8 | ALBERIC

Mulai dari awal
                                    

'Lebih baik gue yang tersiksa daripada lo, cewek yang gue sayang. Rasanya lebih sakit daripada gue terluka sekalipun' batin Eric.

"APA YANG KALIAN LAKUIN SAMA LENA GUE!! BANGSAT LO SEMUA!!" teriaknya saat melihat keadaan Lena.

"Arie cari taxi!" Titahnya yang langsung diangguki Arie.

Tak lama semua guru yang telah habis rapat pun menghampiri toilet perempuan karena disana bayang murid yang berkumpul. "Ini ada apa?" Tanya salah satu guru. Semua murid tidak ada yang berani menjawa saat Pak Yanto guru Bk menanyainya.

Eric mengangkat tubuh Lena. Ia akan membawa Lena kerumah sakit. Saat sampai diluar sudah banyak guru yang menatap kaget keadaan Lena.

"Ini ada apa Eric?" Tanya Bu Tiwi.

"INI SEMUA SALAH KALIAN!! KALIAN GAK BECUS JAGA SISWA SENDIRI!! BUAT APA BOKAP GUE BAYAR KALIAN!! KALAU KALIAN SEMUA KERJANYA GAK BENER SEMUA!!" teriakan Eric membuat semua guru mematung. "GUE BISA PECAT KALIAN SEMUA!!" lanjutnya.

Setelah itu Eric membawa Lena kerumah sakit dengan menggunakan taxi yang di cari Arie.

Sedangkan semua guru menatap satu muridnya itu geleng-geleng kepala. "Sebenarnya ini ada apa? Kenapa Lena sampai begitu?" tanya Pak Yanto.

"Lena dibully pak," jawab Farel takut-takut setelah bangun karena tadi ia tersungkur.

"Dibully siapa?" tanya Bu Tiwi.

Semua yang ada disana melirik Lexa yang masih terduduk atas dorongan tadi.

"Alexa Siregar, apa yang kamu lakukan?" tanya Bu Darwi murka.

Lexa bangun dari duduknya, "Lexa gak ngapa-ngapain kok bu. Cuma bully bentaran doang," ucap Lexa beralasan.

"Bentara tadi sadis banget," tambah Frans.

Semua menatap Frans. "Apa?" Sinis Frans.

"Alexa Siregar, Anabelle Bellasara, Chintya Yojuna, ikut Bapak ke Ruang Bk sekarang!" Final Pak Yanto.

Disisi lain Eric tengah membopong tubuh Lena, disana ada seorang suster membawa ranjang portable rumah sakit. Eric mengikuti suster yang membawa Lena. Ia khawatir? Pasti.

Lena pun mesuk ke ruang rawat VIP, Eric memutuskan untuk menghubungi Barca dan memberi tahu keadaannya. Darimana ia mempunyai nomornya? Selama pacaran Eric selalu meminta izin kepada Barca untuk mengajak Lena jalan.

'Hallo Ric ada apa?'

"Lena bang,"

'Lena kenapa?'

"Lena dirumah sakit, dia dibully."

'Sekarang lo dimana?'

"Rumah sakit Darmantara, bang cep_"

Tut tut

Eric membuang nafasnya kasar. Ia mengacak rambutnya frustasi, ia sangat khawatir dengan keadaan Lena. Andai ia tidak bolos tadi pagi, mungkin kejadian ini tidak akan pernah terjadi.

Tak lama Barca pun datang dengan tergesa-gesa. Keringat mengucur dimana-mana, terlihat khawatir dan lelah yang tersirat dimata Barca.

"Gimana Ric keadaan adik gue?" tanyanya diselingi dengan nafas yang memburu.

"Gak tahu dokter lagi periksa dia, terus suster lagi bersihin badannya," lesunya. Ia terduduk di kursi yang memang sudah disediakan.

"Badannya kotor?" heran Barca.

"Iya bang penuh cat," ucapnya.

"Terus Lena gak apa-apa kan?"

"Mungkin."

Eric sangan khawatir sungguh! Bahkan baru pertama kalinya Eric sekhawatir ini dengan seseorang. Ia selalu teringat senyuman Lena yang mampu membuat hari-harinya berwarna. Ia juga bisa mendapatkan perhatian dan kasih sayang lebih dari Saylena. Perempuan yang menyandang status sebagai pacar Eric

×××××

Di sekolah Yuka, Aice dan Manda kekantin tanpa Lena. Inginnya mereka pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Lena, tapi apa boleh buat, hari ini yang menjadiguru piket guru terkiller. Ia mencari meja yang kosong, tetapi sudah berapa kali matanya mencari tetap saja kantin terasa penuh.

"Hei es krim, sipit sama si kuntilanak," suara itu membuat seluruh kantin menengok ke arah si peneriak lebih tepatnya anak Ragonda. Begitupun dengan Yuka, Aice dan Manda.

"Elu sini! Omegat, maksud gue Aice, Yuka sama Manda sini lo semua," teriak Mike.

'Omaygat kenapa tuh anak kelas sebelas diajak gabung sama cogan?'

'Envy gue anjirr'

'Wah kemarin si Lena yang deket sama Eric bahkan sekarang jadian sekarang mereka, pake pelet apa tuh anak?'

'Pengen kayak mereka'

'Kalau mereka pake pelet, pengen dong gue juga melet Eric biar bisa pacaran sama gue'

"Elah mik pengajian lo manggil kita-kita? Situ mulai ngefans? Jujur aja sih," ledek balik Aice.

"Sini lo ih lama amat," kesal Mike.

"Yaudah sih sewot lo kayak cewek pms," Aice dan kedua temannya berjalan menghampiti meja anak Ragonda.

"Ape?" tanyanya sengit.

"Jenguk Lena yuk, beli apa kek gitu," kini Farel yang berbicara.

"Gue sih setuju, kita bawa buah-buahan atau cokelat," ujar Manda.

"Elah mana ada orang sakit makan cokelat," ucap Frans.

"Hei anak kambing dengerin gue ya, si Lena itu sukanya es krim atau cokelat. Kalau es krim kan gak mungkin dia lagi sakit, berarti kita bawain cokelat aja," terang Yuka.

"Oh jadi kita bawa cokelat?" tanya Deval.

"He'eh budak!" kesal Jo.

"Biasa aja atuh, btw patungan berapa kita patungan?" Deval bertanya dengan menyuapkan bakso kemulutnya.

"Dua puluh ribu, kan ongkirnya," santai Aice.

"Buju buneng kenapa gak goceng aja? Gue lagi hemat nih," kesal Frans. "Bentar lagi kan gue mau nembak si Deta. Elah,"

"Lo mau nembak si Deta, dia saudara gue bege," Manda menyentil kepala Frans dengan Keras.

"Sakit!! Lo serius saudaraan sama Deta, tolongin gue dong Nda," mohon Frans.

"Ada saratnya," jawabnya santai.

"Apa?"

"Sekali lo nyuruh gue lima puluh rebu," tawar Manda.

"Ternyata lo baik tapi kejam," ucap Fran dramatis.

"Elah nanti dong nge dramanya gue laper, beliin dong yang baek," Aice duduk di samping Mike.

"Yaudah kalia mau apa?" Farel berdiri dari duduknya.

"Bakso sama es jeruk," ucap Yuka dan Alice serempak.

"Gue_"

"Lo pasti nasi goreng sama es cokelat," potong Farel.

"Kok lo tahu?" heran Manda.

"Apa sih yang gak gue tahu tentang lo," setelah itu Farel pergi untuk membeli pesanan mereka.

"Ekhemm"

"Hemmm gue kayak nelen ujung monas," dramatis Arie.

"Mati dong?" Mike memukul punggung Arie dengan keras.

"WUANJIRR jangan pukul gue bege!" amuknya.

"Gue kayak nelen anak ayam." tambah Deval.

"Awas nanti lo bertelur." Asal Jo.

"Gak ape daripada gue lahiran," dukungnya apad diri sendiri.

"Amin," ucap semuanya serempak membuat Deval menganga menatapnya.

ALBERICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang