7 | ALBERIC

Mulai dari awal
                                    

Hari ini dikelas Lena ada pelajaran olahraga, dimana ia harus mengganti pakaiannya dengan pakaian olahraga. Semua murid telah mengganti pakaiannya sedang Lena, ia masih memakai seragam sekolahnya.

"Lene cepat ganti baju, lima menit lagi dimulai lho," cerocos Aice.

"Baju Lena gak ada, kayaknya Lena lupa," ucap Lena, ia kini tengah panik.

"Yah izin aja ke Pak Rojak, kalau lo lupa bawa bajunya," saran Manda.

"WOI PAK ROJAK GAK NGAJAR, TAPI KITA SURUH KELAPANGAN BUAT BELAJAR MATERI KEMARIN!!" Teriak Leo sang ketua kelas.

"Yeay gak olahraga. Len gak olahraga tuh, ke lapangan yuk kita gosip-gosip cantik," ajak Yuka.

"Yuk!" Setujunya dengan serempak.

Mereka berempat pergi kelapangan dan duduk di pinggir lapangan, mereka pun memulai percakapan dengan membahas geng di sekolahnya yang kemarin memulai tawuran kembali.

"Gimana Eric pas tawuran kemarin?" tanya Yuka.

"Ya gitu, pulangnya wajah Eric babak belur, terus dia kerumah Lena minta diobatin." Sekarang Lena memanggil Eric tanpa embel-embel 'Kak' dikarenakan Eric yang menyuruhnya.

"Ouhh btw semoga kalian makin langgeng ye," ucap Aice.

"Amiin," ucapnya serempak.

"HEH LO!!" Teriak seseorang yang kini ada dihadapan Lena. Ia mendongkak.

"Apa?" tanyanya.

"Jangan pura-pura gak tau deh lo. Mumpung Eric gak ada disamping lo gue bisa kasih pelajaran ke lo sepuasnya. Guru juga ada rapat, berarti ini memang keberuntungan gue buat siksa lo!"

"Heh siapa lo? Kenapa lo jadi ngurusin hidup orang." Kesal Aice.

"Lo bilang gue siapa? Gue ini pacarnya Eric. Andai cewek kumel kayak dia gak sekolah disini," sinisnya.

"Ck bilang aja lo kalah saing sama Lena, karena Eric lebih pilih Lena," decak Yuka.

"Udah-udah ini kenapa lagi Lena gak ngerti," ucapan Lena membuat banyak tatapan mengarah padanya.

"Lo! gue bisa siksa lo sepuasnya." Ia mendorong bahu Lena, membuatnya tersungkur ke tanah. "Dan anak Ragonda yang ada disini, jangan ada yang berani lapor kejadian ini ke Eric. Karena gue bisa keluarin kalian. Keluarga gue donatur terbesar disini." teriaknya.

"Lexa bukannya donatur terbesar itu keluarga Pak Adam?" Lena berusaha bangun walau badannya terasa sakit.

"Diam lo!" Lexa mendekati Lena. "Ikut gue!" Lexa menarik paksa Lena dibantu dengan kedua dayang-dayangnya, Anabelle dan Chintya.

"Lexa jangan lo apa-apain sahabat gue!!" Mereka bertiga hendak mengejar Lexa dan Lena namun teman Lexa yang lainnya menahan mereka.

Setelah sampai di toilet, dayang-dayang Lexa melempar Lena ke tembok dengan keras membuat Lena meringis. Lexa menghampiri Lena, ia jongkok dihadapannya.

"Lo udah ambil Eric dari gue. Karena lo, Eric jadi gak peduli sama gue." Desisnya di hadapan wajah Lena.

Plakk

"INI KARENA LO UDAH AMBIL POSISI GUE LENA!!" teriaknya setelah mendaratkan tamparan dipipi mulus Lena.

"Lena gak salah apa-apa kok," parau Lena.

"Oh lo berani jawab? YA? Lo brengsek jadi cewek," Lexa menarik rambut Lena dengan sekali terikan membuat Lena meringis.

Lexa terus menarik rambut Lena dengan sekuat tenaga. "Awhh sakit Lexa, kepala Lena sakit," tangisnya.

"Ini baru permulaan Lena," ucapnya dengan tatapan tajam. "Ini hukuman lo karena lo udah ambil Eric dari gue."

"Siapin semua barang!" titahnya kepada kedua dayang-dayangnya. "Lo udah kunci pintunya?" tanyanya.

"Udah," jawab Anabelle dengan memberikan sebuah tas.

Lexa mengambil sebuah cat bewarna hitam dengan dibungkus plastik dari dalam tasnya. Ia mengambil gunting.

Lexa dengan keras menendang kaki Lena dan menginjaknya membuat Lena menangis. Ia sungguh sadis. Setelah itu Lexa mengambil kuas, ia mengukir namanya di wajah Lena dengan kuas itu.

"Gue lukis lo biar wajah lo jadi jelek, terus Eric ninggalin lo," ucapnya masih dengan olesan cat.

"Chintya ambil bahan selanjutnya!!" titahnya. Lexa pun mengguyurkan cat ke atas kepala Lena, membuat wajahnya bewarna hitam karena guyuran cat, masih untung Lena tadi menutupi matanya dengan kedua tangannya.

"Lexa maafin Lena," lirihnya.

Plakk

Chintya menampar pipi kanan Lena. "Gak usah bacot!! Lo ikutin aja permainan kita,"

Wajah Lena kini penuh cat dan luka lebam. Lexa tidak peduli dengan reaksi Eric nanti, karena ia sungguh kesetanan dengan membully Lena.

Anabelle menyodorkan bahan selanjutnya yaitu lipstick. Dengan cepat Lexa mengambilnya, ia mengoleskannya di seluruh wajah Lena. Hingga wajah Lena berubah menjadi tak karuan.

"Mana telur busuknya!!" Lexa menatap kedua dayang-dayangnya.

"Nih enam buah telur busuk, gue mau ngelempar juga. Tapi kita siksa dulu lah biar puas!!" Anabelle menatap Lena dengan senyum miringnya.

Ana jongkok di depan Lena.

Plakk

Sekali lagi tamparan dilayangkan kepada Lena. Ia pun menarik rambut Lena dengan sekuat tenaga. Mungkin rambutnya akan rontok. Setelah itu Ana melemparkan kepala Lena ketembok toilet dengan keras membuat ketiganya tertawa.

'Abang Lena sakit' batin Lena. Ia sangat kesakitan sungguh.

"Lempar telurnya girls!" Komando Lexa.

Keenam telur busuk pun mendarat diatas kepala Lena, ia tersenyum puas saat Lena terlihat tidak berdaya.

"Kita selesaikan ini sekali lagi," titah Lexa.

Mereka pun menyemprotkan cat kaleng bewarna merah dan biru ke badan Lena yang memakai seragam. Mereka tersenyum puas. Setelah itu mereka bertiga menginjak tangan Lena, membuat Lena meringis. Air matanya telah habis.

Sebelum Lexa benar-benar keluar ia mengucapkan satu kalimat yang membuat Lena terdiam.

"Lo jauhin Eric sebelum gue bertindak jauh!"

Setelah itu Lexa pun keluar dari toilet perempuan.

ALBERICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang