BAB 28

9.2K 432 15
                                    


Arka memijat pelan kakinya yang mulai terasa lelah. Udara yang semakin dingin membuatnya selalu merapatkan jaket kulit cokelatnya. Ia sudah berdiri di jembatan yang menghadap Big Ben selama 1 jam lebih menunggu kedatangan Call.

Hari ini Westminser seperti biasanya ramai dikunjungi berbagai wisatawan asing atau penduduk lokal untuk melihat salah satu icon terkenal London yaitu Big Ben. Arka hanya bisa berdiri menyaksikan beberapa turis yang sibuk mengabadikan foto mereka di depan Big Ben dari arah jembatan. Hingga saat ini Arka masih belum mendapatkan sesosok Call yang datang menghampirinya.

Sebelum berangkat menuju Westminser Arka sempat memberitahu Call dimana ia harus menemui Arka dan disinilah ia berdiri di salah satu jembatan menanti kedatangan Call.
Setiap waktu yang berlalu ia selalu berharap Call datang dan menerimanya kembali.

Memikirkan Call tidak datang menemuinya saja membuat hatinya merasa sakit. Dulu mungkin ia hanya bermain dengan pernikahannya tapi tidak sekarang. Arka ingin membuat keluarga yang bahagia bersama Call. Membangun keluarga layaknya impiannya dulu tidak seperti dengan kehidupan keluarganya yang menyakitkan.

Arka kembali melihat jam tangannya waktu sudah melewati 2 jam lebih. Arka mencoba menghubungi nomor Call hanya suara operatorlah yang menjawabnya.  Keputusasaan melandanya. Tubuhnya sudah tidak sanggup lagi untuk menunggu jika ia berdiri lebih lama lagi, mungkin ia akan berada di rumah sakit. Sepulang dari mengantar Call tadi malam, Arka tidak mengikuti anjuran Call untuk ke dokter. Sekarang tubuhnya semakin melemah.

Sebelum beranjak meninggalkan Westminser, Arka mencari sesosok Call. Memastikan wanitanya datang. Kembali ia merasakan kekecewaan tidak dapat menemukan Call diantara orang-orang yang melintas di seputaran jembatan.

Arka lantas melangkahkan kakinya dengan kekosongan yang didapatinya. Ia telah merencanakan jika Call tidak datang ia akan pergi meninggalkan London dan menenangkan dirinya di kampung halaman ibunya. Sepertinya ia harus melakukan rencananya itu.

“ Mr. Arka Raynand, kau sudah ingin pergi?”  seru seorang wanita yang berada dibelakangnya. Arka mengenali suara itu.

“ Kau tidak ingin menungguku lagi? Apa aku harus pergi  kembali bersama teman-temanku?” kata wanita itu lagi.

‘Tentu saja tidak. Aku ingin kamu selalu bersamaku’ bathin Arka memprotesnya
Arka membalikkan badannya dan tidak perlu menunggu lama ia memeluk Call dengan kuat seakan kapan saja Call bisa pergi darinya.

“ Aku tidak ingin kamu pergi kemana-mana. Tetaplah bersamaku Call” lirih Arka.
Call membalas pelukan Arka “ Asalkan kau berjanji untuk selalu jujur padaku”.

“ Akan aku lakukan” janji Arka tanpa melepaskan pelukannya. Sekarang hatinya sudah tidak lagi merasakan ketakutan jika wanita yang ia peluk saat ini meninggalkannya.

“ Arka, apa kau baik-baik saja?” tanya Call khawatir, karena ia merasakan tubuh Arka terasa lebih hangat dari biasanya.

“ Aku lebih dari baik-baik saja” katanya bahagia.

Call mencoba melepaskan pelukan dari Arka dan mengecek sesuatu. Ia lantas meletakkkan telapak tangannya di kening Arka “ Kau demam” ujarnya khawatir.

“ Tidak masalah ini hanya flu ringan dan akan sembuh sebentar lagi. Karena kau disini sudah bersamaku” kata Arka kembali memeluk Call.

“ Ini tidak bisa dibiarkan. Kau harus ke Dokter” perintah Call “ Kau harus mendengarkanku kali ini”.

“ Baiklah Mam. Kita  pergi ke klinik pamanku saja tidak jauh dari sini”.

“ Diam disni, aku akan mencari taksi”  kata Call segera.

Marriage With Mr. Actor (The End)Where stories live. Discover now