"Rai, boleh sekelompok denganmu?" daaann.. anak-anak cewek mulai berulah lagi. Aku melihat kearah Nadya dan Lussi. Mereka sudah membentuk kelompok sendiri, dan anak cowok lain juga sepertinya telah memiliki kelompok. Beberapa menatapku dan memberikan isyarat 'maaf' dan 'sabar ya Rai'

Aku menghela nafas, entah untuk berapa kalinya hari ini, "Maaf ya, aku sekelompok sama Saka aja."

"Ehhh? Tapi dia, kan, masih di Jepang sampai minggu depan?"

"Nggak papa, kok. Udah ya, aku mau ngerjain dulu." tanpa menghiraukan tatapan sedih dan kesal mereka, aku melangkah kearah rak buku sejarah, mungkin kalau tentang tempat, di rak ini pasti ada.

Tengah-bawah-atas-tengah-bawah. Asyik menatap rak-rak, aku tidak sadar di depanku ada orang. Aku maju ketika orang itu berbalik.

Duag!

Aduuhh..

Perutku terkena siku orang itu

"Eh, maaf maaf." ketika aku melihat mukanya, ternyata Nadya!

"Eh, ternyata Rai? Ya udah nggak jadi minta maaf." Nadya tersenyum senang

"Apa-apaan dengan perkataanmu itu?!" asal kau tahu ya, tersikut olehmu rasanya seperti ditonjok, tahu?!!

"Hehe, bercanda. Maaf ya." kata Nadya tanpa memperhatikanku dan berjalan membawa buku yang tadi dia bawa.

Hhh.. Tuhan, sudah berapa kemalangan yang terjadi padaku dua hari ini? Masa' aku juga harus kehilangan organ dalam karena ini?

Dan lagi, selain membuatku badmood, Saka juga ternyata meninggalkan banyak catatan. Sekolah kami terbiasa memberikan catatan kepada muridnya sebelum pengambilan hasil nilai berlangsung. Dan, ya, kalian tahu? Aku dapat segepok punya Saka, dari semua guru mapel. Isinya, hhhh.. no comment.

Yak, seminggu ini rasanya lelah sekali. Classmeeting dan tidak adanya Saka, dua hal yang membuat–ah tidak, ada saja hal yang terjadi di sekitarku. Bahkan ini lebih tidak kondusif ketimbang ketika Saka yang menggangguku. Anak itu, juga, tidak pernah memberiku kabar sama sekali. Yah, meskipun aku selalu dikabari oleh Bu Age dan Pak Nani, tapi itu lebih membuatku frustasi lagi kalau tidak langsung memukul Saka. Bahkan sampai hari Jumat, sehari sebelum pengambilan hasil belajar, atau gampangannya, sih, Raport, dia tidak menghubungiku sama sekali.

Sebenarnya, ada yang mengganjal dalam diriku juga. Kenapa seminar ini sampai membutuhkan waktu 1 minggu? Biasanya tidak pernah selama itu kalau tentang acara di luar negeri. Kecuali kalau itu memang event besar seperti IPhO dan kawan-kawannya. Dan yang ngadain kaya pula.

Ah udah, lah. Lama-lama kalau mikir dia terus bisa gila aku. Sekarang aku mau me time dulu aja deh.

###

Hari ini, aku bermaksud untuk bermain ke rumah Lussi, sekaligus melaksanakan agenda menginap yang sudah kami jadwalkan 3 hari lalu. Tujuan lainnya sih, biar nggak stress habis ujian dan classmeeting. Berhubung besuk ambil raport, dan di rumah, seperti biasa, tidak ada orang, akhirnya aku bermaksud kabur ke tempat Lussi.

"Nih, makan dulu." Lussi memberiku sepiring kue dan secangkir teh

"Tumben sepi, pada pergi kemana?"

"Biasalah, pergi ga jelas kemana arahnya." setelah mengambil remote tv, dia duduk bersamaku di sofa ruang keluarga

"Mau nonton apa, nih?"

"Berita aja deh. Jam segini mana ada kartun? Paling juga sinetron." kataku sambil menjumput kue berbentuk bunga

"Siap boss." Lussi menyalakan TV, kemudian memilih channel berita. Hm, berita luar negeri ternyata

HUJAN DI MUSIM PANASحيث تعيش القصص. اكتشف الآن