Bersiap Untuk Melangkah

89 3 0
                                    


Beberapa hari setelah lebaran kami mulai berjualan lagi setelah libur lebaran. Melihat perkembangan jualan sore yang terus meningkat kami mulai menghentikan jualan keliling di pagi hari dan fokus untuk jualan sore saja.

Pada suatu malam aku berdiskusi dengan ibu perihal rencanaku untuk mulai aktif ikut kegiatan dakwah dan sosial kemasyarakatan. Untuk itu kami perlu menambah satu lagi tenaga di bidang produksi untuk menggantikanku, sehingga nanti aku hanya bertugas membeli bahan baku di pagi hari dan di sore hari membantu Bang Fadhil membawakan roti ke tempat jualan. Ibu langsung setuju dengan semua rencanaku, karena itu semua demitercapainya cita-citaku dan cita-cita ayah agar aku menjadi orang yang bermanfaat bagi ummat Islam khususnya dan bagi umat manusia umumnya.

Bahkan sebenarnya ibu menyarankan agar aku suatu saat nanti bisa kuliah, tapi kukatakan aku lebih memilih belajar di universitas kehidupan di tengah-tengah ummat. Ummat Islam sudah banyak memiliki para sarjana tapi para sarjana itu banyak yang tidak tahu bagaimana cara memanfaatkan ilmu mereka untuk menjayakan Islam. Dan yang ingin kulakukan adalah membuat para sarjana itu dan seluruh kaum muslimin bisa bekerja sama membangun kejayaan Islam. Karena itulah aku harus bisa menjalin hubungan dan membangun ikatan dengan seluruh unsur kaum muslimin seluas-luasnya semampu yang aku bisa.

Akhirnya kami memutuskan untuk merekrut Bi Pur seorang janda yang senasib dengan Bi Imas dari gang sebelah untuk membantu kami. Selama tiga hari kami mengajarinya pekerjaan produksi yang akan ia tangani dan dia mulai bekerja penuh ketika kutinggal untuk mengantar Nisa ke pondok.

Pada waktu mengantar Nisa aku tidak sampai menginap dan langsung balik di sore harinya. Dalam perjalanan aku memikirkan tentang salah satu bagian dari empat bagian utama dalam PUPJI , yaitu pada bagian Al Manhajul Harakiy li Iqamatudiin yang berupa tahapan-tahapan sistematis dalam mewujudkan cita-cita perjuangan JI.

Di dalam PUPJI terdapat empat bagian utama selain muqaddimah dan penutup yaitu :

- Ushulul Manhaj Al Harakiy (Pokok Pedoman Perjuangan )

- Al Manhajul Harakiy Li Iqamatuddiin ( Pedoman Perjuangan Untuk Menegakkan Islam )

- Al Manhajul 'Amaliy Li Iqamatuddiin ( Pedoman Kerja Untuk menegakkan Islam )

- Nidham Asasi ( AD/ART organisasi )

Tapi aku lebih memikirkan tentang Al Manhajul Harakiy li Iqamatudiin yang berisi tahapan-tahapan strategis itu. Hal ini mirip dengan master plan Al Qaidah yang dipaparkan syaikh dan masih kusimpan catatannya. Keduanya memiliki kesamaan tujuan akhir tetapi sangat berbeda dalam menentukan ruang lingkup kerja dan target utamanya. Hal ini menurutku membuat PUPJI lebih berpeluang untuk di-salahtafsir-kan dalam tiap tahapannya. Peluang penyimpangan dari garis perjuangan yang ditetapkan oleh JI itu sangat besar dengan tidak disebutkannya secara jelas batasan ruang lingkup kerja dan siapa target yang akan dihadapi. Hal ini mungkin karena PUPJI ini dibuat jauh sebelum adanya serangan 11 September dan sebelum kemunculan Al Qaeda. Namun di sisi lain juga membuat PUPJI ini sangat terbuka untuk direvisi dan diubah arah haluannya menyesuaikan dengan kondisi kaum muslimin dan SDM yang dimiliki oleh JI.

Tujuan akhirnya mungkin akan mudah diterima oleh semua pihak dan akan mudah menyepakatinya, tetapi terkait cara yang akan ditempuh dan tahapan-tahapan yang dilalui itu pasti akan mengundang persilangan pendapat bahkan di dalam tubuh JI itu sendiri. Aku yakin itu. Misalnya di kemudian hari pasti akan muncul sebagian orang yang berpendapat bahwa sekarang sudah berada pada tahapan ini, sementara sebagian yang lain berpendapat belum, atau ada yang berpendapat ini harus didahulukan sedangkan yang lain berpendapat itu boleh diakhirkan, dan seterusnya.. dan seterusnya. Persilangan pendapat ini jika terjadi pada kondisi JI sedang kacau dan guncang karena tertuduh sebagi pelaku Bom Bali, pastinya juga akan menghasilkan kekacauan baru akibat tidak adanya kontrol dari para petinggi JI yang sedang menyelamatkan diri. Inilah yang mungkin merisaukan ustadz Azhari dan Pak Burhan yang memprediksikan akan terjadi kekacauan dan keguncangan dalam tubuh JI.

Dari sinilah aku harus menentukan jalan yang akan kupilih. Adapun jika nanti ada yang kontra, itu in sya Alloh justru akan semakin mematangkan kami semua. Ya... aku harus mulai melangkah. Dengan begitu aku akan terus belajar dan berusaha untuk terus melangkah. Aku tidak boleh takut dan khawatir orang akan menolakku, mencemoohku, dll. Aku beramal bukan karena makhluk tapi karena Alloh Robbul 'alamiin. Selama langkahku bukan dalam kemaksiatan, mengapa akau harus risau dengan perkataan dan cemoohan orang-orang ? Perkataan, cacian, cemoohan, dan kritikan mereka hanya akan semakin mendewasakanku, dan itu adalah sebuah keniscayaan. Yang terpenting aku harus terus melangkah dan menjaga kemurnian niatku sema-mata karea Alloh Ta'ala, karena dengan demikian aku yakin Alloh Ta'ala akan senantiasa bersamaku dan menunjukiku ke jalanNya.

Dan aku akan tetap pada prinsipku yaitu : aku akan melakukan semuanya bersama kaum muslimin, tidak hanya bersama JI dan Al Qaidah. Aku memandang JI dan Al Qaidah tak lebih sebagai bagian dari dinamika perjuangan kaum muslimin sebagaimana adanya ormas seperti NU dan Muhammadiyah. Yang artinya, seharusnya harus saling bersinergi dan saling menguatkan. Itulah yang ingin kulakukan, yaitu menjadikan master plan Al Qaidah dan Al Manhajul Harakiy li Iqamatudiin sebagai sesuatu yang bisa semakin menguatkan kondisi kaum muslimin, bukan melemahkannya. Semua langkah kerja atau tahapannya harus disesuaikan dengan kondisi yang ada agar tetap bisa semakin menguatkan. Karena prinsip dasar amal Islamiku adalah segala hal yang melemahkan kaum muslimin harus dijauhi dan segala hal yang menguatkannya harus dilakukan.

Langkah pertama yang akan kulakukan adalah memperluas pergaulan dengan mendatangi kumpulan-kumpulan majelis ta'lim atau kajian-kajian keislaman di masjid-masjid. Aku akan mulai dari mengikuti kajian-kajian keislaman yang diadakan oleh para mahasiswa di masjid-masjid kampus. Dari situ aku akan menemukan jadwal kajian yang selainnya.

Keesokan harinya jam 9 pagi alhamdulillah aku sudah sampai di rumah lagi. Setelah mandi dan mengecek pekerjaan Bi' Pur aku pamit untuk beristirahat dulu sampai dhuhur karena aku mersa sangat lelah dan letih, baru setelahnya aku akan membantu pekerjaan yang tersisa.

Selepas maghrib aku sengaja menemani Bang Fadhil dan istrinya jualan. Tujuanku adalah mencari pembeli yang bertampang mahasiswa untuk kutanyai tentang kegiatan kerohanian Islam di masjid kampusnya yang sekiranya bisa kuikuti. Malam itu pembeli sangat ramai sehingga menjelang isya dagangan kami sudah hampir habis. Aku mendapatkan 4 orang mahawsiswa yang memberiku informasi tentang kajian keislaman yang bisa kuikuti di masjid kampus mereka. Sebagai ungkapan terimakasihku aku menggratiskan roti yang mereka beli dan memberinya beberapa potong tambahan.

Dan setelah aku dan Bang Fadhil kembali dari shalat Isya musholla dagangan kami sudah habis. Bang Fadhil mengusulkan agar kami menambah kapasitas produksi sampai 1000 roti dan mengusulkan adanya hari libur kerja. Benar juga, sudah saatnya aku menetapkan hari libur kerja buat karyawanku. Atas pertimbangan dari bang Fadhil, akhirnya kusepakati untuk menetapkan hari libur pada hari Jumat dan akan mulai berlaku setelah kami mencapai target produksi 1000 roti per hari.

Sejak saat itu kami menaikkan produksi sedikit demi sedikit setiap hari dan menambah variasi pada bahan isian roti. Dua minggu kemudian, alhamdulillah sudah tercapai target produksi 1000 roti dengan komposisi 65 % roti isi suiran daging ayam dan sayuran, dan 35 % roti isi pisang coklat, kacang hijau, coklat kacang, dan keju.

Angin dan BidadariOnde histórias criam vida. Descubra agora