"Lo jangan terlalu cape Len, kemarin kan baru sembuh," Eric mengusap pipi Lena, membuat para kaum hawa memekik tertahan.

"Mendingan ke Uks," Eric menarik tangan Lena.

"Tapi Lena gak apa-apa kok," ucap Lena.

"Lo kan baru sembuh," keukeuh Eric. "Gue temenin kok," Eric mengulurkan tangannya untuk mengusap puncak kepala Lena.

"Say say sayangnya Eric," Lena menoleh, ia kira Eric memanggilnya namanya kan Saylena.

Mereka pun sampai di Uks. Lena masuk bersama Eric, Lena mengambil tempat di tengah. Ia menidurkan kepalanya di ranjang Uks, padahal ia tidak sakit atau apapun. Tetapi Eric yang memaksanya.

"Lena gue ke kelas ya? Hati-hati jangan berinteraksi sama cowok lain atau cowok itu habis sama gue," pesannya. Lena mengangguk dengan menelan saliva nya kasar.

"Ok_oke,"

Eric mengusap kepala Lena dan pergi ke kelasnya. Diliat Uks ada seorang petugas Uks yang juga anggota Ragonda. Eric menghadap kepadanya. "Roy lo jagain Lena tapi jangan sentuh dia," ucapnya tajam membuat Roy mau tak mau mengangguk.

Eric melanjutkan kembali langkahnya menuju kelasnya. Kelasnya begitu sepi dikarenakan semua murid tengah ber-upacara. Ia duduk disana, menatap langit-langit kelas. Ia berpikir bagaimana keadaan keluarganya jika kakaknya kembali, ia itu adalah harapan terbesarnya. Setidaknya ia ingin kedua orang tuanya menyapanya setiap pagi, ingin sekali dan itu hanyalah impian belaka.

Lena bangun dari tidurnya untuk mengambil minyak angin, tiba-tiba Lena sakit perut seperti ja sedang pms. Jika memang iya Lena pms bisa gawat di karenakan Lena tidak membawa pembalut.

"Kak minta minyak angin," pinta Lena ke salah satu petugas Uks.

"Eh Lena ya? Pacarnya Eric," Lean mengangguk. "Yasudah nih minyak anginnya," siswi itu memberikan minyak angin.

"Makasih kak_" Lena melirik papan nama. "Jihan,"

"Sama-sama,"

"Len gue mau tanya boleh?" tanya Jihan saat ia menghampiri Lena yang tengah mengolesi minyak angin di pelipisnya. Lena mengangguk. "Apa?"

"Lo tahu mantannya Eric?" tanya Jihan.

Lena menggelengkan kepalanya. "Siapa?"

"Lo serius gak tahu?" kaget Jihan.

"Mantan Eric itu_"

"Lo jangan ngomong yang enggak-enggak sama Lena atau lo gue hajar," seseorang memotong ucapan Jihan, membuat Jihan membeku.

Ia menolehkan kepalanya. "Eh Er_Eric, ada pasien datang," Jihan berlalu dari hadapan Lena dan Eric.

"Tadi dia ngomong apa aja?" tanya Eric tajam.

"Enggak kok, belum ngomong apa-apa soalnya Eric keburu datang," Lena menggelengkan kepalanya.

"Oh baguslah," ucap Eric.

"Kenapa?" tanya Lena penasaran.

Eric tersenyum. "Gak apa-apa,"

'Kok Eric aneh ya?' batin Lena.

×××××

"Akhirnya tuh Pak Herman selesai ceramahnya," syukur Arie.

"Si bege, itu pamannya si Eric," Deval memukul kepala Arie.

Kini mereka berada dikantin, dengan rokok masing-masing ditangannya kecuali Farel dan Frans.

"Eric aja gak peduli, malah dia lebih peduli sama si Lena," santai Mike.

"Berarti Eric udah move on dong? Baguslah kalau begitu," ucap Farel.

Frans menyetujui. "Iya bener kata lo Rel, tapi bagaimana kalau si Biy kembali lagi disaat Lena dan Eric udah bahagia?" ucapnya lesu. Membayangkannya juga ia tidak mau.

"Tapi kalau si Eric udaj bisa jaga hati buat Lena mah gak mempan walaupun mantannya si Eric dateng. Intinya sebuah hubungan itu harus dilandari kepercayaan," seru Arie.

"Tumben lo pinter," ledek Jo.

"Baru tahu?"

"Btw Eric jadi tambah possessive semenjak kejadian pembullyan Lena," Jo menatap sahabatnya serius.

"Iya, gue juga merasa gitu. Semoga aja Lena betah ya?" tambah Deval.

"Iya semoga aja,"

"Rel hubungan lo sama Manda gimana? Setiap hari mainnya kode-kode'an mulu," tanya Mike.

"Tunggu aja," santai Farel.

"Alah tapi lo jangan lupa sama Pj," ingat Arie.

"Selow aja udah gue siapin," Farel bangkit dari duduknya. "Bolos yuk!"

"Ayo!!" setujunya dengan serempak.

"Lo hubungin si Eric. Suruh dia ke Warbel," titah Farel kepada Mike.

Mike mengangkat kedua jempolnya.

ALBERICWhere stories live. Discover now