Orang-orang Baik yang Dikirimkan Allah SWT Kepada Kami

93 4 0
                                    


Aku duduk membaca Al qur'an di bangku depan ruangan pemulasaraan jenazah sambil menunggu orang dari perusahaan truk datang untuk menyelesaikan tagihan biaya perawatan.

Tiba-tiba seorang bapak paruh baya berpenampilan klimis datang tergopoh-gopoh menghampiriku.

" Anda ini anaknya Pak Fahrudin Hakim ?", tanya bapak itu setelah berjabat tangan dan kemudian duduk di sampingku.

" Iya, betul pak", jawabku.

" Saya ini pimpinan perusahaan angkutan kota tempat ayah Anda bekerja selama ini. Sebenarnya saya ini datang untuk membesuk, tapi ternyata sudah meninggal dunia. Saya mewakili perusahaan ikut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya Pak Fahrudin. Kami juga mengucapkan terimakasih atas semua dedikasi dan kontribusinya dalam memajukan perusahaan kami. Beliau orang yang ulet dan jujur dalam bekerja. Dan sebagai penghargaan atas jasa ayah Anda, kami menawarkan kepada Anda untuk menggantikan pekerjaan Pak Fahrudin menjadi sopir di perusahaan kami jika Anda mau", tutur bapak itu akrab.

" Terimakasih pak atas perhatiannya dan tawaran kerjanya. Untuk tawaran kerja biar saya pikirkan dulu", balasku.

" Ya, tidak masalah. Anda masih berduka, pasti belum terpikir kesana. Tapi kami akan selalu menunggu dengan tangan terbuka. Dan... ini ada sedikit santunan dari perusahaan yang menjadi hak ayah Anda sebagai karyawan kami. Terimalah...", ujarnya sambil menyerahkan sebuah amplop.

" Terimakasih banyak pak", ucapku ketika menerimanya.

Bapak itu tersenyum lalu menghiburku dengan menceritakan kebaikan-kebaikan ayah selama bekerja di perusahaannya. Tak lama kemudian datanglah seorang perawat yang memberitahukan bahwa aku ditunggu orang dari perusahaan truk yang menabrak ayah di depan ruang kasir. Mendengar hal itu aku lalu berpamitan kepada bapak di sebelahku dan kemudian bergegas mengikuti perawat itu menuju ruang kasir. Di depan ruang kasir sudah menunggu seorang bapak yang lebih tua dari bapak yang tadi dengan penampilan yang bersahaja dan berwibawa. Di sampingya ada seorang polisi berseragam. Dalam hatiku bertanya-tanya mengapa ada polisi juga ?

" Assalamau'alaikum... Adik ini putranya Pak Fahrudin ?", sapa bapak itu ramah. Aku mengangguk. Lalu bapak itu bangkit dari duduknya menyalamiku dan memelukku.

" Semua biaya sudah saya bereskan nak, termasuk biaya ambulan yang mengantar jenazah nanti", ujarnya lembut.

" Terimakasih banyak pak", balasku singkat.

" Dan bapak polisi ini butuh pernyataan darimu, apakah menerima atau akan diproses hukum sopir saya yang menabrak ayahmu itu. Karena sedikit banyak ini disebabkan oleh kelalaian sopir saya yang tidak teliti terhadap kondisi kendaraan sehingga rem sampai blong pada saat kejadian", jelas bapak itu. Aku mengangguk-angguk karena akhirnya tahu apa penyebab kecelakaan yang menimpa ayah.

" Kalau begitu... saya menerima dengan ikhlas dan saya memaafkan sopir bapak. Saya yakin semua ini bukan kesengajaan, tapi karena kita adalah manusia yang lemah dan serba terbatas", jawabku mantap.

" Terimaksih nak, semoga Alloh Ta'ala memudahkan urusanmu dan melapangkan jalanmu sebagaimana engkau memudahkan urusan sopir saya. Sungguh mulia hatimu nak", sahut bapak itu lalu memelukku lagi.

" Maaf dik, kalu begitu tolong membuat pernyataan di atas kertas bermaterai bahwa masalah ini sudah diselesaikan secara kekeluargaan dan tidak akan tuntutan di kemudian hari. Saya sudah siapkan kertas dan materainya", ujar bapak polisi itu menyela.

Aku lalu membuat pernyataan singkat sebagaimana yang dimaksud bapak polisi itu. Setelah semua beres, bapak polisi itu lalu mohon pamit, sementara bapak dari perusahaan truk itu mau ikut mengantar sampai rumah dan ingin bertemu dengan ibu.

Bapak itu duduk di sampingku di dalam ambulan. Dalam perjalanan, bapak itu menawarkan kepadaku pekerjaan menjadi sopir pribadinya dan bersedia membiayai sekolah Nisa selama aku bekerja padanya. Aku mengatakan bahwa aku belum memikirkan hal itu. Lalu ia memberiku kartu namanya. Dari kartu namanya ternyata bapak itu adalah pemilik perusahaan truk yang terlibat kecelakaan dengan mobil angkot ayah, namanya Haji Rahman Hakim. Ia memintaku segera menghubunginya jika sudah membuat keputusan. Jika aku tidak mau bekerja padanya, aku boleh datang meminta bantuan apa saja yang kubutuhkan. Selama dia bisa bantu, dia akan membantu dengan senang hati. Aku hanya bisa mengucapkan banyak-banyak terimakasih atas semua tawarannya itu.

Sekira jam 9.30 malam mobil ambulan sampai di rumah. Para tetangga dan kerabat sudah menunggu kedatangan jenazah. Dan malam itu juga menjelang tengah malam jenazah ayah telah selesai dikuburkan. Aku yangturun ke liang lahat meletakkan jenazah dan membuka ikatan tali kafannya. Sudah tidak ada lagi air mata yang mengalir. Namun dada ini terasa ngilu ketika perlahan-lahan orang-orang mulai menimbun liang lahat dengan tanah.

Selamat jalan ayah... semoga Alloh Ta'ala menrima semua amal shalihmu dan mengampuni semua dosa-dosamu serta kelak mengumpulkan kita semua di surgaNya yang agung. Engkau telah menyelesaikan tugasmu dan sekarang tinggallah kami menyelesaikan bagian kami. Allohummaghfir lahu warhamhu wa'aafihi wa'fu 'anhu.

Pak Haji Rahman juga ikut mengantarkan jenazah ke kuburan lalu kembali lagi ke rumah untuk berpamitan kepada ibu dan menyerahkan sebuah amplop yang cukup tebal kepada ibu sebagai santunan buat keluarga yang ditinggal.

Angin dan BidadariWhere stories live. Discover now