"Adi..... mami mohon nak. Maafin mami...." wanita itu berjalan menghampiri Adipati. Tubuhnya gemetar. Ia coba untuk memegang tangan anak sulungnya itu tapi Adipati menepisnya dan melangkahkan kakinya cepat untuk keluar dari rumahnya. Semenit kemudian, terdengar suara motor Adipati dengan kencang dan semakin lama semakin menghilang dari pendengaran mereka tanda bahwa Adipati telah meninggalkan rumah tersebut.

**

Pagi itu Ali mendengar suara Jefri yang sedang menelepon dengan seseorang. Semakin ia mendengarkan pembicaraan mereka, semakin ia mengetahui siapa orang yang sedang bertelepon dengan adiknya ini.

"Iyaa... ini gue mau mandi. Lo siap-siap ya, Syif."

"........."

"Bye sayang. Assalamu'alaikum."

Jefri menutup teleponnya ketika ia sudah mendengar suara gadisnya itu membalas salamnya.

"Lo telponan sama Syifa?" ucap Ali seketika yang berhasil membuat Jefri terlonjak kaget.

Jefri hanya berdehem dan mengangguk menjawab pertanyaan Ali.

"Sorry bang, kali ini gue menang!" ucap Jefri meledek abangnya.

Ali memajukan langkahnya untuk mendekati Jefri.

"Lo jadian sama Syifa? Lo maksa dia?"

"Wey wey wey.... santai. Nggaklah. Gue emang cinta sama Syifa, tapi gue ngga saiko."

"Terus... Kok bisa?"

"Itulah kekuatan do'a bang, hingga Syifa terluluh sama gue hahaha." Jefri tertawa lalu ia berlalu meninggalkan Ali yang masih terdiam di tempatnya.

Ali masih belum beranjak dari tempatnya. Ada perasaan yang mengganjal saat ia mengetahui adiknya itu kini tengah berpacaran dengan Syifa. Ia hanya merelakan Syifa untuk Rizky; untuk seseorang yang Syifa cintai. Bukan untuk orang lain termasuk adiknya. Ia ingin membuat Syifa bahagia dengan orang yang dicintai dan mencintai dirinya. Ia sangat kenal dengan Rizky, sahabatnya, maka dari itu ia tidak segan-segan untuk melepaskan seorang Syifa hanya untuk Rizky. Apakah Syifa benar-benar menyukai Jefri? Apakah Syifa bahagia berpacaran dengan Jefri? Bukankah selama ini Syifa selalu menolak Jefri? Ali terus bergulat dengan pikirannya sendiri lalu sedetik kemudian ia beranjak untuk bergegas menuju kampusnya.

**

Adipati yang mendengar suara orang sedang mengaduk teh itu perlahan membuka matanya. Dilihatnya sinar matahari yang menembus gordyn di seberangnya dan juga ada seseorang yang menghampirinya sambil membawa teh hangat yang tadi ia aduk.

"Udah bangun?" ucap seseorang itu sambil mengelus dahi dan rambut Adipati.

Adipati mencoba untuk menegaskan pandangannya dan sedetik kemudian ia duduk di sofa yang sedari tadi malam ia tiduri.

"Maaf aku tadi malam mendadak kesini..." ucap Adipati sambil melingkarkan tangannya di pinggang seseorang yang kini tengah duduk di sebelahnya.

"Ini... minum dulu tehnya mumpung masih anget." ucap seseorang itu sambil menyuguhkan teh yang tadi ia buat untuk Adipati.

Adipati meminum tehnya sedikit lalu ia taruh tehnya di atas meja.

"Untung tadi malem si mbak bangun bukain kamu pintu."

Adipati tersenyum dan masih memeluk seseorang itu dari samping.

"Kamu kenapa mendadak malam-malam kesini? Nginep lagi...."

"Ada perempuan itu di rumah."

"Perempuan? Perempuan siapa? Oh, mami kamu maksudnya?"

"Dia bukan mami aku." ucap Adipati lirih.

Another Side - CompletedDonde viven las historias. Descúbrelo ahora