"Btw ke kelas kuy, bosen gue pengennya belajar," ucap Frans. Membuat semua melongo menatpnya kecuali Eric yang langsung memalingkan tatapannya.

"Kesambet apa lo,?" tanya Mike dramatis.

"Bukan kesambet pea. Dia insaf mungkin," ucap Jo.

"Oh iya gua lupa dia kan suka sama adik kelas itu, yang pakeannya alim banget, kalau gak salah dia anak marawis ya?" Farel menatap sahabatnya dengan tatapan bertanya.

"Iya namanya Deta. Gua lagi PDKT sama dia tapi dianya gak peka-peka." Kesal Frans.

"Jadi disini ceritanya lo yang kodein dia?" Arie menatap tak percaya. "Baguslah ceweknya gak usah capek-capek kodein lo,"

"Gue juga pengen kodein cewek," ucap seseorang yang sedari tadi terdiam. Keenamnya menatap tak percaya apa yang di katakannya barusan.

"Lo serius?" Pekik Mike dan Arie, dua sejoli yang selalu bertingkah lebay.

"Kodein siapa?" tanya Deval antusias.

Eric dan Farel tersenyum. "Ada aja," jawab Farel.

"Okelah teman," kesal Arie.

"Emang teman, kata siapa setan?" Eric menaikan sebelah alisnya.

"Kata lo tadi."

×××××

Bel pulang sekolah berbunyi membuat semua semua murid memekik senang. Bagaimana tidak? Kimia yang membuat mereka mengantuk di tambah dengan guru yang killer nya abis, membuat siapa saja ingin cepat selesai belajar.

Lena yang sedari tadi menatap ponselnya tak menghiraukan temannya yang menatapnya kebingungan. "Len lo kenapa?" tanya Yuka.

"Abang belum sms atau nelepon, janjinya mau jemput." Kesal Lena.

"Apa hubungannya?" tanya Aice.

"Kalau abang mau jempun biasanya ngehubungin Lena dulu. Kalau gak ada berarti dia gak jemput," jelas Lena yang di angguki oleh ketiga temannya.

"Mendingan kita tunggunya di depan yuk! Bunda udah jemput," Manda menatap ketiga temanya.

"Yuk!" Mereka bertiga pun keluar kelas dengan jalan setengah lari.

Yuka, Aice dan Manda berada di depan Lena dengan berjalan lumayan cepat sehingga Lena sulit mengimbanginya di katenakan sepatu barunya yang kebesaran.

"Eh tungguin Lena sepatu Lena mau copot," Lena mengejar ketiga temannya dengan langkah hati-hati.

"Lo pake sepatu baru?" tanya Aice.

"Iya kemarin malam abang beliin, Lena juga gak tahu, tiba-tiba ada sepatu baru di rak sepatu," ucap Lena mengingat saat tadi pagi dimana sepatu baru terpampang di atas rak sepatu.

"Yaudah Gue duluan ya Bunda gue udah jemput. Bye," pamit Manda.

"Gue juga, supir udah nunggu di depan," giliran Aice yang pamit.

"Len, lo gak apa-apa kan sendiri? Kakak gue udah jemput, soalnya gue sama kakak gue ada acara jadi gue gak bisa temenin lo," ucap Yuka dengan wajahnya yang terlihat menyesal.

"Gak apa-apa kok Lena sendiri aja. Bentar lagi bang Barca dateng kok, yaudah tuh kasihan kakak Yuka nungguin," Lena menunjuk ke arah mobil yang sedang menunggu Yuka.

Yuka terkekeh. "Yaudah bye Lena," Yuka berlari ke araha mobil jemputannya. Lena tersenyum, ia berpikir andai Caca ada disini pasti semua akan terasa lebih seru.

Lena menghentakan kakinya menunggu jemputan kakinya. Bahkan sesuatu yang ada di depan matanya ia tendang, tak peduli benda apapun itu. Hingga saat ia menendang batu di depannya membuat sepatu barunya terlempar ke arah seseorang, membuat Lena meringis ketakutan.

"Siapa yang lempar gue pake sepatu?!" Teriaknya, membuat semua orang menatapnya takut-takut. Lena menunduk menyembunyikan wajah ketakutannya.

"Sekali lagi gue ngomong, SIAPA YANG NGELEMPAR GUE PAKE SEPATU?!" teriaknya lebih kencang, teman disampingnya mengelus punggung si peneriak.

"Udah Ric, sabar! Masa cuma di lempar sepatu lo marah, tapi di tusuk pisau lo B aja," ucapnya menenangkan.

"Kak maafin Lena, Lena yang lempar sepatu Lena gak senghaja," mata semua orang membulat dengan pengakuan seorang perempuan didepannya.

"Oh jadi lo yang lempar, gak apa-apa sih nih gue balikin sepatu lo," Eric mengembalikan sepatunya. "Tapi sekarang lo harus ikut gue." Lanjutnya.

"Rel lo siapin ya, jangan lupa gue serahin ini ke elo. Karena lo bisa dipercaya," titah Eric yang di angguki Farel.

"Oke bos! Terima kasih atas kepercayaannya," Farel memberi hormat kepada Eric lalu terkekeh. "Gue duluan, jagain tuh bocah!" Farel melajukan motornya menuju Warbel terlebih dahulu.

"Sekarang ikut gue!" Eric menarik pergelangan tangan Lena membuat semua yang melihatnya memekik histeris. Bagaimana tidak? Seorang Eric yang telah lama ditinggal kekasihnya membuatnya enggan untuk berinteraksi dengan mahluk yang bernama perempuan, kini untuk pertama kalinya ia melakukannya lagi. Apalagi itu dengan anak baru.

Semua orang sibuk dengan ponselnya masing-masing untuk mengabadikan momen ini. Lena tertunduk malu, walaupun ini sudah jam pulang tetapi masih banyak murid yang berkeliaran di sekilah ini.

"Tapi mau kemana kak? Lena kan mau di jemput abang," cicit Lena sebelum menaiki motor Eric. Lena takut, sunggu takut kepada Eric.

"Mana ponsel lo?" tanya Eric.

Lena menyodorkannya. "Nih!"

Terlihat Eric sedang mengetik sesuatu, ia tersenyum lalu mengembalikan ponsel kepada sang pemilik.

"Udah gue izinin, tenang aja." Eric memakai helm'nya lalu menyuruh Lena untuk naik.

ALBERICDonde viven las historias. Descúbrelo ahora