!" protes Sitanggang tapi jawaban yang ia terima kemudian sungguh menggetarkan hati.

"Turun sukarela sekarang atau beta masuk kamar ose (kamu) dan seret dirimu dari kamar!"

"O ... oke ... aku turun, aku turun, hatsyi!" mau tidak mau Sitanggang gentar juga dengan ancaman Regina.

Dengan mata berkunang-kunang dan kepala pusing serta hidung masih berair, Sitanggang keluar kamar dan berjalan terhuyung menuju lift. Di dalam lift, Sitanggang sampai harus menyandarkan badan di dalam lift supaya dia tidak ambruk. Sampai di bawah, dia lihat semua anggota Lokapala sudah berkumpul di sana. Minus Panji.

"Yo, akhirnya ose datang juga yah?" ujar Regina yang tengah duduk di hadapan panel kontrol dan sejumlah monitor yang memantau keadaan kota serta wilayah sekitar kota.

"Mana Panji dan juga .... Warak?" tanya Sitanggang ketika menyadari bahwa tabung tempat Warak biasa berada kini kosong melompong.

"Entah mereka ke mana. Merenung mungkin?" ujar Regina.

"Terus kalau Panji nggak ada kenapa aku harus kemari?" tanya Sitanggang sambil membuang ingus.

"Karena Oka tidak di tempat, Kapten Pusaka minta kitorang ini semua jaga sini. Bergantian!" jawab Ignas yang kelihatan sekali tengah mengantuk.

"Tahan mata semalaman Nas?" komentar Sitanggang.

"Sa jaga dari pukul 23 sampai tiga pagi. Lalu Regina datang gantikan sa jaga. Tapi Fisika ini ... aduh," Ignas mengetuk-ngetuk sabak elektronik di hadapannya, "belum paham sa."

"Gantian ose yang jaga, Sitanggang," Regina beranjak dari kursi yang ia duduki dan Sitanggang pun mengambil alih kursi itu.

"Aku belum makan pagi nih. Ada yang mau belikan roti kah?" ujar Sitanggang sembari membuang ingus lagi.

"Mau makan?" tiba-tiba saja Nara sudah menghidangkan semangkuk nasi dan semangkuk sop panas di hadapan Sitanggang.

"Wow! Siapa yang masak?" tanya Sitanggang.

"Nara!" jawab Ignas dan Regina bersamaan.

******

Hari masih pagi benar ketika Panji pergi dari area akademi dengan 'ditunggangi' Warak. Sosok dunia lain itu sebenarnya bisa jalan-jalan semau dirinya ke mana saja tapi demi menjaga aturan yang dia sepakati dengan Usana lainnya, Warak hanya mau keluar dari area markas kalau ada Panji dan 'menumpang' ke dalam tubuh Panji.

Panji menaiki monorail yang menurut petunjuk dari Oka serta ponsel pintarnya akan membawanya ke area Universitas Tanjung Paser, ia lalu turun di stasiun yang dituju dan buru-buru menuju area apartemen yang letaknya sekitar 300 meter dari stasiun. Apartemen itu sendiri tampak lebih sederhana dan biasa saja dibandingkan gedung apartemen yang baru dibangun akhir-akhir ini. Catnya dominan putih dengan garis coklat kelabu menghiasi batas-batas dinding antar kamar atau antar lantai. Panji memasuki gedung itu dan menaiki liftnya menuju lantai lima. Ia ada janji dengan seorang penghuni lantai lima.

Lokapala Season 1 : Usana | #Wattys2018Where stories live. Discover now