Bab 27 part II

7.1K 435 17
                                    

Dalam kesunyian Call dan Arka duduk dikursi taman yang diduduki Call tadi sambil memandangi sungai. Ada berbagai banyak hal yang ingin disampaikan, tetapi mulut mereka seakan terkunci. Tak ada satupun kata yang keluar.

Arka sesekali melirik Call yang duduk disebelahnya. Call terlihat kurus dari biasanya. Rasa bersalah menghantuinya kembali karena membuat Call seperti itu.

“ Dingin?” tanya Arka pelan yang terdengar seperti sebuah bisikan memulai pembicaraan.

“Tidak terlalu”.

“ Sekarang memasuki musim gugur. Udara akan semakin dingin dimalam hari”.

“ Aku tahu”.

“ Angin malam lebih membuatnya terasa dingin”.

“ Aku tahu”.

Arka menghela nafasnya “ Aku kedinginan. Bisakah kita pergi dari sini?” tanyanya.

“ Baiklah” Call tanpa berpikir panjang langsung melangkah pergi dan meninggalkan Arka di belakang.

“ Heii Callista” panggil Arka yang kaget Call mendahuluinya “ Maksudku bukan kita pergi berpisah-pisah. Kita masih perlu bicara”.

Call tetap berjalan.

“ Apa maumu?” pada akhirnya memutar tubuhnya ke arah Arka.

“ Kita harus menyelesaikan masalah antara kita berdua”.

Call menatap Arka sinis “ Maaf bukan masalah kita berdua tapi berempat” Call menekan kata berempat dalam ucapannya.

Arka menengadahkan kepalanya ke langit. Mengucapkan syukur bahwa ia semakin yakin bahwa Call marah padanya karena masalah wanita-wanita itu.

“ Dengarkan aku” Arka berdeham karena tengorokannya tiba-tiba terasa sakit.  “ Sepertinya aku membutuhkan minuman hangat” tanpa menunggu lama ia lalu meraih tangan Call dan membimbingnya pergi dari sana.

Call yang kaget hanya bisa mengikuti Arka.

⃝⃝⃝

Arka membawa Call ke sebuah Caffe yang tak jauh dari tempat mereka berada tadi. Caffe ini mungkin sudah lama berdiri dilihat dari bangunannya bergaya tahun 40an yang biasanya Call lihat di film hitam putih.

Arka memilih meja yang berada disudut ruangan karena hanya disanalah yang tersedia. Caffe ini penuh dengan orang.

‘Biasanya kalau di Indonesia tempat yang ramai pasti makanannya enak’ pikir Call.
Arka menatap Call “ Apa yang ada dalam pikiranmu saat ini?”.

“ Tidak ada” jawab Call gagap.

Seorang wanita tua berusia sekitar 50an datang menghampiri meja mereka berdua. Wanita itu berjalan sambil membawa dua kertas coklat yang digulung diatas nampan kecil.

“ Oh Tuhan, bernahkah ini kau Ray?” tanya wanita tua itu kaget saat sudah sampai dimeja Arka dan Call.
Arka tersenyum ramah serta beranjak dari kursinya dan memeluk wanita tua itu “ Aku merindukanmu, Mrs. Wood”.

“ Apa yang membuatmu tidak pernah mengunjungiku lagi? Kupikir kau sudah melupakan tempat ini” tanya Mrs. Wood kesal sambil melepaskan pelukan Arka tetapi masih mengenggam tangan Arka.

“ Maafkan aku. Seharusnya aku lebih sering mengunjungimu. Kau pasti akan marah jika aku beralasan karena pekerjaan” jelas Arka.

“ Tentu. Itu adalah alasan yang tidak masuk akal. Dalam satu tahun ada berbagai tanggal merah, kau bisa mengunjungiku saat itu” ujar Mrs.Wood.

“ Baiklah. Aku memiliki alasan lain” ungkap Arka serius.

“ Apa itu?” tanya Mrs. Wood penasaran.

Marriage With Mr. Actor (The End)Where stories live. Discover now